BAB 1
LANDASAN
TEORI
TROBOSITOPENIA
1.1 Tinjauan
Medis
1.1.1
Pengertian
Trombositopenia
adalah berkurangnya jumlah sel-sel keping darah (trombosit) di dalam tubuh
(darah) karena suatu hal. biasanya disebabkan oleh kanker dll
Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang ditandai oleh adanya
penurunan jumlah trombosit dalam darah perifer
1.1.2
Etiologi
Penyebab trombositopenia :
1.
Sumsum tulang menghasilkan sedikit trombosit
1)
Leukemia
2) Anemia aplastik
3) Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
4) Pemakaian alkohol yang berlebihan
5) Anemia megaloblastik
6) Kelainan sumsum tulang
2. Trombosit terperangkap di dalam limpa yang
membesar
1)
Sirosis disertai splenomegali kongestif
2)
Mielofibrosis
3)
Penyakit Gaucher
3. Trombosit menjadi terlarut
1) Penggantian darah yang masif atau transfusi
ganti (karena platelet tidak dapat bertahan di dalam darah yang ditransfusikan)
2) Pembedahan bypass kardiopulmoner
4. Meningkatnya penggunaan atau penghancuran
trombosit
1) Purpura trombositopenik idiopatik (ITP)
2) Infeksi HIV
3) Purpura setelah transfusi darah
4) Obat-obatan, misalnya heparin, kuinidin,
kuinin, antibiotik yang mengandung sulfa, beberapa obat diabetes per-oral,
garam emas, rifampin
5) Leukemia kronik pada bayi baru lahir
6) Limfoma
7) Lupus eritematosus sistemik
8) Keadaan-keadaan yang melibatkan pembekuan
dalam pembuluh darah, misalnya komplikasi kebidanan, kanker, keracunan darah
(septikemia) akibat bakteri gram negatif, kerusakan otak traumatik
9) Purpura trombositopenik trombotik
10) Sindroma hemolitik-uremik
11) Sindroma gawat pernafasan dewasa
12) Infeksi berat disertai septikemia.
1.1.3
Fisiologi
Trombosit bukan merupakan suatu sel utuh tapi merupakan fragmen
sitoplasma megakariosit yang terlepas keluar sel megakariosit. Trombosit berasal dari sel megakariosit yang
berada dalam sumsum tulang sehingga pembentukannya terdapat dalam organ
tersebut. Trombosit tidak mempunyai inti dan dilengkapi organel dan system
enzim sitosol untuk menghasilkan energy dan mensintesis produksi sekretorik
yang disimpan di granula-granula yang tersebar di seluruh sitosolnya.Umur trombosit
dalam sirkulasi sekitar 7-10 hari pada manusia. Hitung trombosit normal adalah
150.000-400.000/µl darah. Diameter trombosit rata-rata 1-2 µm dan volume sel
rata-rata 5,8 fl
Trombopoesis berasal dari sel
induk pluripotensial yang berubah menjadi megakarioblas kemudian
promegakarioblas menjadi megakariosit di dalam sumsum tulang.Megakariosit
mengalami pematangan dengan replikasi inti endometotik yang sinkron,
memperbesar volume sitoplasma sejalan dengan penambahan lobus inti menjadi
kelipatan duanya. Kemuadian sitoplasma menjadi granuler dan trombosit
dilepaskan. Setiap megakariosit menghasilkan sekitar 4000 trombosit. Interval
waktu dari diferensiasi sel induk (stem cell) sampai dihasilkan trombosit
sekitar membutuhkan sekitar 10 hari pada manusia. Trombopoesis dipengaruhi oleh hormone
trombopoetin yang dihasilkan di hati dan ginjal dan sejumlah sitokin seperti:
IL-11, IL-3, dan IL-6. Trombopoetin meningkatkan kecepatan dan jumlah maturasi
megakariosit
Struktur trombosit secara ultrastruktur trombosit
terdiri atas :
1. Zona perifer : glikokalik (membrane ekstra
yang terletak di bagian paling luar, didalamnya terdapat membrane plasma dan
lebih dalam lagi terdapat system kanal terbuka.
1) Glikoprotein (GP) penting untuk reaksi
adhesi dan agregasi trombosit yang merupakan kejadian awal yang mengarah pada
pembentukan sumbat trombosit selama hemostasis.
2) GP Ia : adhesi pada kolagen
3) GPIb, IIb//IIIa : reseptor faktor von
willebrand (vWF) dan karenanya juga perlekatan pada subendotel vaskular.
4) GP IIb/IIIa : reseptor fibrinogen yang
penting dalam agregasi trombosit.
5) Membran plasma berinvaginasi ke bagian
dalam trombosit untuk membentuk suatu sistem membran (kanalikular) terbuka yang
menyediakan permukaan reaktif yang luas tempat protein koagulasi plasma
diabsorbis secara selektif. Fosfolipid membran (faktor trombosit 3) sangat
penting dalam konversi faktor koagulasi X menjadi Xa, dan protrombin (faktor
II) menjadi trombin (faktor IIa).
2. Zona sol-gel : Mikrotubulus, mikrofilamen,
system tubulus padat (berisi nukleotida adenine dan kalsium). Selain itu
adapula trombostenin, suatu protein penting untuk fungsi kontraktil.
3. Zona organela : Granula padat elektron ,
mitokondria, granula α dan
organela (lisosom dan retikulum endoplasmik).
1) Granula padat berisi dan melepaskan
nukleotida adenin(terutama ADP), serotonin, katekolamin, dan faktor trombosit.
Granula padat lebih sedikit dan mengandung ADP, ATP, 5-hidroksitriptamin
(5-HT), dan kalsium
2) Granula α berisi antagonis heparin (platelet factor 4,
PF4), β tromboglobulin, vWF,
faktor pertumbuhan yang berasal dari trombosit/PDGF (platelet-derived growth
factor), dan melepaskan fibrinogen enzim lisosom.
3) Terdapat 7 faktor trombosit yang telah
diidentifikasi dan diketahui ciri-cirinya. Dua diantaranya dianggap penting
yaitu faktor trombosit 3 (Platelet Factor 3, PF 3) /membran fosfolipoprotein
trombosit (untuk konversi faktor koagulasi X menjadi Xa dan protrombin) dan
faktor trombosit 4 (Platelet Factor 4, PF4)/faktor antiheparin (anti-heparin
factor, AHF).
4) Organel spesifik lain meliputi lisosom
yang mengandung enzim hidrolitik dan peroksisom yang mengandung katalase.
Selama reaksi pelepasan, isi granula dikeluarkan ke dalam sistem kanalikular.
5) Energi untuk reaksi trombosit berasal dari
fosforilasi oksidatif dalam mitokondria dan glikolisis anaerobik dengan memakai
glikogen trombosit. Sistem membran tertutup (dense tubular) trombosit
menunjukkan retikulum endoplasma sisa.(A.V. Hoffbrand, et al., 2005; Bambang
Pernomo, 2005)
1.1.4
Web Of Caution
1.1.5
Klasifikasi
1.
Trombositopenia artifaktual
Trombosit bergerombol (Platelet clumping) disebabkan oleh
anticoagulant-dependent immunoglobulin (Pseudotrombositopenia)
2. Trombosit satelit (Platelet satellitism)
Trombosit menempel pada sel
PMN Leukosit yang dapat dilihat pada darah dengan antikoagulan EDTA. Platelet
satellism tidak menempel pada limfosit, eosinofil, basofil, monosit. Platelet
satellism tidak ditemukan pada individu normal ketika plasma, trombosit, dan
sle darah putih dicampur dengan trombosit dan sel darah putih atau trombosit
(Carl R. Kjeldsberg and John swanson, 1974). Trombosit diikat oleh suatu
penginduksi (obat, dll.) sebagai antigen sehingga dikenali oleh sel PMN
leukosit yang mengandung antibody sehingga terjadi adhesi trombosit pada PMN
leukosit.
3. Giant Trombosit (Giant Platelet)
Giant trombosit terdapat pada
apusan darah tepi penderita ITP (I Made Bakta, 2006). Trombosit ini berukuran
lebih besar dari normal.
1.1.6
Manifestasi
Klinis
1. Perdarahan kulit seperti petekia atau
perdarahan mukosa di mulut, perdarahan kulit bisa merupakan pertanda awal dari jumlah
trombosit yang kurang.
2. Bintik-bintik keunguan seringkali muncul
di tungkai bawah dan cedera ringan bisa menyebabkan memar yang menyebar.
3. Bisa terjadi perdarahan gusi dan darah
juga bisa ditemukan pada tinja atau air kemih.
4. Pada penderita wanita, darah menstruasinya
sangat banyak.
5. Perdarahan mungkin sukar berhenti sehingga
pembedahan dan kecelakaan bisa berakibat fatal.
6. Jika jumlah trombosit semakin menurun,
maka perdarahan akan semakin memburuk.
7. Jumlah trombosit kurang dari
5.000-10.000/mL bisa menyebabkan hilangnya sejumlah besar darah melalui saluran
pencernaan atau terjadi perdarahan otak (meskipun otaknya sendiri tidak
mengalami cedera) yang bisa berakibat fatal.
1.1.7
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Hasil pemeriksaan darah dan sumsum tulang yang menunjukkan
rendahnya jumlah trombosit dan adanya peningkatan penghancuran trombosit.
2.
Sumsum
tulang memperlihatkan jumlah megakariosit normal atau meningkat sebagai usaha
kompensasi terhadap destruksi trombosit
3.
Kadar
trombopoetin tidak meningkat
4.
Tes
sensitif menunjukkan IgG antitrombosit pada permukaan trombosit atau dalam
serum
1.1.8
Prognosis
1.
Pada
anak-anak 89% sembuh, 54% sembuh dalam 4-8 minggu, 2% meninggal
2.
Pada
orang dewasa 64% sembuh, 30% penyakit kronik, 5% meninggal
3.
Bila
pasien tidak mengalami perdarahan dan memiliki jumlah trombosit diatas 20.000/μL, harus dipertimbangkan untuk tidak
memberikan terapi karena banyak pasien trombositopenia kronik yang parah dapat
hidup selama dua sampai tiga dekade
1.1.9
Penatalaksanaan
1. Jika
jumlah trombositnya sangat sedikit penderita seringkali dianjutkan untuk
menjalani tirah baring guna menghindari cedera.
2. Jika
penyebabnya adalah obat-obatan, maka menghentikan pemakaian obat tersebut
biasanya bisa memperbaiki keadaan.
3. Terapi
untuk mengurangi proses imun sehingga mengurangi perusakan trombosit
4. Terapi
kortikosteroid, yang berfungsi untuk mengurangi aktivitas makrofag sehingga
mengurangi destruksi trombosit, mengurangi pengikatan IgG oleh trombosit, serta
menekan sintesis antibodi
5. Pemberian
metil prednisolon atau prednison 60-80 mg/hari kemudian diturunkan
perlahan-lahan, untuk mencapai dosis pemeliharan (<15 mg/hari). Sekitar 80%
kasus mengalami remisi setelah terapi steroid.
6. Jika
dalam 3 bulan tidak memberi respon pada kortikosteroid (AT < 30.000/μL) atau perlu dosis pemeliharaan yang
tinggi maka diperlukan:
1)
Splenektomi
2)
Obat-obat imunosupresif: vincristine, cyclophospamide,
azathioprim
3)
Pemberian Ig anti G 70μg/kg
7. Terapi supportif, terapi untuk mengurangi pengaruh
trombositopenia
8. Pemberian
androgen (danazol)
9. Pemberian
high dose immunoglobulin (IgIV 1 mg/kg/hari selama 2 hari berturut-turut) untuk
menekan fungsi makrofag dan meningkatkan AT dengan cepat.
10. Membatasi gerakan fisik
11. Mencegah perdarahan akibat trauma
12. Jika terjadi perdarahan yang berat dan akut,
bisa diberikan transfusi trombosit.
Daftar Pustaka
http://medicastore.com/penyakit/773/Trombositopenia.html
0 komentar:
Post a Comment