BAB 1
LANDASAN
TEORI
DENGUE
HAEMORHAGIC FEVER (DHF)
1.1 Tinjauan
Medis
1.1.1
Pengertian
DHF atau
demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue
dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (DR. Nursalam, 2001; 159).
Penyakit
dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (arthropodbron virus)
dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Ngastiyah. 1997).
Demam
berdarah dengue atau DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk setelah
2 hari pertama (Hendrawanto, 1996 : 417).
1.1.2
Etiologi
Penyebab
DHF adalah dengue yang tergolong arbovirus. Di Indonesia virus tersebut sampai
saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam
Arbovirus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. (DR. Nursalam, 2005 : 160).
1.1.3
Fisiologi
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam
pembuluh darah yang warnanya merah. Warna merah itu keadaanya tidak tetap
tergantung pada banyaknya O2
dan CO2 di dalamnya.
Fungsi darah terdiri atas :
1.
Sebagai alat
pengangkut, yaitu :
(1)
Mengambil O2
atau zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh
(2)
Mengambil zat-zat
makanan dari usus halus, untuk diedarkan dan dibagikan ke seluruh jaringan atau
alat tubuh
(3)
Mengangkat atau
mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui
kulit dan ginjal
Bagian-bagian darah dan fungsinya :
1)
Sel darah
(1)
Eritrosit
Fungsi :
-
Transpor Haemoglobin
-
Mengandung karbonic
anhydrose (enzim)
-
Buffer asam-basa
(2)
Leukosit
Fungsi :
-
Pertahanan tubuh
dengan 2 cara :
a.
Fagositosis
b.Membentuk antibody, komplemen dan limfosit
Komponen sel
darah putih
-
Granulosit
-
Monosit
-
Limfosit
(3)
Trombosit
Fungsi :
-
Pembekuan darah
-
Mempunyai peranan
dalam hormon
1.1.1
Klasifikasi
1)
Derajat I (ringan)
Terdapat demam mendadak
selama 2-7 hari disertai gejala klinis lain dengan manifestasi perdarahan
teringan, yaitu uji torniquet positif
2)
Derajat II (sedang)
Ditemukan pula perdarahan
kulit dan manifestasi perdarahan lain
3)
Derajat III
Ditemukan tanda-tanda dini renjatan
4)
Derajat IV
Terdapat DSS dengan nadi dan tekanan darah
yang tidak terukur
(Arif Mansjoer, 2001; 429)
1.1.2
Manifestasi
Klinis
1)
Demam tinggi secara
tiba-tiba
2)
Sakit kepala
3)
Nyeri yang hebat pada
otot dan tulang
4)
Mual muntah
5)
Anoreksia
6) Timbul bintik-bintik merah
pada kulit
7)
Lidah kotor
8)
HCT naik
9) Nyeri perut kanan atas atau
seluruh bagian perut
10)
Hb menurun
(Arif Mansjoer, 2001; 428)
1.1.3
Pemeriksaan
Penunjang
1)
Pemeriksaan
laboratorium HCT meningkat, trombosit menurun dan Hb menurun
2)
Pemeriksaan air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan
3)
Pemeriksaan
laboratorium lainnya :
(1)
IgG dengue positif
(2)
Trombositopenia
(3)
HCT meningkat, lebih
dari 20 %, merupakan indikator akan timbulnya renjatan
(4)
Hb menurun lebnih dari
20 %
(5)
Leukosit menurun
(leukopenia) pada hari kedua atau ketiga
(6)
Masa perdarahan
memanjang
(7)
Hipoproteinemia
(8)
Hiponatremia
(9)
Hepakloremia
(10) SGOT atau SGPT bisa meningkat
(11) Ureum, pH darah bisa meningkat
(12)
AGD : Asidosis
Metabolik
4)
Thorax foto dapat ditemukan pleura effusion
1.1.4
Komplikasi
1)
Perdarahan luas
2)
Syok atau renjatan
3)
Pleural effusion
4)
Penurunan kesadaran
1.1.5
Penatalaksanaan
1)
Tirah baring
2)
Makanan lunak dan bila
belum nafsu makan diberi minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam
3)
Medikamentosa yang
bersifat simptomatis.
4)
Untuk hiperpireksia
dapat diberi kompres, antipiretik golongan asetaminofen, eukinin, atau dipiron
5)
Antibiotik diberikan
bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder
6)
Pemasangan infus
7)
Obervasi keadaan umum,
nadi, tekanan darah, suhu dan pernafasan 4 jam serta Hb dan HCt
1.2
Tinjauan Asuhan
Keperawatan
1.2.1
Pengkajian
1.2.1.1 Anamnesa
1)
Tanyakan adanya
riwayat penyakit demam berdarah (DHF), demam atau penyakit infeksi lain
2)
Tanyakan kebiasaan
berobat yang pernah dilakukan saat demam
3)
Tanyakan sering
beraktivitas di luar rumah atau di dalam rumah
4)
Tanyakan istirahat atau
tidur biasanya pada siang atau malam hari
5)
Tanyakan cara menjaga
kebersihan rumah dan lingkungan tempat tinggal
1.2.1.2 Pemeriksaan Fisik
1)
Aktivitas / Istirahat
Gejala : Perubahan aktivitas biasanya sehubungan dengan peningkatan suhu
tubuh
2)
Nutrisi
Gejala
: Mual muntah, kehilangan nafsu makan
(anoreksia)
3)
Nyeri
Gejala : Nyeri tekan pada ulu hati, wajah tampak menyeringai kesakitan
menahan nyeri
4)
Observasi tanda-tanda
vital
Gejala : Hipertermia, shock perdarahan
Tanda : Suhu tubuh lebih dari 37 o C
Tekanan nadi lebih dari 30 mmHg
sehingga berisiko terjadi perdarahan
Timbul ptechie
1.2.2
Rencana Asuhan
Keperawatan
1.2.2.1 Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia
1)
Batasan karakteristik
:
Mayor :
Anak mengalami masukan
makanan yang tidak adekuat
Minor :
(1)
BB badan 10% - 20% di
bawah normal
(2) Kelemahan otot dan nyeri tekan
muntah
2)
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi anak
terpenuhi secara adekuat dalam waktu 2 x 24 jam dengan kriteria hasil :
(1)
Anak senang bila makan
(2)
Nafsu makan anak
meningkat
(3) Porsi makan yang diberikan
selalu habis
3)
Tindakan atau
intervensi
(1)
Berikan makanan yang
disertai dengan suplemen vitamin untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
R : Untuk meningkatkan
nafsu makan sebagai pemenuhan terhadap nutrisi
(2)
Anjurkan untuk makan-makanan
dengan porsi kecil tapi sering
R : Untuk meningkatkan
kualitas intake nutrisi dan dapat menurunkan kejenuhan makan serta meningkatkan
nafsu makan
(3)
Jelaskan pengertian
intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan
R : Untuk memberikan motivasi agar kebutuhan
nutisi terpenuhi
(4)
Bantu orang terdekat
atau orang tua mengembangkan keseimbangan nutrisi
R : Meningkatkan pemahaman
kebutuhan individu terhadap pentingnya nutrisi sebagai penunjang keseimbangan
pasien
(5)
Menimbang berat badan
tiap hari
R : Untuk
mendeteksi tingkat kekurangan nutrisi dari pada pasien
(6)
Kolaborasi dalam
pemberian diit
R : Untuk memenuhi kebutuhan nutisi yang
adekuat
1.2.2.2 Hipertermi berhubungan dengan metabolisme tubuh meningkat
1)
Batasan Karakteristik
:
Mayor :
(1) Suhu lebih tinggi dari 37,8
o C per oral atau 38,8 o C per rectal
(2) Kulit hangat
(3) Takikardia
Minor :
(1) Kulit kemerahan
(2) Peningkatan kedalaman
pernafasan
(3) Nyeri dan sakit spesifik atau
umum (mis, sakit kepala)
(4) Malaise
(5) Keletihan
(6) Kelemahan
(7) Menggigil atau merinding
(8) Perasaan hangat atau dingin
(9) Kehilangan nafsu makan dan
berkeringat
(10)
Hasil laborat
didapatkan trombosit < 100.000 / mm3
2)
Tujuan
Suhu tubuh
dalam batas normal (36-37o C)
3)
Kriteria hasil :
(1) Pasien tidak mengeluh badannya
panas lagi
(2)
Kedinginan berkurang
(3)
Pasien tidak tampak
menggigil
(4)
Suhu tubuh badan nomal
36-37 0 C
4)
Intervensi
(1)
Beri pasien baju yang
tipis
R : Mempercepat
evaporasi atau penguapan panas tubuh
(2) Berikan banyak air putih dan
motivasi pasien untuk minum sebanyak-banyaknya
R : Membantu menurunkan suhu tubuh
(3)
Berikan kompres air
hangat
R : Membuka pori-pori
kulit sehingga mempercepat penguapan panas tubuh
(4) Observasi TTV terutama
suhu setiap 4 jam
R : Memantau perkembangan
pasien dan menentukan intervensi selanjutnya
(5)
Batasi aktivitas
pasien
R : Mengurangi
produksi panas tubuh
(6)
Beri HE tentang
pentingnya minum yang banyak
R : Meningkatkan pengetahuan pasien dan mempercepat proses penyembuhan
pasien
(7) Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat antipiretik
R : Untuk menurunkan panas
1.2.2.3 P.K. syok hipovolemik berhubungan dengan kebocoran plasma
1)
Batasan Karakteristik
:
(1)
Turgor kulit jelek
(2)
Adanya tanda-tanda
dehidrasi (hipotensi, peningkatan HCt, haluaran urine tidak adekuat)
(3)
KU lemah
2)
Tujuan :
Perawat dapat menangani dan
mencegah terjadinya kekurangan volume cairan.
Kriteria hasil :
(1)
Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi (turgor kulit menurun, hipotensi, peningkatan HCt, haluaran urine
tidak adekuat)
(2) TTV dalam batas normal
(TD, nadi, suhu)
(3)
Intake output seimbang
3)
Intervensi dan
Rasional :
(1)
Pantau intake output
R : Keseimbangan intake dan output cairan akan memenuhi kebutuhan
metabolisme cairan dalam tubuh
(2)
Pantau adanya
tanda-tanda dehidrasi
R : Kekurangan volume
cairan yang tidak terpantau akan jatuh ke dalam keadaan renjatan atau syok yang
lebih berat
(3)
Pantau TTV setiap 4 jam
(suhu, TD, nadi)
R : Memantau perkembangan kesehatan pasien
(4)
Kolaborasi dalam
pemberian terapi cairan
R : Memenuhi kebutuhan
cairan yang diperlukan untuk proses metabolisme
(5)
Pantau hasil
laboratorium (HCt, pH dan ABG)
R : Kekurangan volume cairan akan ditunjukkan dengan peningkatan HCt,
hemokonsentrasi akan terlihat pada pemeriksaan ABG.
1.2.2.4 P.K. perdarahan berhubungan
dengan trombositopenia
1)
Batasan Karakteristik
:
(1)
Trombositopenia
(2)
Nadi lemah dan cepat
(3)
Hipotensi
(4)
Adanya tanda-tanda
perdarahan (petecie, hematemesis melena, epistaksis)
2)
Tujuan :
Perawat dapat memantau dan menangani terjadinya perdarahan
Kriteria hasil :
(1)
Tidak terdapat
tanda-tanda perdarahan (ptecie, hematemesis melena, epistaksis)
(2)
Tekanan darah normal
(3)
Nadi normal : 80 – 100
x/mnt
(4)
Trombosit 144.000 –
440.000
3)
Intervensi dan
Rasional :
(1)
Pantau adanya
tanda-tanda perdarahan (ptecie, hematemesis melena, epistaksis)
R : Peningkatan
permeabilitas kapiler akan menurunkan elastisitas pembuluh darah sehingga
pembuluh darah bersiko untuk mudah pecah dan menimbulkan perdarahan
(2)
Pantau TTV (TD, nadi)
R : Memantau atau
identifikasi tanda awal terjadinya perdarahan, penurunan TD dan nadi merupakan
kompensasi tubuh untuk memenuhi kebutuhan cairan dan hemokonsentrasi dalam
tubuh
(3)
Pantau hasil
laboratorium (Hb, trombosit)
R : Terjadinya agregasi
platelet karena adanya kebocoran pembuluh darah akan menurunkan nilai hb dan
trombosit
(4)
Anjurkan pasien untuk
banyak istirahat
R : Aktivitas pasienyang
tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan
(5)
Kolaborasi dalam
pemberian terapi cairan
R : Memenuhi kebutuhan
cairan yang diperlukan untuk proses metabolisme
1.2.2.5 P.K. Asidosis metabolik hipoksia jaringan
1)
Batasan Karakteristik
:
(1)
Diabetes Mellitus
(2)
Asidosis laktat
(3)
Uremia
(4)
Diare
(5)
Pemasukan jumlah salin
isotonik atau amonium klorida berlebihan
2)
Tujuan :
Perawat akan
menangani atau mengurangi komplikasi asidosis
3)
Kriteria hasil :
Tidak terdapat tanda-tanda asidosis metabolik
(pernafasan cepat dan lambat, sakit kepala, mual, muntah, bikarbonat plasma dan
pH arteri darah rendah, perubahan tingkah laku, mengantuk, kalsium serum
meningkat, PCO2 kurang dari 35 – 40 mmHg, klorida serum meningkat,
HCO3 menurun.
4)
Intervensi dan
Rasional :
(1)
Kolaborasi dalam
pemberian cairan IV
R : Dehidrasi atau kekurangan cairan dapat disebabkan karena kehilangan
cairan lambung dan urine
(2) Pantau adanya tanda dan gejala
hipokalemia, hipokalemia dan alkalosis setelah asidosisnya terkoreksi
R : Koreksi asidosis yang cepat, mungkin dapat menyebabkan ekskresi kalsium
dan kalium yang cepat serta menimbulkan alkalosis
(3)
Pantau hasil laborat
(serum elektrolit)
R : Membantu mengevaluasi
keefektifan pengobatan dan intervensi
(4) Pantau nilai ABG dan pH urine
R : Nilai ini membantu mengevaluasi keefektifan pengobatan
(5) Berikan
oksigen sesuai indikasi.
R : Perbaikan kadar O2 dan CO2 dapat
meningkatkan fungsi pernapasan.
1.2.2.6 Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan sesak nafas sekunder terhadap adanya penekanan diafragma.
1)
Batasan Karakteristik
Mayor:
(1)
Perubahan frekuensi
pernafasan
(2) Perubahan nadi (frekuensi,
irama, kualitas)
Minor:
(1)
Takipnea, hipernea,
hiperventilasi
(2)
Irama pernafasan tidak
teratur
(3)
Pernapasan yang berat
2)
Tujuan
(1) Dapat menurunkan tanda dan
gejala gangguan pertukaran gas
(2) Pasien dapat menunjukkan
peningkatan perubahan pertukaran gas seperti tanda vital, nilai AGD dan
ekspresi wajah.
3)
Kriteria Hasil
(1)
Menunjukkan frekuensi
pernafasan yang efektif
(2)
Menyatakan gejala
berkurang
(3)
Menyatakan
faktor-faktor penyebab dan menyatakan cara koping adaptif untuk mengatasinya
4)
Intervensi dan
rasional :
(1)
Observasi TTV
R : Mengidentifikasi keadaan pasien dalam intervensi yang diberikan
(2) Kaji adanya bunyi nafas
tambahan, peningkatan pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada dan
kelemahan
R : Identifikasi adanya PK pulmonary edema
(3)
Berikan posisi tidur
semi fowler
R : Posisi semi fowler
memaksimalkan ekspansi paru
(4)
Evaluasi perubahan
pada tingkat kesadaran, catat sianosis dan atau perubahan warna kulit termasuk
membran mukosa dan kuku
R : Akumulasi secret atau
pengaruh jalan nafas dapat mengganggu oksigenasi organ vital jaringan
(5) Tingkatkan tirah baring atau
batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan
R : Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan selama periode penurunan
pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala
(6) Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian oksigen
R : Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap
penurunan ventilasi atau menurunnya permukaan alveolar paru
(7)
Kolaborasi dalam
pemberian obat
R : Dengan terapi
pengobatan dapat mempercepat proses penyembuhan
1.2.2.7 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk penguruman oksigen dan nutrisi ke sel.
1)
Batasan karakteristik
:
Mayor (harus terdapat, satu
atau lebih)
(1)
Adanya salah satu dari
tipe berikut : klaudikasi (arteri), nyeri istirahat (arteri), nyeri yang
menyakitkan (arteri)
(2)
Penurunan atau tidak
ada denyut nadi arteri
(3)
Perubahan warna kulit,
pucat (arteri), sianosis (vena), hyperemia reaktif (arteri)
(4)
Perubahan suhu kulit, lebih
dingin (arteri) lebih hangat (vena)
(5)
Pengisian kapiler
kurang dari 3 detik (arteri)
Minor (mungkin terdapat)
(1)
Edema (vena)
(2)
Perubahan dalam fungsi
sensori (arteri0
(3)
Perubahan dalam fungsi
motorik (arteri)
(4)
Perubahan jaringan
otak (arteri)
2)
Kriteria hasil :
(1)
Mempertahankan tingkat
kesadaran biasanya atau membaik fungsi kognitif dan motorik sensorik
(2)
Menunjukkan perbaikkan
perfusi yang dibuktikan dengan TTV stabil
3)
Tindakan atau
intervensi :
(1) Awasi TTV, kaji pengisian
kapiler.
R : Memberikan informasi tentang derajat / keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu menentukan kebutuhan intervensi
(2) Tinggikan kepala tempat tidur
sesuai toleransi.
R : Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan sirkulasi
atau perfusi serebral
(3) Kaji untuk respon verbal
melambat, mudah terangsang
R : Dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia.
(4) Pantau upaya
pernafasan, auskultasi bunyi nafas
R : Dispneu karena regangan jantung lama / peningkatan kompnsasi curah
jantung.
(5) Berikan
oksigen sesuai indikasi.
R
: Perbaikan kadar O2 dan CO2 dapat meningkatkan fungsi pernapasan.
1.2.2.8 Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan adanya impuls nyeri sekunder terhadap pembesaran hati dan
limpa.
1)
Batasan karakteristik
:
Mayor
Komunikasi (verbal atau kode) dari pemberi gambaran nyeri
Minor
1).
Perilaku melindungi, protektif
2).
Memfokuskan pada diri sendiri
3).
Pemyempitan fokus (perubahan persepsi waktu, menarik
diri dari kontak sosial, kerusakan proses pikir)
4). Perilaku distraksi (merintih, menangis,
mondar-mandir, mencari orang lain dan / atau terfiksasi atau menyebar,
meringis)
5). Wajah tampak menahan nyeri (mata tak
bersemangat, “tampak terpukul” gerakan atau menyebar, meringis)
6). Perubahan pada tonus otot (dapat berkisar
dari malas sampai kaku)
7). Respon autonomik tidak terlihat pada nyeri
stabil kronis (diaforesis, perubahan tekanan darah dan nedi, pupil, dilatasi,
peningkatan atau panurunan frekuensi pernafasan)
8). Adanya pendesakan pada daerah
ulu hati sekunder terhadap terjadinya hepatomegali
2)
Tujuan : Pasien dapat
beradaptasi dengan keadaan nyerinya
3)
Kriteria hasil :
(1)
Orang tua melaporkan
anaknya tidak mengeluh nyeri pada ulu hati atau perutnya
(2)
Skala nyeri 0-1
4)
Intervensi dan
Rasional :
(1)
Berikan tindakan
kenyamanan dasar (misal : reposisi) dan aktivitas hiburan (misal : musik,
televisi)
R : Meningkatkan relaksasi
dan membantu memfokuskan kembali perhatian
(2)
Dorong orang tua dalam
penggunaan ketrampilan manajemen nyeri pada anak (misal : teknik relaksasi,
visualisasi, bimbingan imajinasi)
R : Memungkinkan pasien
untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol
(3)
Beri posisi yang
nyaman bagi pasien
R : Meningkatkan relaksasi
bagi pasien
(4)
Kolaborasi dalam
pemberian analgesik
R : Menekan pengeluaran
reseptor nyeri
(5)
Evaluasi keluhan nyeri / ketidaknyamanan, perhatikan
lokasi dan karakteristik termasuk intensitas (skala 0 – 10). Perhatikan
petunjuk nyeri non verbal (perubahan
tanda vital dan emosi / perilaku)
R : Mempengaruhi
pilihan / pengawasan keefektifan intervensi tingkat ansietas dapat
mempengaruhi presepsi / reaksi terhadap nyeri
(6)
Identifikasi aktivitas terapiutik yang tepat untuk usia
pasien kemampuan fisik dan penampilan pribadi
R :Mencegah kebosanan, menurunkan
ketegangan dan dapat meningkatkan
kekuatan otot, dapat meningkatkan harga diri dan kemampuan koping
0 komentar:
Post a Comment