Saturday, 20 April 2019

LP TEORI HIPOGLIKEMI

   No comments     
categories: , ,
BAB 1
LANDASAN TEORI
HIPOGLIKEMI

1.1 Pengertian
Hipoglikemi merupakan komplikasi akut yang paling sering terjadi dan manifestasi klinisnya dapat sangat menakutkan ( kejang, koma dan mati) (Cahyohadi. 2008)
Hipoglikemi adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukose darah kurang dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L) ( Indarso, 2010)

1.2 Etiologi
Populasi yang memiliki resiko tinggi mengalami hipoglikemi adalah:
  1. Diabetes melitus
  2. Sepsis
  3. Enteral feeding
  4. Corticosteroid therapi
  5. Bayi dengan ibu dengan diabetik
  6. Bayi dengan kecil masa kehamilan (prematur)
  7. Bayi dengan ibu yang ketergantungan narkotika
  8. Luka bakar
  9. Kanker pankreas
  10. Penyakit Addison’s
  11. Hiperfungsi kelenjar adrenal
  12. Penyakit hati
1.3 Klasifikasi
  1. Hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:
  2. Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar ataupun normal yang mengalami kerusakan sistem produksi pankreas sehingga terjadi hiperinsulin.
  3. Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika bayi mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan glikogen.
  4. Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga terjadi peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.
  5. Berulang ( Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau metabolisme insulin terganggu.
1.4 Patofisiologi




1.5 Manifestasi Klinis
Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga menyebabkan rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat menimbulkan gejala-gejala hipoglikemi, bervariasi antara satu dengan yang lain.
Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi jugamenyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.

1.6 Pencegahan hipoglikemi.
Hipoglikemi pada anak dapat dicegah dengan keteraturan pengobatan insulin serta pengaturan makan, akan tetapi keteraturan ini pada anak kecil sulit diharapkan sehingga pengawasan orang tua diperlukan. Penyebab hipoglikemi tersering adalah asupan makanan yang tidak adekuat atau teratur, olah raga tanpa asupan makanan yang adekuat, kesalahan dosis insulin, dan idopatik. Anak penderita Dm tipe 1 sebaiknya membawa tablet glukosa, sehingga bila terjadi hipoglikemi dapat diatasi segera dengan mengkonsumsi tablet glukosa tersebut, disamping itu edukasi terhadap orang tua dan anak mengenai pengenalan gejala hipoglikemia ini merupakan hal penting pencegahan hipoglikemi.

1.7 Penatalaksanaannya
Terapi Hipoglikemi
Hipoglikemi ringan atau sedang dapat diatasi dengan pemberian 10-20 gr karbohidrat yang dapat dicerna secara cepat, diikuti makanan kecil untuk menstabilkan kadar glukosa darah. Madu, tablet glukosa, limun dan orange juice dapat dipakai sebagai hipoglikemi ringan atau sedang. Biasanya keluarga penderita membawa permen untuk mengatasi keadaan tersebut.Untuk hipoglikemi berat, terapi harus dilakukan karena penderita biasanya tidak sadar atau kejang, selama penderita tidak sadar, jangan diberikan terapi oral. Orang tua dianjurkan memberikan suntikan glukagon 0,5 mg atau 1 mg untuk anak diatas usia 5 tahun. Semua penderita DM sebaiknya menyimpan glukagon dirumahnya.


1.8  Konsep Inkubator
1.8.1        Pengertian Inkubator
Inkubator adalah lemari logam yang berdiri di atas roda. Inkubator dapat dimasuki dari dua arah yang dilengkapi dengan kipas angin sederhana, sistem pemans dan panel pengontrol. Dan juga dalam inkubator terdapat beberapa lubang pintu yang dapat dilalui bayi sehingga tidak banyak mengakibatkan hilangnya panas dan zat asam. Di sekitar pintu terdapat lubang-lubang kecil yang berfungsi sebagai jalan masuk pipa, kabel, alat pemantau di dalam inkubator (Barbara Glover dan Christine Hodson, 1995; 63).

1.8.2        Cara Menggunakan Inkubator
Melakukan perawatan bayi dalam inkubator merupakan cara memberikan asuhan keperawatan. Bayi dimasukkan ke dalam alat yang berfungsi membantu terciptanya suhu lingkungan yang cukup dengan suhu normal. Dengan penatalaksanaan perawatan di dalam inkubator terdapat dua cara yaitu dengan cara tertutup dan terbuka.
1)      Inkubator Terbuka :
(1)    Pemberian inkubator terbuka dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian perawatan pada bayi
(2)    Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu normal dan kehangatan
(3)    Membungkus dengan selimut hangat
(4)    Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah aliran udara
(5)    Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala
(6)    Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan berat bahan bayi.
2)      Inkubator Tertutup :
(1)    Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka apabila dalam keadaan tertentu seperti anpea dan apabila membuka inkubator usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen selalu tersedia.
(2)    Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung
(3)    Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk memudahkan observasi
(4)    Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh
(5)    Pengaturan oksigen selalu diobservasi
(6)    Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu 27 o C.

1.8.3        Pengaturan Suhu Inkubator
Berat Badan Lahir (gram)
0 – 24 jam
( 0 C )
2 – 3 hari
( 0 C )
4 – 7 hari
( 0 C )
8 hari
( 0 C )
1500
34 – 36
33 – 35
33 – 34
32 – 33
1501 – 2000
33 – 34
33
32 – 33
32
2001 – 2500
33
32 – 33
32
32
> 2500
32 – 33
32
31 – 32
32

Keterangan :
Apabila suhu kamar 28 – 29 derajat celcius hendaknya diturunkan 1 derajat celcius setiap minggu dan apabila berat badan bayi sudah mencapai 2000 gram bayi boleh dirawat di luar inkubator dengan suhu 27 derajat celcius.

1.9 Tinjauan Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
Keluhan utama : sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan Diagnosa sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.
Riwayat :
1.      ANC
2.      Perinatal
3.      Post natal
4.      Imunisasi
5.      Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
6.      Pemakaian parenteral nutrition
7.      Sepsis
8.      Enteral feeding
9.      Pemakaian Corticosteroid therapi
10.  Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
11.  Kanker
Data fokus
Data Subyektif:
1.      Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
2.      Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
3.      Rasa lapar (bayi sering nangis)
4.      Nyeri kepala
5.      Sering menguap
6.      Irritabel
Data obyektif:
1.      Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
2.      Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma
3.      Plasma glukosa < 50 gr/%

1.10 Rencana Asuhan Keperawatan
Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
1)      Data Penunjang
Terdapat tanda-tanda infeksi seperti kalor, dolor, rubor, tumor dan fungsiolesa
2)      Tujuan :
Tidak terjadi infeksi setelah dilakukan tindakan keperawatan
3)      Kriteria hasil
(1)    Pasien bebas dari tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolesa)
(2)    Orang tua akan mengidentifikasi faktor yang tepat
4)      Tindakan Keperawatan
(1)    Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi
R : Meminimalkan introduksi bakteri dan penyebaran infeksi
(2)    Observasi bayi terhadap abnormalitas kulit (misal : lepuh, pethiciae, pustule, pucat)
R : Abnormaliotas ini mungkin merupakan tanda-tanda infeksi
(3)    Pakai sarung tangan saat bersentuhan dengan secret
R : Membantu mencegah kontaminasi silang terhadap bayi
(4)    Jauhkan bayi dari sumber infeksi
R : Mencegah terjadi penularan infeksi pada bayi
(5)    Lakukan perawatan tali pusat secara aseptik dan mempertahankan tetap bersih dan kering
R : Menjaga tidak terjadi infeksi
(6)    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik
R : untuk mencegah terjadianya infeksi yang dapat berlanjut menjadi sepsis

Risiko hipotermia dan hipertermia yang berhubungan dengan gangguan saraf otonom (pengeluaran banyak keringat)
1)      Batasan karakteristik :
(1)   Penurunan suhu tubuh di bawah 35.50 C (960 F) per rectal
(2)   Kulit dingin
(3)   Pucat (sedang)
(4)   Menggigil (ringan)
2)      Tujuan
Menjaga suhu tubuh dalam batas normal yaitu 36  – 37 5 o C
3)      Kriteria hasil :
(1)         Mempertahankan suhu tubuh normal 36  – 37 5 o C
(2)         Akral hangat
(3)         Tidak sianosis
(4)         Badan berwarna merah
4)      Implementasi dan Rasional
(1)    Observasi suhu dengan sering, ulangi setiap 5 menit selama penghatan ulang
R : Hipotermia membuat bayi cenderung pada stress dingin, penggunaan simpanan lemak coklat yang tidak dapat diperbaiki bila ada dan penurunan sensitivitas untuk meningaktkan kadarCO2­ (hiperkapnea dan penurunan kadar O2 (hipoksia)
(2)    Perhatikan adanya takipnea atau apnea, cyanosis, umum, akrosianosi atau kulit belang, bradikardia, menangis buruk, letargi, evaluasi derajat dan lokasi icterik
R :  Tanda-tanda ini menandakan stress dingin yang meningkatkan O2 dan kalori serta membuat bayi cenderung pada asidosis berkenaan dengan metabolic anaerobic
(3)   Tempatkan bayi pada penghangat, isolette, incubator, tempat tidur terbuka dengan penyebar hangat, atau tempat tidur bayi terbuka dengan pakaian tepat untuk bayi yang lebih besar atau lebih tua
R :  Mempertahankan lingkungan termometral, membantu mencegah stress dingin
(4)    Gunakan lampu pemanas selama prosedur. Tutup penyebar hangat atau bayi dengan penutup plastic atau kersta aluminum bila tepat. Objek panas berkontak dengan tubuh bayi seperti stetoskop
R : Menjaga suhu tubuh bayi dalam batas normal
(5)   Ganti pakaian atau linen tempat tidur bila basah. Pertahankan kepala bayi tetap tertutup
R :  Menurunkan kehilangan panas melalui evaporasi

Resiko keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungsn dengan gangguuan saraf otonom (pengeluaran banyak keringat
1)      Batasan Karakteristik :
-          Pengeluaran urine sesuai
-          Pengisian kembali kapiler kurang dari 2 detik
-          Turgor kulit elastis, membran mukosa lembab
2)     Tujuan : Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam batas normal.
3)     Kriteria hasil :
-        Tidak adanya tanda-tanda dehidrasi
-        Tidak terjadi hipotermi
4)     Implementasi dan rasional
1)      Pantau masukan dan keluaran
R : Indikator keseimbangan cairan tubuh
2)      Observasi tanda-tanda vital
R : Mengetahui keadaan pasien, peningkatan suhu tubuh dan penurunan TD menunjukkan kekurangan volume cairan
3)      Pertahankan lingkungan yang tenang, berikan kewaspadaan keamanan
R : Menurunkan stimul SSP dan resiko cidera dari komplikasi neurologis
4)      Hilangkan faktor-faktor penyebab
R : Mencegah kehilangan cairan lebih lanjut
5)      Kolaborasi cairan IV
R :       Menambah intake cairan untuk  menjaga keseimbangan cairan tubuh
6)      Kolaborasi anti emetik
R : Mengatasi mual muntah bila menerima masukan PO
7)      Pantau elektrolit dalam osmolalitas serum dan urine
R : Evaluasi kebutuhan atau keefektifan

     Evaluasi
             1.      Tidak terjadi infeksi setelah dilakukan tindakan keperawatan
             2.      Menjaga suhu tubuh dalam batas normal yaitu 36  – 37 5 o C
             3.      Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam batas normal




DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta
Doengoes, E. Marilnn. (2000). Renacana Asuhan Keperawatan, Penerbit FKUI Kedokteran. EGC. Jakarta
Chordtunes (2010) hipoglikemipada anak http://chordtunes.blogspot.com /2009/08/hipoglikemi-pada-anak.html Maret 04-04-2010 jam 9 am
Fatimah Indarso.(2010) Hipoglikemia Pada Bayi Baru Lahir. http:/ /www.pediatrik. com/ Maret 04-04-2010 jam 9 am
Nelson (1993), Ilmu Kesehatan Anak, EGC, Jakarta
Suriadi (2001). Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1. Jakarta : CV Agung Seto

Susetyo Cahyohadi.http://buah-hati-harapan.blogspot.com/2008/01/komplikasi-jangka-pendek-dm-tipe-1.html/ Maret 04-04-2010 jam 9 am

0 komentar:

Post a Comment