Tuesday, 16 April 2019

TEORI ABORTUS IMINENS

BAB 1
TINJAUAN TEORI
ABORTUS IMINENS
1.1              Tinjauan Medis
1.1.1        Pengertian
  1. Abortus adalah berakhirnya kehamilan secara spontan maupun therapeutik sebelum fetus bias hidup diluar uterus yaitu sebelum usia kehamilan 20 minggu, BB fetus < 500 gram
  2.  Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. (Syaifudin, 2000)
  3. Abortus imminen adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat                          (Mansjoer,1999)
  4. Abortus imminen  adalah pengeluaran secret pervaginam yang tampak pada paruh pertama kehamilan ( William, 1990)
1.1.2        Etiologi
  1. Yang sering terjadi pada usia kehamilan < 8 minggu
1)      Kelainan kromosom
2)      Gangguan endokrin (IDDM dengan hiperglikemia pada trimester 1 yang menyebabkan gangguan pembuluh darah plasenta)
3)      Faktor imunologik
4)      Infeksi
5)      Gangguan system (SLE)
6)      Genetik
  1. Yang sering terjadi pada usia kehamilan antara 12-20 minggu
1)      Usia ibu dan ayah terlalu muda/tua (> 40 th, < 20 th)
2)      Paritas tinggi
3)      Jarak antar kehamilan pendek
4)      Penyakit kronis ibu ; DM, HT, gangguan hepar, ginjal
5)      Infeksi kronis
6)      Servik inkompeten
7)      Kelainan system reproduksi
8)      Malnutrisi, anemia
9)      Ibu menggunakan NAPZA, tembakau
10)  Radiasi
11)  Trauma fisik dan emosional
1.1.3        Manifestasi Klinis (Mansjoer, 1999)
  1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
  2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
  3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
  4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus
  5. Pemeriksaan ginekologi:  :
    1) Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil    konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
2) Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3) Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

1.1.4        Pathofisiologi
            Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetuspapiraseus.


1.1.5       Klasifikasi ( Mochtar, 1998)
  1. Berdasarkan kejadiannya
1)      Abortus spontan : terjadi secara ilmiah, tanpa intervensi dari luar untuk mengakhiri kehamilan
2)      Abortus induksi (buatan/pengguguran) : terjai akibat intervensi tertentu yang bertujuan mengakhiri  proses kehamilan
  1. Berdasarkan pelaksanaannya
1)      Abortus provokatus terapeutik
Ini merupakan pengakhiran kehamilan sebelum janin menjadi viable, dilakukan pleh tenaga medis yang secara legal berdasar atas indikasi medis dengan tujuan melindungi kesehatan ibu
2)      Abortus provokatus illegal
Dilakukan tanpa dasar hukum atau melawan hukum
  1. Berdasarkan gambaran klinisnya
1)      Abortus kompletus
2)      Abortus inkompletus
3)      Abortus iminens
4)      Abortus insipien
5)      Abortus habitualis
6)      Abortus infeksius
7)      Missed abortion
8)      Abortus septic
9)      Unsafe abortion

1.1.2        Komplikasi (Mochtar, 1998)
1.      Perdarahan
2.      Perforasi, sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga tidak ahli
3.      Infeksi
4.      Payah jantung
5.      Syok hemoragik
1.1.3        Pemeriksaan penunjang
  1. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
  2. Pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
  3. Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion
  4. Data laboratorium (Tes urine, hemoglobin dan hematokrit,  menghitung trombosit, kultur darah dan urine)
1.1.4        Penatalaksanaan
  1. Istirahat,  baring merupakan unsure terpenting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik
  2. Selama ± 2 minggu setelah episode perdarahan cegah orgasme untuk menghindari infeksi dan menginduksi persalinan, cegah stres
1.2              Rencana Asuhan Keperawatan
1.2.1        Pengkajian
1.2.1.1  Anamnesa (Doengoes, 2001)
1)      Riwayat terlambat haid
2)      Riwayat trauma
3)      Waku, jumlah dan sifat perdarahan
4)      Mual, muntah, mules, nyeri perut bagian bawah
5)      Riwayat keluarnya jaringan dari vagina
6)      Kenaikan suhu badan
7)      Keadaan umum lemah atau pingsan
8)      Merasa cemas
9)      Merasa ingin kencing lebih sering
1.2.1.2  Pemeriksaan Fisik
1)      Aktivitas dan istirahat
(1)   Tekanan darah agak lebih rendah daripada normal 8-12 minggu kembali pada tingkat pra kehamilan setengah kehamilan terakhir
(2)   Denyut nadi dapat meningkat 10-15x/mnt
(3)   Sedikit edema pada ekstermitas baeah atau tanpa mungkin ada
(4)   Varises
2)      Integritas ego
Menunjukkan perubahan persepsi diri
3)      Eliminasi
(1)   Perubahan pada konsistensi atau frekuensi diri
(2)   Peningkatan frekuensi kencing
(3)   Urinalisis
(4)   Hemorhoid
4)      Makanan atau cairan
(1)   Terutama trimester pertama, pengaruh kehamilan
(2)   Penambahan berat badan 2-4 kg trimester pertama, trimester kedua dan ketiga masing-masing 11-12 kg
(3)   Membrane mukosa kering, hipertrofi jaringan gusi dapat terjadi mudah berdarah
(4)   Hb dan Ht rendah mungkin ditemui
(5)   Sedikit edema dependen
5)      Nyeri atau kenyamanan
Kram kaki, nyeri tekan dan bengkak pada payudara kontraksi bracton hiks terlihat setelah 28 minggu, nyeri punggung
6)      Pernafasan
(1)   Hidung tersumbat, mukosa lebih merah dari normal
(2)   Frekuensi pernafasan dapat menngkat relative terhadap ukuran atau tinggi uterus
7)      Keamanan
(1)   Gerakan janian terasa pada pemeriksaan setelah 12 minggu
(2)   Quickening (sensai gerakan janin pada abdomen) diantara 16 dan 20 minggu
(3)   Ballottement ada pada bulan keempat dan kelima
8)      Seksualitas
(1)   Penghentian menstruasi
(2)   Perubahan respon atau aktivitas seksual
(3)   Leukemia mungkin ada
(4)   Perubahan pigmentasi kulit, cloasma, linea nigra, eritema
(5)   Tanda-tana goodel, hedger, Chadwick positif
9)      Interaksi sosial
(1)   Bingung atau merupakan perubahan peran yang diantisipasi
(2)   Tahap maturasi atau perkembangan bervariasi dan dapat mundur dengan stressor kehamilan
(3)   Respon anggota keluarga lain dapat bervariasi dari positif sampai disfungsional
10)  Penyuluhan atau pembelajaran
Harapan individu terhadap kehamilan, persalinan atau melhirakan tergantung pada usia, tingkat pengetahuan, pengalaman paritas, keinginan terhadap anaka, stabilitas ekonomi

1.2.2        Rencana Asuhan Keperawatan
1.2.2.1  Risiko injury pada janin berhubungan dengan penurunan perfusi plasenta akibat perdarahan
  1. Tujuan : klien menunjukkan perfusi plasenta adekuat
  2. Kriteria evaluasi
1)      Pola dan frekuensi DJJ normal
2)      NST (non stress test) reaktif
3)      Tidak terjadi perdarahan
4)      Kontraksi uterus (-)
  1. Intervensi dan Rasional
1)      Perhatikan status fisiologis ibu status sirkulasi ibu, atasi kehilangan cairan
R : Kejadian hipovolemia merusak kehamilan dengan menurunkan perfusi uteroplasenta
2)      Auskultasi dan laporkan DJJ dan perubahan aktivitas
R : Pada awalnya janin akan berespon terhadap hipoksia dengan takikardia dan peningkatan aktivitas/ gerakan janin. Jika berlangsung terus akan terjadi bradikardia dan hipoaktivitas
3)      Catat hari perkiraan lahir
R : HPL memberi perkiraan viabilitas janin
4)      Hitung jumlah perdarahan dan kontraksi uterus tiap 15 menit sampai dengan 2 jam prn tergantng jumlah perdarahan
R : jika perdarahan terus berlanjut dan kontraksi uterus kuat, maka bedrest dan medikasi tidak efektif untuk memperthankan kehamilan, perlu dilakukan terapi aktif
5)      Atur posisi tidur miring kiri
R : menghilangkan tekanan pada vena kava inferior untuk meningkatkan preload dan meningkatkan sirkulasi plasenta
6)      Persipkan pemeriksaan USG, NST dan amniosintesis sesuai pemeriksaan
R ; dengan NST diketahui respon DJJ terhadap gerakan janin, tes rekatif menandakan status kesejahteraan janin, USG dan amniosintesis dapat menentukan maturitas janin
7)      Sipakan intervensi bedah sesuai advis
R : Pembedahan diperlukan jika terjadi solisio plasenta berat, janin hidup dan tidak terjadi persalinan, DIC, plasenta previa dengan janin matur dan kelahiran pervaginam tidak mmemungkinkan, perdarahan aktif tidak berhenti dengan bedrest

1.2.2.2  Defisit volume  cairan
  1. Dapat dihubungkan dengan perdarahan
  2. Batasan karakteristik
Mayor (harus ada)
1)      Hipotensi
2)      Takikardia
3)      Kulit lembab atau dingin
4)      CRT lambat
5)      Penurunan kesadaran
  1. Tujuan
Terhindarnya syok hipovolemik dan perdarahan berkurang atau berhenti
  1. Kriteria hasil
1)      Turgor kulit elastis
2)      Tidak anemia
  1. Intervensi dan Rasional
1)      Evaluasi dan laporkan karakteristik perdarahan untuk memperkirakan kehilangan darah
R : Mengetahui volume darah yang hilang dan untuk membandingkan diagnosa sesuai hasil laporan
2)      Cek TC, hb, Hct, Rh untuk menyiapkan support darah
R : Mengetahui risiko perdarahan yang berlanjut dilakukan pengambilan sample darah untuk disesuaikan golongan dan kandungan darah untuk tindakan selanjuutnya
3)      Pasang IV line dengan kanula besar untuk dehidrasi dan antisipasi syok dengan memberikan cairan, transfuse sesuai pesanan doktermengurangi risiko syok dan perdarahan yang terus-menerus
R : Tindakan cepat dan tepat
4)      Catat tanda vital, CRT, warna membrane mukosa dan kulit, suhu, tekanan vena sentral untuk memntukan bertanya kehilngan darah dan memantau keadekuatan penggantian cairan
R : Ketidakstabilan dan kenormalan tanda vital serta keadaan umum dari pasien menggambarkan kondisi yang buruk sehingga perlu adanya penentuan dan pemantauan penggantian ciran sesuai kebutuhan tubuh secara adekuat
5)      Monitor intake output, pasang katetaer, ukur urine dengan cermat untuk menentukan luasnya kehilangan cairan  dan perfusi ginjal
R : Keseimbangan antara pemasukan dan haluaran dapat memberikan informasi kekuatan metabolisme tubuh serta fungsi ginjal untuk mengatur kebutuhan tubuh yang diperlukan
6)      Simpan jaringan yang keluar untuk melihat adanya retensi jaringan atau pemeriksaan patologis (PA) bila perlu
R : Pelepasan jaringan dari desidua basalis dapat dipastikan dengan pemeriksaan tersebut untuk melihat tingkat keganasan retensi jaringan dan sel pathogen dikhawatirkan diagnosa banding dan perdarahan pada usia muda akibat kehamilan ektopik dan mola
7)      Jelaskan keperluan pembedahan bersama dokter untuk tindakan d&C, laparoskopi, salpingektomi atau indikasi
R : Tindakan medis yang dilakukan untuk mengatsi masalah yang tidak dapat ditangani secara sederhana dan medikamentosa seperti, halnya
abortus spontan yang memerlikan prosedur curetase

1.2.2.3  Perubahan rasa nyaman (nyeri)
  1. Data mayor : pengungkapan tentang descriptor nyeri
  2. Minor : perubahan kemanpuan untuk melanjutkan aktivitas sebelumnya, agitasi, ansietas, ketidakefektifan fisik atau imobilitas, posisi berhati-hati, raut wajah kesakitan, menangis, merintih
  3. Tujuan : individu menytakan peredaan setelah suatu tindakan peredaan
  4. Kriteria Hasil : nyeri berkurang atau hilang, menyebutkan intervensi yang efektif, menyebutkan factor-faktor yang meningkatkan nyeri
  5. Intervensi dan Rasional
1)      Kurangi adanya kurang pengetahuan/ jelaskan sebab-sebab nyeri kepada individu
R : Informasi yang akurat tentang ketidaknyamanan dan sensai yang dirasakan dapat mengurangi nyeri
2)      Ajarkan metode istraksi selama nyeri missal : nafas dalam
R : Tindakan distraksi dan relaksasi dapat membantu pasien untuk meningkaykan kenyamanan
3)      Beri individu obat analgetik
      R : Obat golongan analgetik bersifat membelokkan sensasi nyeri
4)      Observasi tanda-tanda vital
            R : Tanda-tanda vital untuk memantau keadaan pasien




DAFTAR PUSTAKA

Achdiat,M.Chrisdiono. (2004). Protap Obsygyn. Jakarta : EGC
Doengoes, ME & MF Moorhouse. (1994)Rencana Perawatan / Bayi Pedoman untuk Perencanan dan Dokumentasi Perawatan Klien. Edisi 2. Jakarta : EGC
Lowdermik ,Perry & Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Guttmoenen, Alan. (2007). Seorang Wanita HamilHttp://www.org.usa./Pubs+g/08/02/gr.Html. Tanggal akses 02 April  2009 jam 09.30.
Hamilton.(1995). Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Edisi 6. Jakarta : EGC
Mochtar,Rustam.(1998). Sinopsis Obsetri : Fisiologis, Obsetri patologi. Jakarta : EGC
Wheatar, Linda.(2003). Buku Saku Perawatan Prenatal dan Pasca partum. Jakarta : EGC  

0 komentar:

Post a Comment