Saturday, 20 April 2019

LP TEORI FARINGITIS

   No comments     
categories: , ,
BAB 1
TINJAUAN TEORI  
FARINGITIS

1.1  Tinjauan Teori
1.1.1  Pengertian
Faringitis kronis merupakan radang kronis faring, biasanya dengan hipertrofi granular dinding posterior faring. (John Jacob Ballenger, 1994)

1.1.2  Etiologi
1)      Alergi, polusi udara atau merokok
2)      Rinitis kronis
3)      Sinusitis
4)      Iritasi kronis oleh rokok dan minum alkohol
5)      Inhalasi uap yang merangsang mukosa faring dan debu
6)      Pasien yang biasa bernapas melalui mulut karena hidungnya tersumbat

1.1.3  Fisiologi Faring
Fungsi faring terutama untuk pernapasan, menelan, resonansi suara dan artikulasi.
1.      Penelanan :
1)      Gerakan makanan dari mulut ke faring secara volunter
2)      Transport makanan melalui faring
3)      Jalannya bolus melalui esofagus, keduanya secara involunteer
2.      Langkah yang sebenarnya adalah :
Pengunyahan makanan dilakukan pada sepertiga tengah lidah. Elevasi lidah dan palatum mole mendorong bolus ke esofagus. Otot supra-hiloid berkontraksi, elevasi tulang hiloid dan laring dan demikian membuka hipofaring dan sinus piriformis. Secara bersamaan otot laring intrinsik berkontraksi dalam gerakan seperti sfingter untuk mencegah aspirasi. Gerakan yang kuat dari lidah bagian belakang akan mendorong makanan ke bawah melalui orofaring, gerakan dibantu oleh kontraksi otot konstriktor farings media dan superior. Bolus dibawa melalu introitus esofagus ketika otot-otot konstriktor farings inferior berkontraksi dan otot krikofaringeus berelaksasi. Peristaltik dibantu oleh gaya berat, menggerak-kan makanan melalui esofagus dan masuk ke lambung.

1.1.4  Patofisiologi Faringitis

Penularan kuman melalui droplet
¯
Kuman mengifiltrasi lapisan epitel
¯
Epitel terkikis
¯
Jaringan limfoid superfisial bereaksi
¯
Terjadi pembendungan radang dengan
infiltrasi leukosit polimorfonuklear


                    ¯
          Hipertrofi pada daerah faring





1.1.5  Klasifikasi
1.      Faringitis kronik Hiperplastik
Faktor predisposisi: Rinitis kronis, sinusitis, inflamasi kronik yang dialami  perokok dan peminum alkohol, inhalasi uap yang merangsang, infeksi, daerah berdebu, kebiasaan bernapas melalui mulut.
Gejala: Pasien mengeluh mula-mula tenggorokkan gatal dan kering dan akhirnya batuk yang bercak
2.      Faringitis kronik atropi
Faringitis yang timbul akibat rangsangan dan infeksi pada laring karena terjadinya rinitis atrofi. Sehingga udara pernapasan tidak diatur suhu dan kelmbabannya.

1.1.6  Manifestasi Klinis
1.      Gejala yang paling sering adalah rasa kering, nyeri, atau iritasi ditenggorok.
2.      Ada perasaan ingin sering membersihkan tenggorok.
3.      Sekret sering kali kering, lengket atau pada stadium lanjut tidak terdapat sekret lagi, sehingga dinding posterior menjadi kering dan mengkilap.

1.1.7  Pemeriksaan Penunjang
1.      Darah lengkap, untuk mengetahui nilai leukosit
2.      Kultur dan uji resistensi bila perlu (untuk menentukan organisme)

1.1.8  Penatalaksanaan
1.      Bila penyebabnya diduga infeksi virus, pasien cukup diberikan analgetika dan tablet isap saja
2.      Antibiotika diberikan untuk faringitis yang disebabkan oleh bakteri gram positif di samping analgetika dan kumur dengan air hangat
3.      Jika ada infeksi jamur dapat diberikan solutio-Nystatin 100.000 unit 2 x/hari
4.      Istirahat dan nutrisi yang cukup
5.      Bila pengobatan kurang adekuat dan daya tahan tubuh menuruna maka faringitis akut dapat berulang dan berakhir menjadi faringitis kronis.

1.2  Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1        Pengkajian
1.      Aktivitas :
            Gejala        : malaise
2.      Sirkulasi :
            Tanda        : takikardia
            Gejala        : sakit kepala
3.      Makanan atau cairan :
            Gejala        : anoreksia, mual, muntah
4.      Nyeri atau kenyamanan :
            Tanda        : anoreksia, dinding faring tampak hiperemi dan kering
            Gejala        : tenggorokan rasa kering/gatal dan nyeri, nyeri telan/disfagia, sakit  kepala
5.      Keamanan :
      Tanda        : hipertermi, jaringan limfoid tampak merah dan membengkak
6.      Penyuluhan atau pembelajaran :
Gejala        : kelemahan atau penurunan daya tahan tubuh
Perlunya istirahat dan makan yang cukup

1.2.2        Rencana asuhan keperawatan
1.      Diagnosa keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan; infiltrasi kuman pada faring; iritasi mukosa pada faring.

Batasan karakteristik :
Mayor :
1)      WBC lebih dari 10 k/ul
2)      Dinding faring hiperemi
3)      Suhu tubuh meningkat
Minor :
1)      Malaise
2)      Individu terlihat tidak nyaman
3)      Menggigil
Tujuan : peningkatan suhu tubuh dapat diatasi
Kriteria hasil :
1)      Demam hilang
2)      Suhu tubuh dalam batas normal
3)      Pasien dapat menyebutkan cara-cara untuk meningkatkan kenyamanan

Tindakan/intervensi :
1)      Kaji adanya faktor-faktor yang memperberat.
Rasional :
Membantu menentukan intervensi yang tepat.
2)      Pantau suhu tubuh pasien, perhatikan adanya demam, menggigil.
Rasional :
Pola demam dapat membantu dalam diagnosis.

3)      Berikan kompres mandi hangat.
Rasional :
Dapat membantu mengurangi demam, karena terjadi vasodilatasi pori-pori kulit.

4)      Batasi/tambahan linen, selimut sesuai indikasi.
Rasional :
Jumlah linen/selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.

5)      Pantau masukan dan haluaran.
Rasional :
Untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

6)      Pertahankan hidrasi adekuat.
Rasional :
Mencegah terjadinya dehidrasi karena peningkatan suhu tubuh.

7)      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipiretik dan antibiotika.
Rasional :
Digunakan untuk mempengaruhi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus dan menekan pertumbuhan bakteri.

2.      Diagnosa keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan; infiltrasi kuman pada faring.
Batasan karakteristik :
Mayor :
1)      Faring edema dan hiperemi
2)      Hipertermi
Minor :
1)      Penampilan wajah menahan nyeri
2)      Takikardia dan keluhan nyeri

Tujuan : Nyeri tenggorokan hilang/berkurang
Kriteria hasil :
1)      Melaporkan nyeri hilang/terkontrol
2)      Pasien tampak rileks

Tindakan/intervensi :
1)      Kaji tingkat, karakteristik, lokasi, intensitas nyeri.
Rasional :
Menentukan derajat nyeri, dan membantu intervensi lanjutan.

2)      Ajarkan teknik distraksi.
Rasional :
Meningkatkan relaksasi dan memberi kenyamanan.

3)      Jelaskan tentang penyebab nyeri.
Rasional :
Pengerian dan pemahaman pasien akan meningkatkan partisipasi pasien dalam program terapi.

4)      Observasi tanda-tanda vital.
Rasional :
Membantu dalam memantau perkembangan keadaan kondisi pasien.

5)      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai indikasi.
Rasional :
Membantu mengurangi keluhan nyeri, dan menekan pertumbuhan bakteri.

3.      Diagnosa keperawatan
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan/nyeri telan; nafsu makan; fluktuasi suhu tubuh.
Batasan karakteristik :
Mayor :
1)      Keluhan kesulitan menelan makanan
2)      Suhu tubuh meningkat
Minor :
1)      Mual, muntah
Tujuan : Nutrisi dapat terpenuhi secara adekuat
Kriteria hasil :
1)      Pasien dapat menjelaskan faktor-faktor penyebab yang diketahui
2)      Pasien dapat mengetahui alasan-alasan prosedur pengobatan
3)      Pasien mendapatkan pengalaman tentang nutrisi yang adekuat melalui masukan oral

Tindakan/intervensi :
1)      Kaji faktor-faktor penyebab.
Rasional :
Membantu menentukan intervensi yang tepat.

2)      Kurangi/hilangkan faktor-faktor penyebab jika mungkin.
Rasional :
Meningkatkan kenyamanan dan mempercepat proses penyembuhan.

3)      Anjurkan pasien untuk selalu menjaga kebersihan mulut.
Rasional :
Meningkatkan nafsu makan dan mencegah perkembangbiakan kuman di mulut.

4)      Ajarkan teknik untuk mempertahankan pemasukan nutrisi yang adekuat dan merangsang nafsu makan.
Rasional :
Meningkatkan partisipasi pasien dalam program terapi.

5)      Atur posisi yang nyaman pada saat makan.
Rasional :
Memberikan kenyamanan pasien.

6)      Berikan makan secara bertahap sesuai indikasi dan hindari makanan yang merangsang.
Rasional :
Pemberian diet yang hati-hati membantu mempercepat penyembuhan dan meminimalkan komplikasi.
7)      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai indikasi.
Rasional :
Membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan nafsu makan.

1.3  EVALUASI
1.      peningkatan suhu tubuh dapat diatasi
2.      Nyeri tenggorokan hilang/berkurang
3.      Nutrisi dapat terpenuhi secara adekuat


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1996). Diagnosa Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. 
Doengoes, Marilyn E. (1996). Rencana Asuhan Keperawatan . Edisi 6. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta : Aesculapius.



0 komentar:

Post a Comment