BAB 1
TINJAUAN TEORI
KATARAK
1.1 Tinjauan Teori
1.1.1
Definisi
Katarak adalah : kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang
berangsur-angsur, penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya
(Radjamin,1993).
Katarak adalah suatu keadaan kekeruhan pada lensa yang
dapat terjadi akibat hidrasi (Penambahan cairan) lensa, denaturasi protein
lensa, atau akibat kedua – duanya, biasanya mengenai kedua mata dan berjalan
progresif serta sering terjadi pada usia > 50 tahun (Ilyas, 1998).
1.1.2
Etiologi
1. Kimia : Keracunan kortikosteroid, ergot
dan lain – lain
2. Fisik: Trauma mata
3. Penyakit Metabolik: DM, galaktosemi,
distrifi miotonik
4. Penyakit mata: Galukoma, ablasi, uveitis
5. Genetik
6. Usia: parling sering pada usia lanjut
karena degeneratif
7. Rokok dan konsumsi alkohol meningkatkan
risiko katarak
1.1.3
Fisiologi
Fungsi lensa mata memfokuskan sinar pada retina. Pada saat itu kekuatan
refraksi lensa berubah sesuai dengan kebutuhan sehingga sinar dapat difokuskan
pada retina. Perubahan kekuatan retraksi disebut akomodasi.
2 (dua) faktor yang menentukan dalam akomodasi yaitu:
a.
Kemampuan lensa untuk berubah bentuk (menjadi lebih
cembung)
b.
Kekuatan dari muskulus siliaris.
Bila muskulus siliaris relaks, zonula zinn menjadi tegang, diameter
antara posterior lensa menjadi lebih pendek dan kekuatan refraksi berkurang.
Sebaliknya bila muskulus siliaris kontraksi maka ketegangan zonula zinn
berkurang, sehingga bentuk lensa menjadi lebih cembung dan kekuatan refraksi
bertambah.
1.1.1
Manifestasi
Klinik
1)
Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif
2)
Penglihatan sepeerti berasap
3)
Bila katarak bertambah matang maka retina semakin sulit
dilihat sampai akhirnya refleks fundus tidak ada dan pupil berwarna putih.
1.1.2
Klasifikasi
1) Katarak
Congenital
Pada umumnya bilateral. Banyak disebabkan oleh virus rubella pada
trimester I kehamilan bila pada pemeriksaan positif rubella, maka operasi
sebaiknya ditunda sampai umur 2 tahun karena virus masih aktif di dalam lensa. Kalau di operasi akan terjadi
endoftalmitis dan mata akan menjadi rusak. Bila kekeruhan bilateral segera
lakukan operasi satu mata dulu kurang dari 6 bulan untuk membentuk visus
normal. Sedangkan mata satunya dapat dioperasi setelah umur 2 tahun.
2)
Katarak Jevenil
Katarak yang terjadi pada
anak-anak sesudah lahir. Katarak ini termasuk ke dalam development cataract,
yaitu kekeruhan lensa yang terjadi
pada saat masih terjadi perkembangan serat – serat lensa sehingga biasanya
konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut soft cataract. Biasanya
katarak juvenil merupakan bagian dari suatu kejadian penyakit keturunan lain.
3)
Katarak Senil
Katarak senile ada hubungannya dengan pertambahan umur dan berkaitan
dengan proses ketuaan yang terjadi di dalam lensa. Perubahan yang tampak adalah
bertambah tebalnya nucleus dengan berkembangnya lapisan kortek lensa.
Katarak senil :
o
Paling sering dijumpai
o
Biasanya umur lebih dari 50 tahun, tapi
kadang-kadang mulai umur 40 tahun
o
Hampir
selalu mengenai kedua mata dengan stadium yang berbeda. Kekeruhan dapat dimulai
dari perifer kortek atau sekitar nucleus.
o
Gejala
utama adalah penglihatan makin lama makin kabur. Sejak mulainya terjadi
kekeruhan sampai matur dibutuhkan waktu beberapa tahun.
o
Reaksi pupil terhadap cahaya normal.
Secara klinik / proses ketuaan lensa sudah tampak pada pengurangan
kekuatan akomodasi lensa akibat terjadinya skelerosa lensa yang timbul pada
decade 4 yang dimanifestasi dalam bentuk presbiopia.
a.
Katarak insipien
Katarak yang tidak seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dengan
dasar perifer dan daerah jernih diantaranya. Kekeruhan biasanya terletak di
korteks nterior atau posterior. Kekeruhan ini pada permulaan hanya tampak bila
pupil dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat
keluhan polidiopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua
bagian lensa. Bila dilakukan tes bayangan iris (shadow test) akan
negatif.
b.
Katarak imatur
Pada stadium yang lebih lanjut
maka akan terjadi kekeruhan yang lebih tebal. Tetapi tidak atau belum mengenal
seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.
Pada stadium ini terjadi hydras korteks yang mengakibatkan lensa menjadi
bertambah cembung. Pencembungan lensa ini akan memberikan perubahan indeks
refraksi dimana mata akan menjadi myopia. Kecembungan ini akan mengakibatkan
pendorongan iris ke depan sehingga bilik mata depan dan sudut bilik mata depan
akan lebih sempit.
Pada stadium ini akan mudah
terjadi glaucoma sebagai penyulit. Stadium imatur dimana terjadi
kecembungan lensa akibat menyerap air disebut stadium intumesen. Shadow
test pada keadaan ini positif.
c.
Katarak matur
Bila proses degenerasi
berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil
desintegrasi melalui kapsul. Lensa kehilangan cairan sehingga mengkerut lagi
dan kamera okuli anterior menjadi normal kembali. Kekeruhan lensa sudah
menyeluruh warna putih keabu-abuan. Pada pemeriksaan iris shadow negatif dan
fundus refleks negatif.
Pada stadium ini saat yang
baik untuk operasi dengan tehnik intra kapsuler (Tehnik Lama).
d. Katarak
hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks lensa mencair
dan dapat keluar melalui kapsul lensa.
Dapat terjadi 2 kemungkinan :
· Lensa
menjadi kehilangan cairannya terus sehingga mengkerut dan menipis disebut SHRUNKEN
KATARAK.
· Korteks
lensa melunak dan mencair, sedangkan nucleus tidak mengalami perubahan,
akibatnya nucleus jatuh disebut MORGANIAN KATARAK. Operasi pada saat ini
kurang menguntungkan karena lebih mudah terjadi komplikasi.
1.1.3
Pemeriksaan diagnostik
1)
Visus menurun
2) Tak ada tanda-tanda radang (hyperemia tak
ada)
3) Iluminasi oblik tampak kekeruhan yang
keabu-abuan atau putih dengan bayangan hitam disebut iris shadow.
4) Pemeriksaan dengan optalmoskop tampak
warna hitam diatas dasar orange disebut fundus reflek.
5) Pada katarak yang lebih lanjut, kekeruhan
bertambah sehingga iris shadow menghilang dan fundus reflek menjadi hitam saja
(negatif).
1.1.4
Penatalaksanaan
Apabila penderita masih dapat dikoreksi
kacamata, maka diberikan dahulu kacamata. Akan tetapi ukuran kacamata penderita
biasanya sangat mudah / cepat berubah. Pengobatan yang paling baik dan tepat
saat ini adalah operasi.
Indikasi operasi yaitu :
2)
Visus yang menurun yang tak dapat dikoreksi dengan
kacamata dan mengganggu aktifitas.
3)
Dahulu
penderita dioperasi bila visusnya 1/300 s/d tak terhingga (LP+).
Akan tetapi dengan kemajuan
tehnologi saat ini katarak dapat dioperasi pada stadium apapun, bila penderita
sudah terganggu aktivitasnya.
Macam operasi :
1)
Intra Capsular :
Intra catarax extraction
(ICCE) mengeluarkan lensa secara utuh.
2)
Ekstra Capsular :
Extra capsular catarax extraction (ECCE) : mengeluarkan lensa dengan
merobek kapsul bagian anterior dan meninggalkan kapsul bagian posterior.
Pada saat ini dimana kemajuan tehnologi yang sudah tinggi, tehnik ECCE
lebih disukai karena komplikasinya lebih kecil dan dapat disertai pemasangan
lensa implant intra okuler (IOL = intra okuler lens). Sehingga hasil setelah
operasi menjadi lebih baik.
Afakia :
o
Mata yang lensanya tidak ada (dioperasi atau
sebab lain).
o
Visus 1/60
o
Menjadi
hipermetrop (kira-kira + 10.00 D)
o
Kehilangan daya akomodasi
o
Untuk membaca memerlukan tambahan + 3.00 D
Pseudofkia :
Mata yang lensanya sudah diambil dan dipasang IOL
Visus lebih baik, bisa sampai
6/6
Kehilangan daya akomodasi
Untuk membaca memerlukan
tambahan + 3.00 D
Evaluasi sesudah operasi
katarak :
Hari 1 sesudah operasi harus
sudah dievaluasi yaitu :
1)
Perdarahan
dibilik mata depan (hifema).
2)
Kamera
okuli anterior jernih/keruh :
Bila mata depan keruh (flare/sel positif)
o
Bilik
mata depan keruh (flare /sel positif)
o
Mungkin
sampai terjadi pengendapan pus di bilik mata depan (hipopion).
o
Iris miossi disertai sinekia postrior
3)
Perhatikan pupil miosis/midriasis/normal :
o
Miosis : biasanya dipergunakan miotikum pada
waktu operasi sehingga hari berikutnya pupil menjadi miosis. Miosis ini dapat
terjadi bila terjadi uveitis anterior, dan biasanya disertai adanya sinekia
posterior.
o
Midirasis
: dapat terjadi bila ada peningkatan tekanan intra okuler (glaucoma)
o
Pupil
tidak bulat : terjadi bila pada waktu operasi terjadi korpukasi (korpus
viterius keluar).
PENGOBATAN SESUDAH OPERASI
KATARAK :
Setelah operasi dapat diberi :
o
Kacamata,
diberikan bila tanda-tanda iritasi sudah hilang (kurang lebih sesudah 1,5 bulan
post op), sudah tidak ada perubahan refraksi (3 x refraksi tiap minggu).
o
Lensa Kontak :
Penglihatan lebih baik daripada kacamata, dan dipakai pada operasi
katarak unilateral (satu mata).
o
Inolan Lensa Intra Okuli (IOL) :
-
Implan ini memasukkan ke dalam mata pada saat operasi,
menggantikan lensa yang diambil (ECCE).
-
Letaknya permanen
-
Tidak memerlukan perawatan.
- Visus lebih baik daripada kacamata / lensa
kontak.
Kerugian :
o
Merupakan
benda asing, kemungkinan bereaksi / ditolak oleh tubuh.
o
Tehnik
operasi lebih sukar
1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1
PENGKAJIAN
1)
Pengkajian Pre operasi
(1) Keluhan Utama
Kabur secara total, hanya melihat baik pada tempat
yang redup, hanya dapat melihat rangsangan cahaya saja, ganda / majemuk pada
satu mata.
(2) Pemeriksaan Fisik:
o Tidak terdapat tanda-tanda peradangan
kecuali pada katarak komplikata yang penyakit intra okulernya masih aktif.
o Pada pemeriksaan penyinaran lensa tampak
kelabu atau kekeruhan yang memutih.
o Pada pemeriksaan optalmoskop pada jarak
tertentu didapatkan kekeruhan yang berwarna hitam dengan latar belakang
berwarna merah.
o Pada pemeriksaan refraksi meningkat. Pada
penderita yang tadinya menderita presbiopia kemudian menderita katarak, pada
stadium awal dapat membaca tanpa menggunakan kacamata baca.
o Observasi terjadinya tanda-tanda glaucoma
karena komplikasi katarak, tersering adalah glaucoma seperti adanya rasa nyeri
karena peningkatan TIO, kelainan lapang pandang.
2)
Pengkajian Post Operasi
(1) Keluhan
Utama
Nyeri, Mual, Diaporesis
(2)
Pemeriksaan fisik
·
Perubahan tanda-tanda vital
·
Respon yang lazim terhadap nyeri.
·
Tanda-tanda infeksi
1)
Kemerahan
2)
Oedema
3)
Infeksi kojunctiva (pembuluh darah konjunctiva
menonjol).
4)
Drainase
pada kelopak mata dan bulu mata.
5)
Zat purulen
6)
Peningkatan suhu
7)
Nilai lab; peningkatan leukosit, perubahan leukosit,
hasil pemeriksaan kultur sensitifitas abnormal.
·
Ketajaman
penglihatan masing-masing mata
1.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) PRE OPERATIF
(1)
Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan penurunan
ketajaman penglihatan, penglihatan ganda.
Tujuan : gangguan persepsi sensori teratasi.
Kriteria hasil :
o Dengan penglihatan yang terbatas klien
mampu melihat lingkungan semaksimal mungkin.
o
Mengenal perubahan stimulus yang positif dan
negatif
o
Mengidentifikasi kebiasaan lingkungan.
Intervensi dan Rasional
1. Orientasikan pasien terhadap lingkungan
aktifitas.
R: Memperkenalkan pada pasien tentang lingkungan
dam aktifitas sehingga dapat meninggalkan stimulus
2. Bedakan kemampuan lapang pandang diantara
kedua mata
R: Menentukan kemampuan lapang
pandang tiap mata
3. Observasi tanda disorientasi dengan tetap
berada di sisi pasien.
R: Mengurangi ketakutan pasien dan
meningkatkan stimulus.
4. Dorong klien untuk melakukan aktivitas
sederhana seperti menonton TV, radio, dll
R: Meningkatkan
input sensori, dan mempertahankan perasaan normal, tanpa meningkatkan stress
5. Anjurkan pasien menggunakan kacamata
katarak, cegah lapang pandang perifer dan catat terjadinya bintik buta.
R: Menurunkan penglihatan perifer dan
gerakan.
6. Posisi
pintu harus tertutup terbuka, jauhkan rintangan
R: Menurunkan penglihatan perifer dan
gerakan.
(2) Ansietas berhubungan dengan pembedahan yang
akan dijalani dan kemungkinan kegagalan untuk memperoleh penglihatan kembali.
Tujuan : kecemasan teratasi
Kriteria hasil :
·
Mengungkapkan
kekhawatirannya dan ketakutan mengenai pembedahan yang akan dijalani.
·
Mengungkapkan
pemahaman tindakan rutin perioperasi dan perawatan.
Intervensi dan Rasional
1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan
relaks, berikan dorongan untuk verbalisasi dan mendengarkan dengan penuh
perhatian.
R: Membantu mengidentifikasi sumber
ansietas.
2. Yakinkan klien bahwa ansietas mempunyai
respon normal dan diperkirakan terjadi pada pembedahan katarak yang akan
dijalani.
R: Meningkatkan keyakinan
klien
3. Tunjukkan kesalahpahaman yang
diekspresikan klien, berikan informasi yang akurat.
R: Meningkatkan keyakinan klien
4. Sajikan informasi menggunakan metode dan
media instruksional.
R: Meningkatkan proses belajar dan
informasi tertulis mempunyai sumber rujukan setelah pulang.
5. Jelaskan kepada klien aktivitas
premedikasi yang diperlukan.
R: Pengetahuan yang meningkat akan menambah
kooperatif klien dan menurunkan kecemasan.
6
Diskusikan
tindakan keperawatan pra operatif yang diharapkan.
R: Pengetahuan yang meningkat akan
menambah kooperatif klien dan menurunkan kecemasan.
7. Berikan informasi tentang aktivitas penglihatan
dan suara yang berkaitan dengan periode intra operatif
R: Menjelaskan pilihan memungkinkan klien membuat
keputusan secara benar.
2)
POST OPERATIF
(1) Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan trauma insisi atau
peningkatan TIO
Tujuan :
nyeri teratasi
Kriteria
hasil :
·
klien
melaporkan penurunan nyeri secara progresif dan nyeri terkontrol setelah
intervensi.
·
Klien
tampak rileks
·
Skala
nyeri 0 – 3
·
TTV
dalam batas normal
Suhu: 36,5ºC – 37,5º C
Nadi: 76 – 84x/menit
Nafas: 16 – 20x/menit
TD : 110/60
– 130/90 mmHG
Intervensi dan Rasional
1. Bantu klien dalam mengidentifikasi
tindakan penghilangan nyeri yang efektif.
R: Membantu pasien menemukan tindakan yang dapat menghilangkan atau
mengurangi nyeri yang efektif.
2. Jelaskan bahwa nyeri dapat terjadi sampai
beberapa jam setelah pembedahan.
R: Nyeri dapat terjadi sampai anestesi local habis, memahami hal ini dapat
membantu mengurangi kecemasan yang berhubungan dengan yang tidak diperkirakan.
3. Lakukan tindakan mengurangi nyeri dengan
cara:
-
Posisi : tinggikan bagian kepala tempat tidur, ganti
posisi dan tidur, ganti posisi dan tidur pada sisi yang tidak dioperasi
-
Distraksi
-
Latihan relaksasi
R: Latihan nyeri dengan
menggunakan tindakan yang non farmakologi memungkinkan klien untuk memperoleh
rasa kontrol terhadap nyeri.
4. Berikan obat analgetik sesuai program
R:
Analgesik dapat menghambat reseptor nyeri.
5. Lapor dokter jika nyeri tidak hilang setelah
½ jam pemberian obat, jika nyeri disertai mual.
R: Tanda
ini menunjukkan peningkatan tekanan intra ocular atau komplikasi lain.
(2) Resiko
tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (bedah pengangkatan).
Tujuan
: infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
§
Tanda-tanda infeksi tidak terjadi
§
Penyembuhan luka tepat waktu
§ Bebas drainase purulen , eritema, dan
demam
Intervenís
dan Rasional
1.
Tingkatkan penyembuhan luka dengan :
-
Beri dorongan untuk mengikuti diet seimbang dan asupan
cairan yang adekuat
R: Nutrisi dan hidrasi yang
optimal meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, meningkatkan penyembuhan
luka pembedahan.
- Instruksikan klien untuk
tetap menutup mata sampai hari pertama setelah operasi atau sampai
diberitahukan.
R: Memakai pelindung mata
meingkatkan penyembuhan dan menurunkan kekuatan iritasi kelopak mata terhadap
jahitan luka.
2.
Gunakan tehnik aseptic untuk meneteskan tetes mata :
-
Cuci tangan sebelum memulai
-
Pegang
alat penetes agak jauh dari mata.
-
Ketika
meneteskan hindari kontk antara mata dengan tetesan dan alat penetes.
R: Tehnik aseptic menimalkan masuknya mikroorganisme dan mengurangi
infeksi.
3. Gunakan tehnik aseptic untuk membersihkan
mata dari dalam ke luar dengan tisu basah / bola kapas untuk tiap usapan, ganti
balutan dan memasukkan lensa bila menggunakan.
R: Tehnik aseptic menurunkan resiko penyebaran infeksi/.bakteri dan kontaminasi
silang.
4. Tekankan pentingnya tidak menyentuh /
menggaruk mata yang dioperasi.
R:
Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.
5. Observasi tanda dan gejala infeksi seperti :
kemerahan, kelopak mata bengkak, drainase purulen, injeksi konjunctiva (pembuluh
darah menonjol), peningkatan suhu
R: Deteksi dini infeksi memungkinkan penanganan yang cepat untuk
meminimalkan keseriusan infeksi.
6. Anjurkan untuk mencegah ketegangan pada jahitan dengan cara :
menggunakan kacamata protektif dan pelindung mata pada malam hari.
R: Ketegangan
pada jahitan dapat menimbulkan interupsi, menciptakan jala masuk untuk
mirkoorganisme
7. Kolaborasi
obat sesuai indikasi :
- Antibiotika (topical, parental atau sub
conjunctiva)
R: Sediaan topical digunakan secara profilaksis, dimana terapi lebih
agresif diperlukan bila terjadi infeksi
- Steroid
R: Menurunkan inflamasi
(3) Gangguan
sensori – perceptual : penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/ status organ indera, lingkugan secara terapeutik dibatasi,
Tujuan:
Gangguan persepsi sensori penglihatan teratasi
Kriteria
hasil :
·
Meningkatkan
ketajaman penglihatn dalam batas situasi individu
·
Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi
terhadap perubahan
·
Mengidentifikasi / perbaikan potensial bahaya
dalam lingkungan.
Intervensi dan Rasional
1.
Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau
kedua mata terlibat
R: Kebutuhan individu dan pilihan
intervensi dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan
terjadi lambat dan progresif
2. Orientasi pasien terhadap lingkungan,
staf/ orang lain di area
R: Memberikan
peningkatan kenyamanan dan kekeluargaaan, menurunkan cemas dan disorientasi
pasca operasi.
3.
Observasi
tanda-tanda dan gejala-gejala disorientasi, pertahankan pengamanan tempat tidur
sampai benar-benar sembuh dari anesthesia.
R: Terbangun dalam lingkungan
yang tak dikenal dan mengalami keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan
bingung pada orangtua.
4.
Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar ± 25%,
penglihatan perifer hilang.
R:
Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung /
meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, (1999), Rencana
Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 6, EGC, Jakarta.
Doengoes, Mariyln E., (2000) Rencana
Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Sidarta Ilyas, (1998), Katarak, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta.
Tamim Radjamin RK, Dkk, (1993), Ilmu
Penyakit Mata, Airlangga University Press, Surabaya.
0 komentar:
Post a Comment