Saturday, 20 April 2019

LP TEORI HIPERTIROID

   No comments     
categories: , ,
BAB 1
TINJAUAN TEORI
HIPERTIROID

1.1  TINJAUAN MEDIS
1.1.1        Definisi
Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan. (Dongoes E, Marilynn , 2000 hal 708)
Terdapat dua tipe hipertiroidisme yaitu penyakit graves dan goiter nodular toksik. (Price A, Sylvia, 1995 hal 1074)

1.1.2        Etiologi
Penyebab-penyebabnya antara lain:
1)      Herediter
2)      Toksik Adenoma
3)      Tumor kelenjar hipofise
4)      Tiroiditis sub akut
5)      Kanker tiroid
6)      Terapi  hormon tiroid berlebihan
 (Price A, Sylvia, 1995, hal 1074 dan Dongoes E, Marilynn, 2000 hal 708)

1.1.3        Faktor Resiko
1)      Terjadi lebih banyak pada wanita dari pada laki-laki
2)      Pada usia lebih dari 50 tahun
3)      Post trauma emosional
4)      Peningkatan stress
(Long C, Barbara 1996 hal 109)

1.1.4        Manifestasi Klinis
1)      Apatis
2)      Mudah lelah
3)      Kelemahan otot
4)      Mual
5)      Muntah
6)      Gemetaran
7)      Kulit lembab
8)      Berat badan turun
9)      Takikardi
10)  Mata melotot, kedipan mata berkurang

(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 1319 dan Price A,Sylvia, 1995, hal 1076)

1.1.6    Pemeriksaan Penunjang
1) Tes ambilan RAI: meningkat pada penyakit graves dan toksik goiter noduler, menurun pada tiriditis
2) T3 dan T4 serum : meningkat
3) T3 dan T4 bebas serum : meningkat
4) TSH: tertekan dan tidak berespon pada TRH ( tiroid releasing hormon)
5) Tiroglobulin : meningkat
6) Stimulasi tiroid 131 : dikatakan hipertiroid jika TRH daritidak ada sampai meningkat setelah pemberian TRH
7) Ambilan tiroid 131 : meningkat
8) Ikatan protein sodium : meningkat
9) Gula darah : meningkat ( kerusakan adrenal)
10) Kortisol plasma : turun ( menurunnya pengeluaran oleh adrenal)
11) Pemerksaan fungsi hepar : abnormal
12) Elektrolit : hponatremi akibat respon adrenal atau efe delusi terapi cairan, hipokalemia akibat dari deuresis dan kehilangan dari GI
13) Kateklamin serum : menurun
14) Kreatinin urin : meningkat
15) EKG : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek kardiomegali
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 711)

1.1.7    Penatalaksanaan
1) Pengobatan jangka panjang dengan obat-obat antitiroid seperti propiltiourasil atau metimazol yang diberikanpaling sedikit selama satu tahun. Obat – obat ini menghambat  sintesis dan pelepasan tiroksin.
2) Pembedahan tiroideksomi sub total sesudah terapi propiltiourasil prabedah
3) Pengobatan dengan yodium radioaktif
       (Price A, Sylvia, 1995, hal 1076)

1.1.8    Komplikasi
1) Penyakit jantung 
2) Gagal ginjal kronis
3) Fraktur
4) Krisis tiroid
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 1319)


1.2    TINJAUAN ASUHAN KEPERWATAN
1.2.1        Pengkajian
Pengkajian berdasarkan B6 yaitu:
1)      B1: Breathing (Pernapasan)
Tanda:  Frekuensi pernapasan meningkat, takipnea
Dispnea
2)      B2: Bleeding (Cardiovasculer)
Data Subyektif:   Palpitasi
Nyeri dada
Data obyektif:     Disritmia (fibrilasi atrium), irama  galop, murmur
Peningkatan tekanan darah, takikardi saat istirahat
Sirkulasi kolaps
3)      B3: Brain (Persarafan)
Data Subyektif:   Mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik
Nyeri orbital, fotofobia
Data obyektif:     Bicara cepat dan parau
Ganggguan status mental dan perilaku seperti bingung, disorentai, gelisah, peka rangsang, delirium, sikosis, stupor,koma
Tremor halus pada tanan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak-sentak
Hiperaktif reflekstenon dalam (RTD)
Emosi labil (euforia sampai delirium), depresi
4)      B4: Bleder (Perkemihan)
Data Subyektif:   Urin dalam jumlah banyak
5)      B5: Bowel (Eliminasi)
Data Subyektif:   Kehilangan BB yang mendadak
Nafsu makan meningkat, makan banyak, makan sering, kehausan.
Mual muntah
                            Perubahan dalam feses : diare
Data obyektif:     Pembesaran tiroid, goiter
Edema non pitting terutama daerah pretibial
6)      B6: Bone (Muskoloskeletal / Integumen )
Data Subyektif:   Insomnia, sensitivitas meningkat
Otot lemah, gangguan koordinasi
Kelelahan berat
Data obyektif:     Atrofi otot
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 708 -709)

1.2.1        Diagnosa Keperawatan
1.2.2.1  Penurunan curah jantung b.d hipertiroid tidak terkontrol,hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung
Tujuan :
Mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
criteria evaluasi:
TTV stabil, denyut nadi perifer normal, pengisian kapiler normal, status mental baik,tidak ada disritmia
Intervensi :
Independen
1)      Pantau TTV. Perhatikan besarnya tekanan nadi
R/   Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilator perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi. Besarnya tekanan nadi mrupakan refleksi kompensasi dari peningkatan isi sekuncup dan penurunan tahanan sistem pembuluh darah
2)      Periksa / teliti kemungkinan nyeri dada yang dikeluhkan pasien
R/   Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot jantung atau iskemia
3)      Kaji nadi /denyut jantung saat pasien tidur
R/   Memberikan hasil pengkajian yang lebih akurat untuk menentukan takikardia
4)      Auskultasi suara jantung, perhatikan adanya bunyi jantung tambahan, adanya irama gallop dan murmur sistolik
R/   S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung meningkat pada keadaan hipermetabolik. Adanya S3 sebagai tanda adanya kemungkinan gagal jantung.
5)      Pantau EKG, catat atau perhatikan kecepatan atu irama jantung dan adanya disritmia
R/   Takikardia (lebih tinggi dari normal berhubungan dengan demam atau peningkatan kebutuhan akan sirkulasi) mungkin merupakan cerminan langsung stimulasi otot jantung oleh hormon tiroid
6)      Observasi tanda dan gejala kehausan yang hebat, mukosa membran kering, nadilemah, pengisian kaapiler lambat, penurunan produksi urin dan hipotensi
R/   Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkan volume sirkulasi dan menurunkan curah jantung
7)      Catat adnya riwayat asma/bronkokontriksi, kehamilan,sinus bradikardi/blok jantung yang berlanjut menjadi gagal jantung
R/   Kondisi ini mempengaruhi piihan therapi (misal penggunaan penyekat beta – adrenergik merupakan kontraindikasi)
Kolaborasi
8)      Berikan cairan melalui IV sesuai indikasi
R/   Pemberian cairan melalui IV dengan cepat perlu untk memperbaiki volume sirkulasi tetapi harus diimbangi dengan perhatian terhadap tanda gagal jantung / kebutuhan terhadap pemberian zat inotropik.
9)      Berikan obat sesuai dengan indkasi:
(1)    Penyekat beta seperti: propanolol (inderal, atenolol (tenormin), nadolol (corgard)
R/   Diberikan untuk mengendalikan pengaruh tirotoksik terhadap takikardia, tremor, dan gugup serta merupakan obat pilihan pertama pada krisis tiroid akut. Menurunkan frekuensi / kerja jantung oleh daerah reseptor penyekat beta adrenergik dan konversi dari T4 ke T3.
(2)    Hormon tiroid antagonis seperti propiltirourasil (PTU), metimazol (tapazole)
R/   Memblok sintesis hormon tiroid dan menghalangi perubahan T4 ke T3.
(3)    Natriun iodida (lugol) atau saturasi kalium iodida
R/   Aktivitas utamanya adalah untuk mencegah pengeluaran hormon tiroid kedalam sirkulasi dengan meningkatkan jumlah penyimpanan hormon tiroid dalam kelenjar tiroid.
(4)    RAI (131 InaL atau 125 InaL)
R/   Menghancurkan fungsi jaringan kelenjar tiroid. Puncaknya tercapai pada 6 – 12 minggu.
(5)    Kortikosteroid
R/   Memberikan dukungan glukokortikol, menurunkan hipertermia, menghilangkan kekurangan adrenal secara relatif menghalangi absorbsi kalsium, dan menurunkan perubahan T4 manjadi T3 di daerah perifer
(6)    Digoksin
R/   Diperlukan pada GJK sebelum terapi penyekat beta adrenergik dapat diberikan dengan aman
(7)    Furosemid
R/   Diuresis mungkin diperlukan jika terjadi pada GJK. Mungkin juga efektif dalam menurunkan kadar kalsium jika da gangguan pada neuromuskuler.
(8)    Asetaminofen
R/   Obat pilihan untuk menurunkan suhu tubuh dan berhubungan dengan kebutuhan metabolisme.
(9)    Relaksan otot
R/   Menurunkan proses menggigil yang berhubungan dengan hipertermia yang selanjutnya dapat meningkatkan kebutuhan metabolisme.
10)  Pantau hasil pemeriksaan lab :
Kalium serum
R/   Hipokalemia sebagai akibat dari kehilangan melalui gastrointestinal, gangguan dalam pemasukan atau karena terapi diuretik mungkin akan menyebabkan disritmia dan menggagalkan fungsi jantung atau curah jantung
Kalsium serum
R/   Terjadinya peningkatan dapat mengubah kontraksi jantung
Kultur sputum
R/   Infeksi paru merupakan faktor pencetus krisis yang paling sering
11)  Lakukan pemantauan EKG secara teratur
R/   Dapat menunjukkan pengaruh ketidakseimbangan elektrolit atau iskemia yang mencerminkan suplai oksigen pada otot jantung tidak adekuat pada keadaan peningkatan metabolisme
12)  Berikan oksigen sesuai indikasi
R/   Mungkin juga diperlukan untuk mendukung peningkatan kebutuhan metabolisme / kebutuhan terhadap oksigen tersebut
13)  Siapkan untuk pembedahan
R/   Tiroidektomi parsial (mengangkat 5/6 dari kelenjar) mungkin cara penanganan pilihan terhadap hipertiroid ini membahayakan

1.2.2.2               Kelelahan b.d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi,peka                              rangsang  dari saraf sehubungan dengan gangguan kimia tubuh
Dibuktikan oleh :
1) Mengungkapkan sangat kurang kekurangan  energi untuk mempertahankan utinitas umum, penurunan penampilan
2) Labilias/pekarangsang emsional, gugup, tegang
3) Perilaku gelisah
4) Kerusakan kemampuan untuk konsentrasi
Tujuan / criteria evaluasi :
1) Menungkapkan secara verbal tentang peningkatan energi
2) Menunjukkkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam melakukan aktivits
Intervensi:
Independen
1) Pantau TTV sebelum dan sesudah aktivitas
R/ Nadi secara luas meningkat dan bahkan saat istirahat, takikardia (diatas 160x/menit) mungkin akan ditemukan
2) Catat perkembangan takipnea, dispnea, pucat dan sianosis
R/ Kebutuhan dan konsumsi oksigen akan ditingkatkan pada keadaan hipermetabolik, yang merupakan potensial akan terjadi hipoksia saat melakukan aktivitas
3) Ciptakan lingkungan yang tenang, ruangan yang dingin, turunkan stimulasi sensori, warna-warna yang sejuk dan situasi yang tenang
R/ Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat menimbulkan agitasi, hiperaktif, dan insomnia
4) Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas dan meningkatkan istirahat ditempat tidur jika memungkinkan
R/ Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme
5) Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman seperti masage/sentuhan, bedak yang sejuk
R/ Dapat menurunkan energi dalam saraf yang selanjutnya meningkatkan relaksasi
1) Memberikan aktivits pengganti yang nyaman seperti membaca, mendengarkan radio
R/ Memungkinkan untuk mengunakan energi dengan cara konstruktif dan mungkin juga akan menurunkan ansietas
2) Hindari membicarakan topik yang menjengkelkan atau yang mengancam pasien. Diskusikan cara untuk berspon terhadap perasaan tersebut
R/ Peningkatan kepekaan dari susunan saraf pusat dapat menyebabkan pasien mudah untuk terangsang, agitasi, dan emosi yang berlebihan
3) Diskusikan dengan orang dekat tentang  keadaan kelelahan dan emosi yang tidak stabil
R/ Mengerti bahwa tingkah laku tersebut secara fisik meningkatkan koping terhadap situasi saat itu dorongan dan saran orang terdekat untuk berespon secara positif dan berikan dukungan pada pasien
Kolaborasi
4) Berikan obat  sesuai indikasi sseperti sedatif : fenobarbital (luminal)
R/ Untuk mengatasi keadaan gugup, hiperaktif, dan insomnia

1.2.2.3               Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatanmetaboisme (                                peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penururunan BB)
Tujuan pasien / criteria evaluasi
Menunjukkkan BB yang stabil disertai dengan nilai laboratorium yang normal dan terbebas dari tanda-tanda malnutrisi
Intervensi
Independen
1) Auskultasi bising usus
R/ Bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan motilitas lambung yang menurunkan atau mengubah fungsi absorbsi
2) Catat dan laporkan adanyaanoreksia, kelemahan umum/nyei,nyeri abdomen, munculnya mual-muntah
R/ Peningkatan aktivitas adrenergik dapat menyebabkan gangguan sekresi insulin / terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia, polidipsia, poliuria, perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan (tanda asidosis metabolik)
3) Pantau masukan makanan setiap hari. Dan timbang BB setiap hari serta laporkan adanya penurunan BB
R/ Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid
4) Dorong pasien untuk makandan meningkatkan jumlah makan dan juga makanan kecil dengan menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah dicerna
R/ Membantu menjaga pemasukan kalori cukup tinggi untuk menambahkan kalori tetap tinggi pada penggunaan kalori yang disebabkan oleh adanya hipermetabolik 
5) Hindari pemberian makananyang dapat meningkatkan peristaltik usus (eh, kopi dan makanan berserat lainnya ) dan cairan yang menyebabkan diare
R/ Peningkatan motilitas saluran cerna dapat mengakibatkan diare dan gangguan absorbsi nutrisi yang diperlukan
6) Bicara  dengan nada normal
Kolaborasi :
7) Konsul  dengan ahli gizi untuk memberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidart dan vitamin
R/ Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat – zat makanan yang adekuat dan mengidentifikasikan makanan pengganti yang paling sesuai
8) Berikan obat dengan indikasi:
a. Glukosa,vit B kompleks
R/ Diberikan untuk memenuhi kalori yang diperlukan dan mencegah atau mengobati hipoglikemia 
b. Insulin (dengan dosis kecil)
R/ Dilakukan dalam mengendalikan glukosa darah jika kemungkinan ada peningkatan

1.2.2.4              Kerusaka integritas jaringan mata b.d perubahan mekanisme perlindungan dari                    mata
Tujuan / criteria hasil :
1) Dapat mempertahakan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari ulkus
2) Mampu mengidentifikasi tindakan untuk memberkanperlindungan pada mata dan pencegahan komplikasi
Intervensi
Independen
1) Observasi edema peiorbital, gangguan penutupan kelopakmata. Lapang pandang penglihatan yang sempit, air ata yang berlebihan. Catat adanya fotofobia, rasa adanya benda diluar mata dan nyeri pada mata
R/ Manifestasi umum dari stimulasi adrenergik yang berlebihan berhubungan dengan tirotoksikosis yang memerlukan intervensi pendukung sampai resolusi krisis dapat menghilangkan simtomatologis
2) Evaluasi ketajaman mata, laporkan adanya pandangan yang kabur atau pandangan ganda( diplopia)
R/ Oftalmopati infitratif (penyakit graves) adalah akibat dari peningkatan jaringan retro – orbita, yang menciptakan eksoftalmus dan infiltrasi limfosit dari otot ekstraokuler yang menyebabkan kelelahan.
3) Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap ketika bangaundan tutup dengan peneutup mata selamatidur sesuai kebutuhan
R/ Melindungi kerusakan kornea jika pasien tidak dapat menutup mata dengan sempurna karena edema atau karena fibrosis bantalan lemak
4) Bagian kepala tempat tidur ditinggikan dan batasi pemasukan garam jika ada indikasi
R/ Menurunkan edema jaringan bila ada komplikasi seperti GJK yang mana dapat memperberat eksoftalmus
5) Berikan kesempatan pasian untuk mendiskusokan perasaaan tentang perubahanganbaran atau betuk tubuh untuk meningkatkan gambanran tubuh
R/ Bola mata yang agak menonjol menyebabkan seseorang tidak menarik, hal ini dapat dikurangi dengan menggunakan tata rias, menggunakan kaca mata
6) Instruksikan agar pasien melatih otot mata ekstraokular jika memungkinkan
R/ Memperbaiki sirkulasi dan mempertahankan gerakan mata
Kolaborasi
7) Berikan obat sesuai indikasi
a. Obat tetes mata metilselulosa
R/ Sebagai lubrikasi mata
b. ACTH, prednison
R/ Diberikan untuk menurunkan radang yang berkembang dengan cepat
c. Obat antitiroid
R/ Dapat menurunkan tanda / gejala atau mencegah keadaan yang semakin memburuk
d. Diuretik
R/ Dapat menurunkan edema pada keadaan ringan
8) Siapkan pembedahan
R/ Penutup mata mungkin diperlukan terutama untuk melindungi kornea hingga edema teratasi atau meningkatkan ruang dalam sinus aktivitas dan otot yang berdekatan mungkin dapat mengembalikan mata pada posisi yang lebih normal

1.2.2.5              Cemas b.d faktor fisiologis, status hipermetabolik (stimulasi SSP), efek                                    pseudokatekolamin dari hormon tiroid
Ditandai dengan : 
1) Peningkatan perasaan kuatir, gemetar, hilang konrol, panik, perubahan kognitif, distosi rangsanglingkungan
2) Gerakan ekstra, gelisah, tremor
Kriteria hasil: 
1) Tampak rileks
2) Melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
3) Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya
Intervensi:
Independen
1) Observasi tingkah laku pasien yang menunjukkan tingkat ansietas
R/ Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan insomnia. Ansietas berat yang berkembang kedalam keadaan panik dapat menimbulkan perasaan terancam, teror, ketidakmampuan untuk bicara dan bergerak, berteriak - teriak / bersumpah - sumpah 
2) Pantau respon fisik, papitsi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasidan insomnia
R/ Peningkatan pengeluaran penyekat beta adrenergik pada daerah reseptor, bersamaan dengan efek – efek kelebihan hormon tiroid, menimbulkan manifestasi klinik dari peristiwa kelebihan katekolamin ketika kadar epineprin / norepineprin dalam keadaan normal
3) Tinggal bersama pasien, mempertahankan sikap yang teang. Mngakui atau menjawab kekuatiran dan mengijinkan perilaku pasien yang umum
R/ Menegaskan paada pasien atau orang terdekat bahwa walaupunperasaan pasien diluar kontrol, lingkungannya tetap aman. Menghindari respon pribadi pada ucapan yang tidak tepat atau tindakan mencegah konflik atau reaksi yang berlebihan terhadap situasi yang penuh dengan stress
4) Jelaskan prosedur, lingkungan sekelilmn atau suara yang mungkin didengar oleh pasien
R/ Memberikan informasi akurat yang dapat menurunkan distorsi / kesalahan interpretasi yang dapat berperan pada reaksi ansietas atau ketakutan
5) Bicara yang singkat dengan kata yang sederhana
R/ Rentang perhatian mungkin menjadi pendek, konsentrasi berkurang, yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi informasi
6) Kurangi stimulasidari luar. Tempatkan pada ruangan yang tenang, berikan kelembutan, kurangi lampu yang terang, kurangi jumlah orang yang berkunjuang
R/ Menciptakan lingkungan yang terapeutik, menunjukkan penerimaan bahwa aktivitas unit / personal dapat meningkatkan ansietas pasien
7) Diskusikan dengan pasien aau orang yang terdekat penyebab emosional yang labil/reaksi psikotik
R/ Memahami bahwa tingkah laku didasarkan atas fisiologis dapat memungkinkan respons / pendekatan yang berbeda, penerimaan terhadap situasi
8) Tekankan harapan bahwa pengendalian emosi itu harus tetap diberikan sesuai denagan perkembangan terapi obat
R/ Memberikan informasi dan menyakinkan pasien bahwa keadaan itu adalah sementara dan akan membaik dengan pengobatan
Kolaborasi;
9) Berikan obat antiansietas
R/ Dapat digunakan bersamaan dengan pengobatan untuk menurunkan pengaruh dari sekresi hormon tiroid yang berlebihan
10) Rujukpada sistem penyokong sesuai dengan kebutuhan seperti konseling, ahli agama dan pelayanan sosial
R/ Terapi penyokong yang terus menerus mungkin dimanfaatkan / dibutuhkan pasien atau orang terdekat jika krisis itu menimbulkan perubahan gaya hidup pada pasien itu sendiri

1.2.2.6              Perubahan prosses pikir b.d perubahan fisiologis, peningkatan stimulasi                                  SSP/mempercepat aktivitas mental
Kriteria hasil: 
1) Mempertahankan orientasi realita umumya
2) Mengenali perubahan dalam berpikir/perilaku dan faktor penyebab
Intervensi:
Independen
1) Kaji proses pikir pasien seperti memori, rentang perhatian, orientasi terhadap tempat, waktu atau orang
R/ Menentukan adanya kelainan pada proses sensori 
2) Catat adanya perubahan tingkahlaku
R/ Kemungkinan terlalu waspada, tidak dapat beristirahat, sensitivitas meningkat, atau menangis, atau mungkin berkembang menjadi psikotik yang sesungguhnya
3) Hadirkan pada realita secara terusmenerus dansecara gamblang tanpa melawan pikiran yang tidak logis
R/ Membatasi rekasi yang menentang
4) Memberikan tindakan yang aman seperti bantalan pada enghalang tempat tidur, pengikatan yang lembutsupervisi yang ketat
R/ Mencegah trauma pada pasien yang mengalami halusinasi / disorientasi
5) Anjurkan keluarga atau orang dekat lainnnya untuk mengunjungi paisen. Memberikan dukungan dengan kebutuhan
R/ Membantu dalam mempertahankan sosialisasi dan orientasi pasien
Kolaborasi
6) Pemberian sedatif ssesuai indikasi 
R/ Meningkatkan relaksasi, menurunkan hipersensitivitas saraf / agitasi untuk meningkatkan proses pikir
 (Doenges E, Marilynn, 2000 hal 710-719)


 DAFTAR PUSTAKA


Hudak & Gallo. (1996). Keperawatan Kritis: Pendekaatan Holistik, Edisi 6, Volume II. Jakarta. EGC

Long C, Barbara. (1996). Perawatan Medikal Bedah, Jilid 3. Bandung, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran

Marilynn E, Doengoes. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta.  EGC

Price A, Sylvia dan Wilson M, Lorraine. (1995). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 4, Buku II. Jakarta. EGC

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jilid 3. Jakarta. EGC

0 komentar:

Post a Comment