BAB 1
LANDASAN TEORI
HIPOGLIKEMI
1.1 Pengertian
Hipoglikemi merupakan komplikasi akut yang paling sering terjadi dan
manifestasi klinisnya dapat sangat menakutkan ( kejang, koma dan mati) (Cahyohadi.
2008)
Hipoglikemi adalah keadaan hasil pengukuran kadar
glukose darah kurang dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L) ( Indarso, 2010)
1.2 Etiologi
Populasi yang memiliki resiko tinggi mengalami
hipoglikemi adalah:
- Diabetes
melitus
- Sepsis
- Enteral
feeding
- Corticosteroid
therapi
- Bayi
dengan ibu dengan diabetik
- Bayi
dengan kecil masa kehamilan (prematur)
- Bayi
dengan ibu yang ketergantungan narkotika
- Luka
bakar
- Kanker
pankreas
- Penyakit
Addison’s
- Hiperfungsi
kelenjar adrenal
- Penyakit
hati
1.3 Klasifikasi
- Hipoglikemi
digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:
- Transisi
dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar
ataupun normal yang mengalami kerusakan sistem produksi pankreas sehingga
terjadi hiperinsulin.
- Hipoglikemi
klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika bayi
mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan
glikogen.
- Sekunder
(Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga terjadi
peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.
- Berulang
( Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau
metabolisme insulin terganggu.
1.4 Patofisiologi
1.5 Manifestasi Klinis
Hipoglikemi terjadi karena
adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga menyebabkan rendahnya kadar gula
dalam darah. Kadar gula darah yang dapat menimbulkan gejala-gejala hipoglikemi,
bervariasi antara satu dengan yang lain.
Pada awalnya tubuh memberikan
respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan melepasakan epinefrin
(adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin
merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi jugamenyebabkan gejala
yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran,
pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih
berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung,
lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak mampu
berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang
berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala yang
menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara perlahan
maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai
insulin atau obat hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas
penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman,
terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan olah raga sebelum
sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu,
tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.
1.6 Pencegahan hipoglikemi.
Hipoglikemi pada anak dapat dicegah dengan
keteraturan pengobatan insulin serta pengaturan makan, akan tetapi keteraturan
ini pada anak kecil sulit diharapkan sehingga pengawasan orang tua diperlukan.
Penyebab hipoglikemi tersering adalah asupan makanan yang tidak adekuat atau
teratur, olah raga tanpa asupan makanan yang adekuat, kesalahan dosis insulin,
dan idopatik. Anak penderita Dm tipe 1 sebaiknya membawa tablet glukosa,
sehingga bila terjadi hipoglikemi dapat diatasi segera dengan mengkonsumsi
tablet glukosa tersebut, disamping itu edukasi terhadap orang tua dan anak
mengenai pengenalan gejala hipoglikemia ini merupakan hal penting pencegahan
hipoglikemi.
1.7 Penatalaksanaannya
Terapi Hipoglikemi
Hipoglikemi ringan atau sedang dapat diatasi
dengan pemberian 10-20 gr karbohidrat yang dapat dicerna secara cepat, diikuti
makanan kecil untuk menstabilkan kadar glukosa darah. Madu, tablet glukosa,
limun dan orange juice dapat dipakai sebagai hipoglikemi ringan atau sedang.
Biasanya keluarga penderita membawa permen untuk mengatasi keadaan
tersebut.Untuk hipoglikemi berat, terapi harus dilakukan karena penderita
biasanya tidak sadar atau kejang, selama penderita tidak sadar, jangan
diberikan terapi oral. Orang tua dianjurkan memberikan suntikan glukagon 0,5 mg
atau 1 mg untuk anak diatas usia 5 tahun. Semua penderita DM sebaiknya
menyimpan glukagon dirumahnya.
1.8 Konsep
Inkubator
1.8.1
Pengertian Inkubator
Inkubator adalah lemari logam yang berdiri di atas roda. Inkubator dapat
dimasuki dari dua arah yang dilengkapi dengan kipas angin sederhana, sistem
pemans dan panel pengontrol. Dan juga dalam inkubator terdapat beberapa lubang
pintu yang dapat dilalui bayi sehingga tidak banyak mengakibatkan hilangnya
panas dan zat asam. Di sekitar pintu terdapat lubang-lubang kecil yang
berfungsi sebagai jalan masuk pipa, kabel, alat pemantau di dalam inkubator
(Barbara Glover dan Christine Hodson, 1995; 63).
1.8.2
Cara Menggunakan Inkubator
Melakukan perawatan bayi dalam
inkubator merupakan cara memberikan asuhan keperawatan. Bayi dimasukkan ke
dalam alat yang berfungsi membantu terciptanya suhu lingkungan yang cukup
dengan suhu normal. Dengan penatalaksanaan perawatan di dalam inkubator
terdapat dua cara yaitu dengan cara tertutup dan terbuka.
1)
Inkubator Terbuka :
(1) Pemberian inkubator terbuka dilakukan
dalam keadaan terbuka saat pemberian perawatan pada bayi
(2) Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan
keseimbangan suhu normal dan kehangatan
(3)
Membungkus dengan selimut hangat
(4)
Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain
untuk mencegah aliran udara
(5)
Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang
hilang melalui kepala
(6) Pengaturan suhu inkubator disesuaikan
dengan berat bahan bayi.
2)
Inkubator Tertutup :
(1)
Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka apabila
dalam keadaan tertentu seperti anpea dan apabila membuka inkubator usahakan
suhu bayi tetap hangat dan oksigen selalu tersedia.
(2) Tindakan perawatan dan pengobatan
diberikan melalui hidung
(3) Bayi harus keadaan telanjang (tidak
memakai pakaian) untuk memudahkan observasi
(4) Pengaturan panas disesuaikan dengan berat
badan dan kondisi tubuh
(5)
Pengaturan oksigen selalu diobservasi
(6)
Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat
kira-kira dengan suhu 27 o C.
1.8.3
Pengaturan Suhu Inkubator
Berat Badan Lahir (gram)
|
0 – 24 jam
( 0 C )
|
2 – 3 hari
( 0 C )
|
4 – 7 hari
( 0 C )
|
8 hari
( 0 C )
|
1500
|
34 – 36
|
33 – 35
|
33 – 34
|
32 – 33
|
1501 – 2000
|
33 – 34
|
33
|
32 – 33
|
32
|
2001 – 2500
|
33
|
32 – 33
|
32
|
32
|
> 2500
|
32 – 33
|
32
|
31 – 32
|
32
|
Keterangan :
Apabila suhu kamar 28 – 29
derajat celcius hendaknya diturunkan 1 derajat celcius setiap minggu dan
apabila berat badan bayi sudah mencapai 2000 gram bayi boleh dirawat di luar
inkubator dengan suhu 27 derajat celcius.
1.9 Tinjauan Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
Keluhan utama : sering tidak jelas tetapi bisanya
simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan Diagnosa sekunder yang
menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.
Riwayat :
1. ANC
2. Perinatal
3. Post natal
4. Imunisasi
5. Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
6. Pemakaian parenteral nutrition
7. Sepsis
8. Enteral feeding
9. Pemakaian Corticosteroid therapi
10. Ibu yang memakai atau ketergantungan
narkotika
11. Kanker
Data fokus
Data Subyektif:
1. Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
2. Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj
keringat dingin
3. Rasa lapar (bayi sering nangis)
4. Nyeri kepala
5. Sering menguap
6. Irritabel
Data obyektif:
1. Parestisia pada bibir dan jari, gelisah,
gugup, tremor, kejang, kaku,
2. Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung,
cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar,
menolak makan dan koma
3. Plasma glukosa < 50 gr/%
1.10 Rencana Asuhan Keperawatan
Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
1) Data Penunjang
Terdapat tanda-tanda infeksi
seperti kalor, dolor, rubor, tumor dan fungsiolesa
2) Tujuan :
Tidak terjadi infeksi setelah
dilakukan tindakan keperawatan
3)
Kriteria hasil
(1) Pasien bebas dari tanda-tanda infeksi
(kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolesa)
(2) Orang tua akan mengidentifikasi faktor
yang tepat
4)
Tindakan Keperawatan
(1)
Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi
R : Meminimalkan introduksi bakteri dan penyebaran
infeksi
(2) Observasi bayi terhadap abnormalitas kulit
(misal : lepuh, pethiciae, pustule, pucat)
R : Abnormaliotas ini mungkin merupakan tanda-tanda
infeksi
(3) Pakai sarung tangan saat bersentuhan
dengan secret
R : Membantu mencegah kontaminasi silang terhadap
bayi
(4)
Jauhkan bayi dari sumber infeksi
R : Mencegah terjadi penularan infeksi pada bayi
(5) Lakukan perawatan tali pusat secara
aseptik dan mempertahankan tetap bersih dan kering
R : Menjaga tidak terjadi infeksi
(6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
antibiotik
R : untuk mencegah terjadianya
infeksi yang dapat berlanjut menjadi sepsis
Risiko hipotermia dan hipertermia yang berhubungan
dengan gangguan saraf otonom (pengeluaran banyak keringat)
1)
Batasan karakteristik :
(1)
Penurunan suhu tubuh di bawah 35.50 C (960
F) per rectal
(2)
Kulit dingin
(3)
Pucat (sedang)
(4)
Menggigil (ringan)
2)
Tujuan
Menjaga suhu tubuh dalam batas
normal yaitu 36 – 37 5 o
C
3)
Kriteria hasil :
(1)
Mempertahankan
suhu tubuh normal 36 – 37 5 o
C
(2)
Akral hangat
(3)
Tidak sianosis
(4)
Badan berwarna merah
4)
Implementasi dan Rasional
(1) Observasi suhu dengan sering, ulangi
setiap 5 menit selama penghatan ulang
R : Hipotermia membuat bayi cenderung pada stress
dingin, penggunaan simpanan lemak coklat yang tidak dapat diperbaiki bila ada
dan penurunan sensitivitas untuk meningaktkan kadarCO2 (hiperkapnea
dan penurunan kadar O2 (hipoksia)
(2) Perhatikan adanya takipnea atau apnea,
cyanosis, umum, akrosianosi atau kulit belang, bradikardia, menangis buruk,
letargi, evaluasi derajat dan lokasi icterik
R : Tanda-tanda ini menandakan stress dingin yang
meningkatkan O2 dan kalori serta membuat bayi cenderung pada
asidosis berkenaan dengan metabolic anaerobic
(3) Tempatkan bayi pada penghangat, isolette,
incubator, tempat tidur terbuka dengan penyebar hangat, atau tempat tidur bayi
terbuka dengan pakaian tepat untuk bayi yang lebih besar atau lebih tua
R : Mempertahankan lingkungan termometral,
membantu mencegah stress dingin
(4)
Gunakan
lampu pemanas selama prosedur. Tutup penyebar hangat atau bayi dengan penutup
plastic atau kersta aluminum bila tepat. Objek panas berkontak dengan
tubuh bayi seperti stetoskop
R : Menjaga suhu
tubuh bayi dalam batas normal
(5)
Ganti pakaian atau linen tempat tidur bila basah. Pertahankan
kepala bayi tetap tertutup
R : Menurunkan kehilangan panas melalui evaporasi
Resiko keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungsn dengan gangguuan saraf otonom (pengeluaran banyak keringat
1)
Batasan Karakteristik :
-
Pengeluaran urine sesuai
-
Pengisian kembali kapiler kurang dari 2 detik
-
Turgor kulit elastis, membran mukosa lembab
2)
Tujuan : Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam
batas normal.
3)
Kriteria hasil :
-
Tidak adanya tanda-tanda dehidrasi
-
Tidak terjadi hipotermi
4)
Implementasi dan rasional
1)
Pantau masukan dan keluaran
R : Indikator
keseimbangan cairan tubuh
2)
Observasi tanda-tanda vital
R : Mengetahui
keadaan pasien, peningkatan suhu tubuh dan penurunan TD menunjukkan kekurangan
volume cairan
3) Pertahankan lingkungan yang tenang,
berikan kewaspadaan keamanan
R : Menurunkan
stimul SSP dan resiko cidera dari komplikasi neurologis
4)
Hilangkan faktor-faktor penyebab
R : Mencegah kehilangan cairan lebih lanjut
5)
Kolaborasi cairan IV
R : Menambah intake cairan untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh
6)
Kolaborasi anti emetik
R : Mengatasi mual muntah bila menerima masukan PO
7)
Pantau elektrolit dalam osmolalitas serum dan urine
R : Evaluasi
kebutuhan atau keefektifan
Evaluasi
1. Tidak terjadi infeksi setelah dilakukan
tindakan keperawatan
2. Menjaga suhu tubuh dalam batas normal
yaitu 36 – 37 5 o
C
3.
Keseimbangan
cairan dapat dipertahankan dalam batas normal
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta
Doengoes,
E. Marilnn. (2000). Renacana Asuhan Keperawatan, Penerbit FKUI
Kedokteran. EGC. Jakarta
Chordtunes (2010) hipoglikemipada anak
http://chordtunes.blogspot.com /2009/08/hipoglikemi-pada-anak.html Maret 04-04-2010 jam 9 am
Fatimah Indarso.(2010) Hipoglikemia Pada Bayi Baru Lahir. http:/
/www.pediatrik. com/ Maret 04-04-2010
jam 9 am
Nelson
(1993), Ilmu Kesehatan Anak, EGC, Jakarta
Suriadi (2001). Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan
Keperawatan Pada Anak, Edisi 1. Jakarta : CV Agung Seto
Susetyo Cahyohadi.http://buah-hati-harapan.blogspot.com/2008/01/komplikasi-jangka-pendek-dm-tipe-1.html/ Maret 04-04-2010 jam 9 am
0 komentar:
Post a Comment