Tuesday, 16 April 2019

TEORI IDIOPATIK TROMBOSITOPENIK PURPURA ( ITP )

BAB 1
LANDASAN TEORI
IDIOPATIK TROMBOSITOPENIK PURPURA ( ITP )


1.1  Tinjauan Medis
1.1.1        Pengertian
  1. ITP ( Idiopatik Trombositopenik Purpura ) adalah keadaan perdarahan berupa ptecie atau ekimosis di kulit / selaput lender dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui. ITP pada anak tersering terjadi pada umur 2 – 8 tahun dan lebih sering terjadi pada wanita.(Arif Manjoer,dkk; 2000).
  2. ITP ( Idiopatik Trombositopenik Purpura ) adalah salah satu gangguan perdarahan didapat yang paling umum terjadi. ITP adalah sindrom yang didalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang bersirkulasi dalam keadaan sumsum normal. (Cecily L,Linda;2002).
1.1.2        Etiologi
Penyebab pasti belum pasti diketahui (idiopatik), tetapi kemungkinan akibat dari :
1.      Hipersplenisme.
2.      Infeksi virus.
3.      Intoksikasi makanan / obat ( asetosal para amino salisilat ( PAS ), fenilbutazon, diamoks, kina, sedormid ).
4.      Bahan kimia
5.      Pengaruh fisi ( radiasi, panas ).
6.      Kekurangan factor pematangan ( malnutrisi ).
7.      Koagulasi intra vascular diseminata ( CKID ).
8.      Autoimune.

1.1.3        Fisiologi
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang warnanya merah. Warna merah itu keadaanya tidak tetap tergantung pada banyaknya O2­  dan CO2 di dalamnya. 
Fungsi darah terdiri atas :
1)      Sebagai alat pengangkut, yaitu :
(1)    Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh 
(2)    Mengambil zat-zat makanan dari usus halus, untuk diedarkan dan dibagikan ke seluruh jaringan atau alat tubuh
(3)    Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal
Bagian-bagian darah dan fungsinya :
1)     Sel darah
(1)    Eritrosit
Fungsi :
-         Transpor Haemoglobin
-         Mengandung karbonic anhydrose (enzim)
-         Buffer asam-basa
(2)    Leukosit
Fungsi :
-         Pertahanan tubuh dengan 2 cara
·         Fagositosis
·         Membentuk antibody, komplemen dan limfosit
Komponen sel darah putih
-         Granulosit
-         Monosit
-         Limfosit
(3)    Trombosit
Fungsi :
-         Pembekuan darah
                         -    Mempunyai peranan dalam hormone

1.1.5        Klasifikasi ITP ( Idiopatik Trombositopenik Purpura )
1.      ITP Akut
-          Awalnya dijumpai trombositopenia pada anak.
-          Jumlah trombosit kembali normal dalam 6 bulan setelah diagnosis.
-          Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.
  1. ITP Kronik
-          Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan setelah diagnosis.
-          Awitan tersembunyi dan berbahaya.
-          Jumlah trombosit tetap di bawah normal selama penyakit.
-          Bentuk ini terutama terjadi pada orang dewasa.
  1. Kambuhan
-     Mula – mula terjadi trombositopenia
-     Relaps berulang
-     Jumlah trombosit kembali normal diantara waktu kambuh
           
1.1.2        Manifestasi Klinis
  1. Masa prodromal : Keletihan, demam, dan nyeri abdomen.
  2. Secara spontan timbul ptecie dan ekimosis pada kulit.
  3. Mudah memar.
  4. Epistaksis ( gejala awal pada sepertiga anak ).
  5. Menoragia.
  6. Hematuria (jarang).
  7. Perdarahan dari rongga mulut ( jarang ).
  8. Melena ( jarang ).
1.1.3        Komplikasi
  1. Reaksi transfusi
  2. Relaps
  3. Perdarahan susunan saraf pusat (kurang dari 1 % kasus yang terkena).
1.1.4        Pemeriksaan Penunjang
  1. Jumlah trombosit menurun sampai kurang dari 40.000 mm3 dan sering kurang dari 20.000 mm3.
  2. Pada penghitungan darah lengkap (CBC) terjadi anemia karena ketidakmampuan sel darah merah (SDM) menggunakan zat besi.
  3. Pada aspirasi sumsum tulang terdapat peningkatan megakariosit.
  4. Pada jumlah leukosit terjadi leukositosis ringan sampai sedang; eosinofilia ringan.
  5. Pada uji antibody trombosit dilakukan bila diagnosis diragukan .
1)      Biopsi jaringan pada kulit dan gusi – diagnostic.
2)      Uji antibody antinuklir untuk menyingkirkan kemungkinan Lupus Eritematosus Sistemik (SLE).
3)      Pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat adanya  eveitis.
4)      Biopsi ginjal untuk mendiagnosis keterlibatan ginjal.
5)      Foto thoraks dan uji fungsi paru merupakan diagnosis untuk manifestasi paru ( efusi, fibrosis intestinal paru ).

1.1.5        Penatalaksanaan
1.      Penatalaksanaan Medis
1)      ITP Akut
-          Ringan : observasi tanpa pengobatan dapat sembuh spontan.
-          Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka berikan kortikosteroid.
-          Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per IV.
-          Bila keadaan gawat, maka berikan transfusi suspensi trombosit.
2)      ITP Menahun
-          Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
Misal : prednisone 2 – 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV).
-          Immunosupresan : 6 – merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari peroral.
-          Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.
-          Siklofosfamid 2 mg/kgBB.hari per oral.
-          Splenektomi.
2.      Indikasi
1)      Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif selama 2 – 3 bulan.
2)      Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian kortikosteroid saja dengan gambaran klinis sedang sampai berat.
3)      Penderita yang menunjukkan respons terhadap kortikosteroid namun perlu dosis tinggi untuk mempertahankan klinis yang baik tanpa perdarahan.
3.      Kontraindikasi
Anak usia sebelum 2 tahun karena fungsi limpa terhadap infeksi belum dapat diambil alih oleh alat tubuh yang lain ( hati, kelenjar getah bening dan thymus).

1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
1.2.1.1 Anamnesa
1)      Tanyakan adanya riwayat penyakit ITP (Idiopatik Trombositopenik Purpura), demam atau penyakit infeksi lain
2)      Tanyakan kebiasaan berobat yang pernah dilakukan saat demam
3)      Tanyakan masukan nutrisi saat di rumah.
4) Tanyakan adanya berak darah, bintik – bintik merah dan memar pada kulit, mimisan,perdarahan pada hidung dan gusi.
5)      Tanyakan aktivitas yang dilakukan di rumah.
1.2.1.2 Pemeriksaan Fisik
1.      Aktivitas / Istirahat
Gejala           : Keletihan, kelemahan, malaise umum, toleransi terhadap latihan rendah.
Tanda           :  Takikardia / takipnea, dispnea pada saat beraktivitas / istirahat, kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
2.      Sirkulasi
Gejala           :  Riwayat kehilangan darah kronis, palpitasi ( takikardi kompensasi )
Tanda           : Tekanan darah meningkat pada sistolik dan pada diastolic stabil.
3.      Integritas Ego
Gejala           :  Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan : penolakan tranfusi darah.
Tanda           : Depresi
4.      Eliminasi
Gejala           :  Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare konstipasi.
Tanda           :  Distensi abdomen
5.      Makanan / Cairan
Gejala           :  Penurunan masukan diet, mual, muntah, anoreksia.
Tanda           :  Turgor kulit jelek, tampak kusut dan hilang elastisitas.
6.      Neurosensori
Gejala           :  Sakit kepala, pusing, kelemahan, penurunan penglihatan.
Tanda           : Epistaksis, pada mental : tak mampu berespons ( lambat dan dangkal)
7.      Nyeri / Kenyamanan
         Gejala           :  Nyeri tekan pada ulu hati, wajah tampak menyeringai kesakitan menahan nyeri
         Tanda           :  Takipne, dispnea.
8.      Pernafasan
Gejala           :  Nafas pendek pada istirahat dan aktivitas
         Tanda           :  Takipne, dispnea.
9.      Keamanan
Gejala           :  Penyembuhan luka buruk sering infeksi, tranfusi dara sebelumnya
Tanda           :  Ptecie, ekimosis.

1.2.2        Rencana Asuhan Keperawatan
1.2.2.1  Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia atau mual muntah
1)      Batasan karakteristik :
Mayor :
Individu mengalami masukan makanan yang tidak adekuat
Minor :
(1)    BB badan 10% - 20% di bawah normal
(2)    Kelemahan otot dan nyeri tekan muntah
2)      Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat dalam waktu 2 x 24 jam dengan kriteria hasil :
(1)    Pasien senang bila makan
(2)    Nafsu makan meningkat
(3)    Porsi makan yang diberikan selalu habis
3)      Tindakan atau intervensi
(1)    Berikan makanan yang disertai dengan suplemen vitamin untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
R :       Untuk meningkatkan nafsu makan sebagai pemenuhan terhadap nutrisi
(2)    Anjurkan untuk makan-makanan dengan porsi kecil tapi sering
R :       Untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi dan dapat menurunkan kejenuhan makan serta meningkatkan nafsu makan
(3)    Jelaskan pengertian intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan
R :       Untuk memberikan motivasi agar kebutuhan nutisi terpenuhi

(4)    Bantu orang terdekat atau orang tua mengembangkan keseimbangan nutrisi
R :       Meningkatkan pemahaman kebutuhan individu terhadap pentingnya nutrisi sebagai penunjang keseimbangan pasien
(5)    Menimbang berat badan tiap hari
R :       Untuk mendeteksi tingkat kekurangan nutrisi dari pada pasien
(6)    Kolaborasi dalam pemberian diit
R :       Untuk memenuhi kebutuhan nutisi yang adekuat

1.2.2.2  Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi sekunder terhadap peningkatan metabolisme tubuh.
1)      Batasan Karakteristik :
(1)    Anak mengeluh badannya panas
(2)    Anakmengeluh kedinginan
(3)    Anak tampak menggigil
(4)    Suhu badan anak meningkat
(5)    Hasil laborat didapatkan trombosit < 100.000 / mm3
2)      Tujuan
Suhu tubuh dalam batas normal (36-37C)
3)      Kriteria hasil :
(1)    Anak tidak mengeluh badannya panas lagi
(2)    Kedinginan berkurang
(3)    Anak tidak tampak menggigil
(4)    Suhu tubuh badan nomal 36-37 0 C
4)      Intervensi
(1)    Beri pasien baju yang tipis
R :       Mempercepat evaporasi atau penguapan panas tubuh
(2)    Berikan banyak air putih dan motivasi pasien untuk minum sebanyak-banyaknya
R :       Membantu menurunkan suhu tubuh
(3)    Berikan kompres air hangat
R :       Membuka pori-pori kulit sehingga mempercepat penguapan panas tubuh
(4)    Observasi TTV terutama suhu setiap 4 jam
R :       Memantau perkembangan pasien dan menentukan intervensi selanjutnya
(5)    Batasi aktivitas pasien
R :       Mengurangi produksi panas tubuh

(6)    Beri HE tentang pentingnya minum yang banyak
R :       Meningkatkan pengetahuan pasien dan mempercepat proses penyembuhan pasien
(7)    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik
R :       Untuk menurunkan panas

1.2.2.3  P.K. Syok Hipovolemik
1)      Batasan Karakteristik :
(1)    Turgor kulit jelek
(2)    Adanya tanda-tanda dehidrasi (hipotensi, peningkatan HCt, haluaran urine tidak adekuat)
(3)    KU lemah
2)      Tujuan :
Perawat dapat menangani dan mencegah terjadinya kekurangan volume cairan.
Kriteria hasil :
(1)    Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit menurun, hipotensi, peningkatan HCt, haluaran urine tidak adekuat)
(2)    TTV dalam batas normal (TD, nadi, suhu)
(3)    Intake output seimbang
3)      Intervensi dan Rasional :
(1)    Pantau intake output
R :       Keseimbangan intake dan output cairan akan memenuhi kebutuhan metabolisme cairan dalam tubuh
(2)    Pantau adanya tanda-tanda dehidrasi
R :       Kekurangan volume cairan yang tidak terpantau akan jatuh ke dalam keadaan renjatan atau syok yang lebih berat
(3)    Pantau TTV setiap 4 jam (suhu, TD, nadi)
R :       Memantau perkembangan kesehatan pasien
(4)    Kolaborasi dalam pemberian terapi cairan
R :       Memenuhi kebutuhan cairan yang diperlukan untuk proses metabolisme
(5)    Pantau hasil laboratorium (HCt, pH dan ABG)
R :       Kekurangan volume cairan akan ditunjukkan dengan peningkatan HCt, hemokonsentrasi akan terlihat pada pemeriksaan ABG.

1.2.2.4  P.K. Perdarahan
1)      Batasan Karakteristik :
(1)    Trombositopenia
(2)    Nadi lemah dan cepat
(3)    Hipotensi
(4)    Adanya tanda-tanda perdarahan (petecie, hematemesis melena, epistaksis)
2)      Tujuan :
Perawat dapat memantau dan menangani terjadinya perdarahan
Kriteria hasil :
(1)    Tidak terdapat tanda-tanda perdarahan (ptecie, hematemesis melena, epistaksis)
(2)    Tekanan darah normal
(3)    Nadi normal : 80 – 100 x/mnt
(4)    Trombosit 144.000 – 440.000
3)      Intervensi dan Rasional :
(1)    Pantau adanya tanda-tanda perdarahan (ptecie, hematemesis melena, epistaksis)
R :       Peningkatan permeabilitas kapiler akan menurunkan elastisitas pembuluh darah sehingga pembuluh darah bersiko untuk mudah pecah dan menimbulkan perdarahan
(2)    Pantau TTV (TD, nadi)
R :       Memantau atau identifikasi tanda awal terjadinya perdarahan, penurunan TD dan nadi merupakan kompensasi tubuh untuk memenuhi kebutuhan cairan dan hemokonsentrasi dalam tubuh
(3)    Pantau hasil laboratorium (Hb, trombosit)
R :       Terjadinya agregasi platelet karena adanya kebocoran pembuluh darah akan menurunkan nilai hb dan trombosit
(4)    Anjurkan pada orang tua pasien untuk memantau aktivitas anak untuk banyak istirahat
R :       Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan
(5)    Kolaborasi dalam pemberian terapi cairan
R :       Memenuhi kebutuhan cairan yang diperlukan untuk proses metabolisme

1.2.2.5  P.K. Asidosis Metabolik
1)      Batasan Karakteristik :
(1)    Diabetes Mellitus
(2)    Asidosis laktat
(3)    Uremia
(4)    Diare
(5)    Pemasukan jumlah salin isotonik atau amonium klorida berlebihan
2)      Tujuan :
Perawat akan menangani atau mengurangi komplikasi asidosis
3)      Kriteria hasil :
Tidak terdapat tanda-tanda asidosis metabolik (pernafasan cepat dan lambat, sakit kepala, mual, muntah, bikarbonat plasma dan pH arteri darah rendah, perubahan tingkah laku, mengantuk, kalsium serum meningkat, PCO2 kurang dari 35 – 40 mmHg, klorida serum meningkat, HCO3 menurun.
4)      Intervensi dan Rasional :
(1)    Kolaborasi dalam pemberian cairan IV
R :       Dehidrasi atau kekurangan cairan dapat disebabkan karena kehilangan cairan lambung dan urine
(2)    Pantau adanya tanda dan gejala hipokalemia, hipokalemia dan alkalosis setelah asidosisnya terkoreksi
R :       Koreksi asidosis yang cepat, mungkin dapat menyebabkan ekskresi kalsium dan kalium yang cepat serta menimbulkan alkalosis
(3)    Pantau hasil laborat (serum elektrolit)
R :       Membantu mengevaluasi keefektifan pengobatan dan intervensi
(4)    Pantau nilai ABG dan pH urine
R :       Nilai ini membantu mengevaluasi keefektifan pengobatan

1.2.2.6  Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sesak nafas.
1)      Batasan Karakteristik
Mayor:
(1)    Perubahan frekuensi pernafasan
(2)    Perubahan nadi (frekuensi, irama, kualitas)
Minor:
(1)   Takipnea, hipernea, hiperventilasi
(2)   Irama pernafasan tidak teratur
(3)   Pernapasan yang berat
2)      Tujuan
(1)    Dapat menurunkan tanda dan gejala gangguan pertukaran gas
(2)    Pasien dapat menunjukkan peningkatan perubahan pertukaran gas seperti tanda vital, nilai AGD dan ekspresi wajah.
3)      Kriteria Hasil
(1)    Menunjukkan frekuensi pernafasan yang efektif
(2)    Menyatakan gejala berkurang
(3)    Menyatakan faktor-faktor penyebab dan menyatakan cara koping adaptif untuk mengatasinya
4)      Intervensi dan rasional
(1)    Observasi TTV
R :    Mengidentifikai keadaan pasien dalam intervensi yang diberikan
(2)    Kaji adanya bunyi nafas tambahan, peningkatan pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada dan kelemahan
R :    TB paru menyebabkan efek luas pada paru, efek pernapasan dapat dari ringan sampai dispnea berat sampai distress pernafasan
(3)    Berikan posisi tidur semi fowler
R :    Posisi semi fowler memaksimalkan ekspansi paru
(4)    Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis dan atau perubahan warna kulit termasuk membran mukosa dan kuku
R :    Akumulasi secret atau pengaruh jalan nafas dapat mengganggu oksigenasi organ vital jaringan
(5)    Tingkatkan tirah baring atau batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan
R :    Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan selama periode penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala
(6)    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen
R :    Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi atau menurunnya permukaan alveolar paru
(7)    Kolaborasi dalam pemberian obat
R :    Dengan terapi pengobatan dapat mempercepat proses penyembuhan

1.2.2.7  Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk penguruman oksigen dan nutrisi ke sel.
1)      Batasan karakteristik :
Mayor (harus terdapat, satu atau lebih)
(1)    Adanya salah satu dari tipe berikut : klaudikasi (arteri), nyeri istirahat (arteri), nyeri yang menyakitkan (arteri)
(2)    Penurunan atau tidak ada denyut nadi arteri
(3)    Perubahan warna kulit
Pucat (arteri), sianosis (vena), hyperemia reaktif (arteri)
(4)    Perubahan suhu kulit
Lebih dingin (arteri) lebih hangat (vena)
(5)    Pengisian kapiler kurang dari 3 detik (arteri)
Minor (mungkin terdapat)
(1)   Edema (vena)
(2)   Perubahan dalam fungsi sensori (arteri0
(3)   Perubahan dalam fungsi motorik (arteri)
(4)   Perubahan jaringan otak (arteri)
2)      Kriteria hasil :
(1)    Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya atau membaik fungsi kognitif dan motorik sensorik
(2)    Menunjukkan perbaikkan perfusi yang dibuktikan dengan TTV stabil
3)      Tindakan atau intervensi :
(1)    Awasi TTV, kaji pengisian kapiler.
R :        Memberikan informasi tentang derajat / keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi
(2)    Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
R :       Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan sirkulasi atau perfusi serebral
(3)    Kaji untuk respon verbal melambat, mudah terangsang
R :       Dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia.
      (4) Pantau upaya pernafasan, auskultasi bunyi nafas
R :       Dispneu karena regangan jantung lama / peningkatan kompnsasi curah jantung.

1.2.2.8  Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pengeluaran reseptor nyeri sekunder terhadap gangguan system retikolulo endotelia.
1)      Batasan karakteristik :
Adanya pendesakan pada daerah ulu hati sekunder terhadap terjadinya hepatomegali
2)      Tujuan : Pasien dapat beradaptasi dengan keadaan nyerinya
3)      Kriteria hasil :
(1)    Orang tua melaporkan anaknya tidak mengeluh nyeri pada perutnya
(2)    Orang tua melaporkan anak mau minum obat
4)      Intervensi dan Rasional :
(1)    Berikan tindakan kenyamanan dasar (misal : reposisi) dan aktivitas hiburan (misal : musik, televisi)
R :       Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian
(2)    Dorong orang tua dalam penggunaan ketrampilan manajemen nyeri pada anak (misal : teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi)
R :       Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol 
(3)    Beri posisi yang nyaman bagi pasien
R :       Meningkatkan relaksasi bagi pasien
(4)    Kolaborasi dalam pemberian analgesik
R :       Menekan pengeluaran reseptor nyeri

1.2.2.9 Kurang pengetahuan tentang pemberian terapi pengobatan berhubungan dengan proses informasi.
1)   Batasan karakteristik :
-        Orang tua pasien mengungkapkan ketidaktahuannya tentang terapi pengobatan yang diberikan pada anaknya.
-        Orang tua pasien bertanya tentang pemberian terapi pengobatan pada petugas.
2)   Tujuan       :
      Setelah mendapatkan tindakan keperawatan, pengetahuan orang tua pasien tentang pemberian terapi pengobatan bertambah.
3)   Kriteria hasil          :
-        Orang tua pasien mengungkapkan sudah jelas tentang pemberian terapi pengobatan.
-        Orang tua pasien dapat menjelaskan kembali tentang pemberian terapi pengobatan.
4)   Intervensi dan rasional
      (1) Kaji tingkat ketidaktahuan pasien atau keluarga pasien tentang cara minum obat
         R      : Identifikasi sejauh mana informasi yang dibutuhkan pasien / keluarga   tentang pemberian terapi pengobatan
      (2)  Kaji tingkat pendidikan pasien / keluarga pasien.
            R      :  Identifikasi pendidikan pada sasaran perawatan sehingga dapat memberikan informasi sesuai dengan kemampuan penerimaan sasaran
      (3)  Diskusikan bersama sasaran tetang pentingnya pengobatan sesuai dengan aturan pakai.
            R      : Pentingnya pengobatan sesuai dengan aturan pakai akan meningkatkanefektifitas pemberian terapi.
      (4)  Beri HE tentang aturan minum obat saat di rumah.
            R      :  Memberikan informasi tentang pemberian obat dan pemakaian obat saat di rumah.
      (5)  Evaluasi pengetahuan sasaran perawatan tentang pemberian terapi pengobatan (aturan minum obat saat di rumah ).
            R      :  Identifikasi penerimaan sasaran perawatan setelah mendapat informasi.

1.2.2.10 Kurang pengatuhua tentang resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan proses informasi tentang perjalanan penyakit.
      1)   Batasan karakteristik  
-        Orang tua pasien mengungkapkan ketidaktahuannya tentang penyakit yang diderita oleh anaknya.
-        Orang tua pasien bertanya tentang penyakit yang diderita oleh anaknya pada petugas.
2)      Tujuan
Setelah mendapatkan tindakan keperawatan, pengetahuan orang tua pasien tentang penyakit yang diderita oleh anaknya bertambah.
3)      Kriteria hasil
-        Orang tua pasien mengungkapkan sudah jelas tentang penyakit yang diderita oleh anaknya.
-        Orang tua pasien dapat menjelaskan kembali tentang :
a.       Pengertian penyakit.
b.      Penyebab penyakit.
c.       Tanda dan gejala penyakit.
d.      Pertolongan pertama saat di rumah
4)      Intervensi dan rasional
(1) Kaji tingkat ketidaktahuan pasien atau keluarga pasien tentang penyakit yang diderita pasien.
      R   : Identifikasi sejauh mana informasi yang dibutuhkan pasien / keluarga   tentang penyakit yang diderita pasien.
(2)  Beri HE kepada pasien dan keluarga tentang konsep dasar penyakit yang diderita pasien.
      R   : Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita pasien.
            (3)  Evaluasi pengetahuan sasaran perawatan tentang konsep dasar penyakit yang diderita pasien.
                        R         : Identifikasi penerimaan sasaran perawatan setelah mendapat informasi.





DAFTAR PUSTAKA

Betz L. Cecily,dkk.2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri;Edisi 3 Jakarta : EGC

______,2000.Kapita Selecta Kedokteran Edisi 3;Jilid 2.FKUI : Media Aesculapius

Nettina M.Sandra.1996.Pedoman Praktik Keperawatan.Jakarta : EGC

Barbara C.Long.1996.Perawatan Medikal Bedah.Bandung :____

Carpenito, Lynda Juall. (1996). Diagnosa Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Doengoes, Marilyn E. (1996). Rencana Asuhan Keperawatan . Edisi 6. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

0 komentar:

Post a Comment