Tuesday, 16 April 2019

TEORI DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)

BAB 1
LANDASAN TEORI
DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF)

1.1       Tinjauan Medis
1.1.1        Pengertian
DHF atau demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (DR. Nursalam, 2001; 159).
Penyakit dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (arthropodbron virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Ngastiyah. 1997).
Demam berdarah dengue atau DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk setelah 2 hari pertama (Hendrawanto, 1996 : 417).

1.1.2        Etiologi
Penyebab DHF adalah dengue yang tergolong arbovirus. Di Indonesia virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam Arbovirus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. (DR. Nursalam, 2005 : 160).

1.1.3        Fisiologi
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang warnanya merah. Warna merah itu keadaanya tidak tetap tergantung pada banyaknya O2­  dan CO2 di dalamnya.
Fungsi darah terdiri atas :
1.      Sebagai alat pengangkut, yaitu :
(1)   Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh
(2)   Mengambil zat-zat makanan dari usus halus, untuk diedarkan dan dibagikan ke seluruh jaringan atau alat tubuh
(3)   Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal
Bagian-bagian darah dan fungsinya :
1)     Sel darah
(1)   Eritrosit
Fungsi :
-    Transpor Haemoglobin
-    Mengandung karbonic anhydrose (enzim)
-    Buffer asam-basa
(2)   Leukosit
Fungsi :
-        Pertahanan tubuh dengan 2 cara :
a. Fagositosis
b.Membentuk antibody, komplemen dan limfosit
Komponen sel darah putih
-        Granulosit
-        Monosit
-        Limfosit
(3)   Trombosit
Fungsi :
-        Pembekuan darah

-                        Mempunyai peranan dalam hormon

1.1.1        Klasifikasi
1)      Derajat I (ringan)
Terdapat demam mendadak selama 2-7 hari disertai gejala klinis lain dengan manifestasi perdarahan teringan, yaitu uji torniquet positif
2)      Derajat II (sedang)
            Ditemukan pula perdarahan kulit dan manifestasi perdarahan lain
3)      Derajat III
            Ditemukan tanda-tanda dini renjatan
4)      Derajat IV
      Terdapat DSS dengan nadi dan tekanan darah yang tidak terukur
(Arif Mansjoer, 2001; 429)
1.1.2        Manifestasi Klinis
1)      Demam tinggi secara tiba-tiba
2)      Sakit kepala
3)      Nyeri yang hebat pada otot dan tulang
4)      Mual muntah
5)      Anoreksia
6)      Timbul bintik-bintik merah pada kulit
7)      Lidah kotor
8)      HCT naik
9)      Nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut
10)  Hb menurun
(Arif Mansjoer, 2001; 428)

1.1.3        Pemeriksaan Penunjang
1)            Pemeriksaan laboratorium HCT meningkat, trombosit menurun dan Hb menurun
2)            Pemeriksaan air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan
3)            Pemeriksaan laboratorium lainnya :
(1)    IgG dengue positif
(2)    Trombositopenia
(3)    HCT meningkat, lebih dari 20 %, merupakan indikator akan timbulnya renjatan
(4)    Hb menurun lebnih dari 20 %
(5)    Leukosit menurun (leukopenia) pada hari kedua atau ketiga
(6)    Masa perdarahan memanjang
(7)    Hipoproteinemia
(8)    Hiponatremia
(9)    Hepakloremia
(10)      SGOT atau SGPT bisa meningkat
(11)      Ureum, pH darah bisa meningkat
(12)      AGD : Asidosis Metabolik
4)            Thorax foto dapat ditemukan pleura effusion

1.1.4        Komplikasi
1)      Perdarahan luas
2)      Syok atau renjatan
3)      Pleural effusion
4)      Penurunan kesadaran

1.1.5        Penatalaksanaan
1)      Tirah baring
2)      Makanan lunak dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam
3)      Medikamentosa yang bersifat simptomatis.
4)      Untuk hiperpireksia dapat diberi kompres, antipiretik golongan asetaminofen, eukinin, atau dipiron
5)      Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder
6)      Pemasangan infus
7)      Obervasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu dan pernafasan 4 jam serta Hb dan HCt
 
1.2  Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1        Pengkajian
1.2.1.1  Anamnesa
1)      Tanyakan adanya riwayat penyakit demam berdarah (DHF), demam atau penyakit infeksi lain
2)      Tanyakan kebiasaan berobat yang pernah dilakukan saat demam
3)      Tanyakan sering beraktivitas di luar rumah atau di dalam rumah
4)      Tanyakan istirahat atau tidur biasanya pada siang atau malam hari
5)      Tanyakan cara menjaga kebersihan rumah dan lingkungan tempat tinggal
1.2.1.2  Pemeriksaan Fisik
1)      Aktivitas / Istirahat
Gejala : Perubahan aktivitas biasanya sehubungan dengan peningkatan suhu tubuh
2)      Nutrisi
Gejala : Mual muntah, kehilangan nafsu makan (anoreksia)
3)      Nyeri
Gejala : Nyeri tekan pada ulu hati, wajah tampak menyeringai kesakitan menahan nyeri
4)      Observasi tanda-tanda vital
Gejala : Hipertermia, shock perdarahan
Tanda : Suhu tubuh lebih dari 37 o C
Tekanan nadi lebih dari 30 mmHg sehingga berisiko terjadi perdarahan
Timbul ptechie

1.2.2        Rencana Asuhan Keperawatan
1.2.2.1  Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia
1)      Batasan karakteristik :
Mayor :
Anak mengalami masukan makanan yang tidak adekuat
Minor :
(1)   BB badan 10% - 20% di bawah normal
(2)   Kelemahan otot dan nyeri tekan muntah
2)      Tujuan :
Kebutuhan nutrisi anak terpenuhi secara adekuat dalam waktu 2 x 24 jam dengan kriteria hasil :
(1)   Anak senang bila makan
(2)   Nafsu makan anak meningkat
(3)   Porsi makan yang diberikan selalu habis
3)      Tindakan atau intervensi
(1)    Berikan makanan yang disertai dengan suplemen vitamin untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
R : Untuk meningkatkan nafsu makan sebagai pemenuhan terhadap nutrisi
(2)    Anjurkan untuk makan-makanan dengan porsi kecil tapi sering
R : Untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi dan dapat menurunkan kejenuhan makan serta meningkatkan nafsu makan
(3)    Jelaskan pengertian intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan
R : Untuk memberikan motivasi agar kebutuhan nutisi terpenuhi
(4)    Bantu orang terdekat atau orang tua mengembangkan keseimbangan nutrisi
R : Meningkatkan pemahaman kebutuhan individu terhadap pentingnya nutrisi sebagai penunjang keseimbangan pasien
(5)    Menimbang berat badan tiap hari
R : Untuk mendeteksi tingkat kekurangan nutrisi dari pada pasien
(6)    Kolaborasi dalam pemberian diit
R : Untuk memenuhi kebutuhan nutisi yang adekuat

1.2.2.2  Hipertermi berhubungan dengan metabolisme tubuh meningkat
1)      Batasan Karakteristik :
Mayor :
(1)   Suhu lebih tinggi dari 37,8 o C per oral atau 38,8 o C per rectal
(2)   Kulit hangat
(3)   Takikardia
Minor :
(1)   Kulit kemerahan
(2)   Peningkatan kedalaman pernafasan
(3)   Nyeri dan sakit spesifik atau umum (mis, sakit kepala)
(4)   Malaise
(5)   Keletihan
(6)   Kelemahan
(7)   Menggigil atau merinding
(8)   Perasaan hangat atau dingin
(9)   Kehilangan nafsu makan dan berkeringat
(10)     Hasil laborat didapatkan trombosit < 100.000 / mm3
2)      Tujuan
Suhu tubuh dalam batas normal (36-37o C)
3)      Kriteria hasil :
(1)   Pasien tidak mengeluh badannya panas lagi
(2)   Kedinginan berkurang
(3)   Pasien tidak tampak menggigil
(4)   Suhu tubuh badan nomal 36-37 0 C
4)      Intervensi
(1)    Beri pasien baju yang tipis
R : Mempercepat evaporasi atau penguapan panas tubuh
(2)    Berikan banyak air putih dan motivasi pasien untuk minum sebanyak-banyaknya
R : Membantu menurunkan suhu tubuh
(3)    Berikan kompres air hangat
R : Membuka pori-pori kulit sehingga mempercepat penguapan panas tubuh
(4)    Observasi TTV terutama suhu setiap 4 jam
R : Memantau perkembangan pasien dan menentukan intervensi selanjutnya
(5)    Batasi aktivitas pasien
R : Mengurangi produksi panas tubuh
(6)    Beri HE tentang pentingnya minum yang banyak
R : Meningkatkan pengetahuan pasien dan mempercepat proses penyembuhan pasien
(7)    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik
R : Untuk menurunkan panas

1.2.2.3  P.K. syok hipovolemik berhubungan dengan kebocoran plasma
1)      Batasan Karakteristik :
(1)   Turgor kulit jelek
(2)   Adanya tanda-tanda dehidrasi (hipotensi, peningkatan HCt, haluaran urine tidak adekuat)
(3)   KU lemah
2)      Tujuan :
Perawat dapat menangani dan mencegah terjadinya kekurangan volume cairan.
Kriteria hasil :
(1)    Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit menurun, hipotensi, peningkatan HCt, haluaran urine tidak adekuat)
(2)    TTV dalam batas normal (TD, nadi, suhu)
(3)    Intake output seimbang
3)      Intervensi dan Rasional :
(1)    Pantau intake output
R : Keseimbangan intake dan output cairan akan memenuhi kebutuhan metabolisme cairan dalam tubuh
(2)    Pantau adanya tanda-tanda dehidrasi
R : Kekurangan volume cairan yang tidak terpantau akan jatuh ke dalam keadaan renjatan atau syok yang lebih berat
(3)    Pantau TTV setiap 4 jam (suhu, TD, nadi)
R : Memantau perkembangan kesehatan pasien
(4)    Kolaborasi dalam pemberian terapi cairan
R : Memenuhi kebutuhan cairan yang diperlukan untuk proses metabolisme
(5)    Pantau hasil laboratorium (HCt, pH dan ABG)
R : Kekurangan volume cairan akan ditunjukkan dengan peningkatan HCt, hemokonsentrasi akan terlihat pada pemeriksaan ABG.

1.2.2.4  P.K. perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
1)      Batasan Karakteristik :
(1)    Trombositopenia
(2)    Nadi lemah dan cepat
(3)    Hipotensi
(4)    Adanya tanda-tanda perdarahan (petecie, hematemesis melena, epistaksis)
2)      Tujuan :
Perawat dapat memantau dan menangani terjadinya perdarahan
Kriteria hasil :
(1)   Tidak terdapat tanda-tanda perdarahan (ptecie, hematemesis melena, epistaksis)
(2)   Tekanan darah normal
(3)   Nadi normal : 80 – 100 x/mnt
(4)   Trombosit 144.000 – 440.000
3)      Intervensi dan Rasional :
(1)    Pantau adanya tanda-tanda perdarahan (ptecie, hematemesis melena, epistaksis)
R : Peningkatan permeabilitas kapiler akan menurunkan elastisitas pembuluh darah sehingga pembuluh darah bersiko untuk mudah pecah dan menimbulkan perdarahan
(2)    Pantau TTV (TD, nadi)
R : Memantau atau identifikasi tanda awal terjadinya perdarahan, penurunan TD dan nadi merupakan kompensasi tubuh untuk memenuhi kebutuhan cairan dan hemokonsentrasi dalam tubuh
(3)    Pantau hasil laboratorium (Hb, trombosit)
R : Terjadinya agregasi platelet karena adanya kebocoran pembuluh darah akan menurunkan nilai hb dan trombosit
(4)    Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
R : Aktivitas pasienyang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan
(5)    Kolaborasi dalam pemberian terapi cairan
R : Memenuhi kebutuhan cairan yang diperlukan untuk proses metabolisme
                                                                                                     
1.2.2.5  P.K. Asidosis metabolik hipoksia jaringan
1)      Batasan Karakteristik :
(1)   Diabetes Mellitus
(2)   Asidosis laktat
(3)   Uremia
(4)   Diare
(5)   Pemasukan jumlah salin isotonik atau amonium klorida berlebihan
2)      Tujuan :
Perawat akan menangani atau mengurangi komplikasi asidosis
3)      Kriteria hasil :
Tidak terdapat tanda-tanda asidosis metabolik (pernafasan cepat dan lambat, sakit kepala, mual, muntah, bikarbonat plasma dan pH arteri darah rendah, perubahan tingkah laku, mengantuk, kalsium serum meningkat, PCO2 kurang dari 35 – 40 mmHg, klorida serum meningkat, HCO3 menurun.

4)      Intervensi dan Rasional :
(1)    Kolaborasi dalam pemberian cairan IV
R : Dehidrasi atau kekurangan cairan dapat disebabkan karena kehilangan cairan lambung dan urine
(2)    Pantau adanya tanda dan gejala hipokalemia, hipokalemia dan alkalosis setelah asidosisnya terkoreksi
R : Koreksi asidosis yang cepat, mungkin dapat menyebabkan ekskresi kalsium dan kalium yang cepat serta menimbulkan alkalosis
(3)    Pantau hasil laborat (serum elektrolit)
R : Membantu mengevaluasi keefektifan pengobatan dan intervensi
(4)    Pantau nilai ABG dan pH urine
R : Nilai ini membantu mengevaluasi keefektifan pengobatan
(5)  Berikan oksigen sesuai indikasi.
R : Perbaikan kadar O2 dan CO2 dapat meningkatkan fungsi pernapasan.

1.2.2.6  Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sesak nafas sekunder terhadap adanya penekanan diafragma.
1)      Batasan Karakteristik
Mayor:
(1)   Perubahan frekuensi pernafasan
(2)   Perubahan nadi (frekuensi, irama, kualitas)
Minor:
(1)   Takipnea, hipernea, hiperventilasi
(2)   Irama pernafasan tidak teratur
(3)   Pernapasan yang berat
2)      Tujuan
(1)   Dapat menurunkan tanda dan gejala gangguan pertukaran gas
(2)   Pasien dapat menunjukkan peningkatan perubahan pertukaran gas seperti tanda vital, nilai AGD dan ekspresi wajah.
3)      Kriteria Hasil
(1)   Menunjukkan frekuensi pernafasan yang efektif
(2)   Menyatakan gejala berkurang
(3)   Menyatakan faktor-faktor penyebab dan menyatakan cara koping adaptif untuk mengatasinya
4)      Intervensi dan rasional :
(1)    Observasi TTV
R : Mengidentifikasi keadaan pasien dalam intervensi yang diberikan
(2)    Kaji adanya bunyi nafas tambahan, peningkatan pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada dan kelemahan
R : Identifikasi adanya PK pulmonary edema
(3)    Berikan posisi tidur semi fowler
R : Posisi semi fowler memaksimalkan ekspansi paru
(4)    Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis dan atau perubahan warna kulit termasuk membran mukosa dan kuku
R : Akumulasi secret atau pengaruh jalan nafas dapat mengganggu oksigenasi organ vital jaringan
(5)    Tingkatkan tirah baring atau batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan
R : Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan selama periode penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala
(6)    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen
R : Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi atau menurunnya permukaan alveolar paru
(7)    Kolaborasi dalam pemberian obat
R : Dengan terapi pengobatan dapat mempercepat proses penyembuhan

1.2.2.7  Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk penguruman oksigen dan nutrisi ke sel.
1)      Batasan karakteristik :
Mayor (harus terdapat, satu atau lebih)
(1)   Adanya salah satu dari tipe berikut : klaudikasi (arteri), nyeri istirahat (arteri), nyeri yang menyakitkan (arteri)
(2)   Penurunan atau tidak ada denyut nadi arteri
(3)   Perubahan warna kulit, pucat (arteri), sianosis (vena), hyperemia reaktif (arteri)
(4)   Perubahan suhu kulit, lebih dingin (arteri) lebih hangat (vena)
(5)   Pengisian kapiler kurang dari 3 detik (arteri)
Minor (mungkin terdapat)
(1)   Edema (vena)
(2)   Perubahan dalam fungsi sensori (arteri0
(3)   Perubahan dalam fungsi motorik (arteri)
(4)   Perubahan jaringan otak (arteri)
2)      Kriteria hasil :
(1)   Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya atau membaik fungsi kognitif dan motorik sensorik
(2)   Menunjukkan perbaikkan perfusi yang dibuktikan dengan TTV stabil
3)      Tindakan atau intervensi :
(1)    Awasi TTV, kaji pengisian kapiler.
R : Memberikan informasi tentang derajat / keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi
(2)    Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
R : Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan sirkulasi atau perfusi serebral
(3)    Kaji untuk respon verbal melambat, mudah terangsang
R : Dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia.
      (4) Pantau upaya pernafasan, auskultasi bunyi nafas
R : Dispneu karena regangan jantung lama / peningkatan kompnsasi curah jantung.
(5)  Berikan oksigen sesuai indikasi.
R : Perbaikan kadar O2 dan CO2 dapat meningkatkan fungsi pernapasan.

1.2.2.8  Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya impuls nyeri sekunder terhadap pembesaran hati dan limpa.
1)      Batasan karakteristik :
Mayor
Komunikasi (verbal atau kode) dari pemberi gambaran nyeri
Minor
1).    Perilaku melindungi, protektif
2).    Memfokuskan pada diri sendiri
3).    Pemyempitan fokus (perubahan persepsi waktu, menarik diri dari kontak sosial, kerusakan proses pikir)
4).    Perilaku distraksi (merintih, menangis, mondar-mandir, mencari orang lain dan / atau terfiksasi atau menyebar, meringis)
5).    Wajah tampak menahan nyeri (mata tak bersemangat, “tampak terpukul” gerakan atau menyebar, meringis)
6).    Perubahan pada tonus otot (dapat berkisar dari malas sampai kaku)
7).    Respon autonomik tidak terlihat pada nyeri stabil kronis (diaforesis, perubahan tekanan darah dan nedi, pupil, dilatasi, peningkatan atau panurunan frekuensi pernafasan)
8).    Adanya pendesakan pada daerah ulu hati sekunder terhadap terjadinya hepatomegali
2)      Tujuan : Pasien dapat beradaptasi dengan keadaan nyerinya
3)      Kriteria hasil :
(1)   Orang tua melaporkan anaknya tidak mengeluh nyeri pada ulu hati atau perutnya
(2)   Skala nyeri 0-1
4)      Intervensi dan Rasional :
(1)    Berikan tindakan kenyamanan dasar (misal : reposisi) dan aktivitas hiburan (misal : musik, televisi)
R : Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian
(2)    Dorong orang tua dalam penggunaan ketrampilan manajemen nyeri pada anak (misal : teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi)
R : Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol
(3)    Beri posisi yang nyaman bagi pasien
R : Meningkatkan relaksasi bagi pasien
(4)    Kolaborasi dalam pemberian analgesik
R : Menekan pengeluaran reseptor nyeri
(5)   Evaluasi keluhan nyeri / ketidaknyamanan, perhatikan lokasi dan karakteristik termasuk intensitas (skala 0 – 10). Perhatikan petunjuk nyeri  non verbal (perubahan tanda vital dan emosi / perilaku)
R : Mempengaruhi  pilihan / pengawasan keefektifan intervensi tingkat ansietas dapat mempengaruhi presepsi / reaksi terhadap nyeri
(6)   Identifikasi aktivitas terapiutik yang tepat untuk usia pasien kemampuan fisik dan penampilan pribadi
R   :Mencegah kebosanan, menurunkan ketegangan dan dapat  meningkatkan kekuatan otot, dapat meningkatkan harga diri dan kemampuan koping


0 komentar:

Post a Comment