Saturday, 20 April 2019

LP TEORI EFUSI PLEURA

   No comments     
categories: , ,

BAB I
LANDASAN TEORI
EFUSI PLEURA


1.1 Tinjauan Teori
1.1.1 Pengertian
Efusi pleura adalah penumpukan cairan didalam rongga pleura yang disebabkan oleh proses eksudasi atau transudasi yang berlebihan dari permukaan pleura.( A. Price, Sylvia, 1995, 704 )
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan didalam kavum pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa caiaran transudat dan cairan eksudat. (Pedoman Diagnosis dan Terapi / UPF Ilmu Penyakit Paru, 1994, III )

1.1.2 Fisiologi
Suatu lapisan tipis yang kontinu mengandung kolagen dan jaringan elastis dikenal sebagai pleura, melapisi rongga dada ( pleura parietalis ) dan menyelubungi setiap paru - paru ( pleura viseralis ). Diantara pleura parietalis dan viseralis terdapat suatu lapisan tipis cairan pleura, yang berfungsi :
a.       untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernafasan
b.      mencegah pemisahan toraks dan paru - paru
c.       dengan tekanan pleura yang lebih rendah dengan tekanan atmosfer dapat   
      mencegah kolaps paru
d.      melindungi paru dari goncangan

1.1.3 Etiologi
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk antara lain :
1.    Efusi transudat dapat terjadi akibat penyakit lain bukan primer pada paru - paru antara lain :
-     kegagalan jantung kongestive
-     sindroma nefrotik
-     asites ( oleh karena sirosis hepatis )
-     syndroma vena cava superior
-     tumor
-     efek dari tindakan dialisis peritoneal
-     sindrom meig ( asites dengan tumor ovarium )

2.    Efusi eksudat terjadi akibat peradangan pada pleura yang sering kali disebabkan oleh penyakit paru / infeksi bakteri antara lain :
-     peradangan pada pleura
-     pneumonia
-     tuberculosis
-     jamur

1.1.4 Patofisiologi
    Perubahan lansia dibagi menjadi 2 teori menua (teori biologi, kejiwaan) kepada lansia terjadi perubahan fisik terutama pada sistem pernafasan. Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga pleura. Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9 cm H2O. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses keradangan atau neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung dan tekanan negatif intra pleura apabila terjadi atelektasis paru ( www. mediastore. com ).
Effusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas dalam kavum pleura. Ada 2 jenis Efusi pleura berdasarkan jenis cairannya :
1.    Efusi transudat dapat terjadi akibat penyakit lain bukan primer pada paru - paru. Gagal jantung komgestife, asites, sindroma meig, efek dialisis peritoneal yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke daerah rongga pleura.
2.    Efusi eksudat dapat terjadi akibat peradangan pada pleura yang sering kali disebabkan oleh penyakit paru / infeksi bakteri. Peradangan pada pleura, TBC, pneumoni, jamur menyebabkan peradangan diruang pleura terjadi reaksi inflamasi menimbulkan pengeluaran eksudat dan menumpuk diruang pleura.

1.1.5 Manifestasi Klinis
1.      Nyeri pleuritik terutama saat akhir ekspirasi
2.      Batuk tetapi kadang tidak dijumpai batuk
3.      Suara nafas ringan
4.      Suara nafas menurun dan terdengar bising gesek pleura
5.      Sesak nafas
6.      Kadang disertai demam

1.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1.      Rontgen dada
      Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura.
2.      CT - Scan dada
      CT - Scan dengan jelas menggambarkan paru - paru dan cairan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor.
3.      USG dada
      USG bisa membantu menentukan lokasi dari mengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit / banyak sehimgga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
4.      Thorakosintesis
      penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui thorakosintesis ( pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal.
5.      Biopsi
      jika dengan thorakosintesis tidak dapat ditentukan penyebabnya maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.

1.1.7 Penatalaksanaan
1.    WSD ( Water Scald Drainase )
Pemasangan selang pada dada guna mengeluarkan cairan di rongga pleura.
2.    Pleurodesis
Dimaksudkan untuk menutup rongga pleura.
3.    Pleurektomi
Mengangkat pleura parietalis

1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
         Pengumpulan data, data - data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
a. Identitas Pasien
b.Keluhan Utama
   merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien efusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokalisir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
   Pasien dengan efusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda - tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, dsb.
   Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan tersebut.
d.            Riwayat Penyakit Dahulu
   Perlu dinyakan apakah pasien pernah menderita penyakit TBC, pneumoni, gagal jantung, trauma, asitesdsb. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
   Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit - penyakit yang disinyalir sebagai penyebab efusi pleura.
f. Pemeriksaan Fisik
   1. Status kesehatan umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas.
2. Sistem respirasi
   Inspeksi pada pasien efusi pleura iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun, RR cenderung meningkat dan pasien biasanya dyspneu. Focal Fremitus menurun terutama untuk efusi pleura yang jumlah cairannya > 250 cc. Suara perkusi redup sampai peka. Auskultasi suara nafas menurun sampai menghilang.
g.Hasil Pemeriksaan Medis
   -  pemeriksaan radiologi
   -  biopsi pleura

1.2.2 Anamnesa Data
Setelah semua data dikumpulkan, kemudian dikelompokkan dan dianalisa sehingga dapat ditemukan adanya masalah yang muncul pada penderita efusi pleura. Selanjutnya masalah tersebut dirumuskan dalam diagnosa keperawatan.

1.2.3 Rencana Asuhan Keperawatan
1.      Diagnosa Keparawatan 1
Ketidak efektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2 x 24 jam pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normal dengan kriteria hasil :
1.Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal
2.Bunyi nafas terdengar normal
Intervensi dan Rasional
a.       Identifikasi faktor penyebab
R : Dengan mengidentifikasi penyebab, kita dapat menentukan jenis efusi pleura sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat.
b.      Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap perubahan yang terjadi.
R : Dengan mengkaji kualitas, frekuensidan kedalamana pernafasan kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi pasien.
c.       Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi yang duduk, dengan kepala tempat tidur ditinggikan 60 - 90 o
R : Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga daerah ekspansi paru bisa maximal.
d.      Observasi tanda - tanda vital
R : Peningkatan RR dan takhicardi merupakan indikasi adanya penuruna fungsi paru.
e.       Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif.
R : Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam, menekan otot - otot dada serta abdomen membuat batuk lebih efektif.
f.       Kolaborasi dengan tim medis lain untuk memberi O2 dan obat - obatan serta foto thorak.
R : Pemberian O2 dapat menurunkan beban pernafasan dan mencegah sianosis. Foto thorak dapat memonitor kemajuan dari berkurangnya cairan dan kembalinya daya kembang paru.

2.   Diagnosa Keperawatan 2
      Nyeri akut berhubumgan dengan trauma jaringan, inflamasi parenkim paru.
      Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam pasien mampu mengatasi rasa nyeri dengan kriteria hasil :
1.      pasien tidak nyeri
2.      skala nyeri 0 - 3
3.      pasien tampak rileks
Intervensi dan Rasional
1.      Kaji karakteristik dan skala nyeri
R : Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pada efusi pleura juga dapat timbul komplikasi pneumonia dll.
2.      Observasi tanda - tanda vital
R : Perubahan frekuensi nadi atau tekanan darah menunjukkan pasien mengalami nyeri.
3.      Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang
R : Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan terhadap nyeri.
4.      Ajarkan pasien untuk relaksasi / latihan nafas
R : Latihan nafas menghilangkan ketidaknyamanan akibat nyeri.
5.      Bantu pasien untuk memilih posisi yang nyaman untuk istirahat atau tidur
R : Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau dengan banyak bantal disekitarnya.
6.      Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian analgesik dan antitusif
R : Digunakan untuk menekan batuk produktif atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan.

3.   Diagnosa Keperawatan 3
      Konstipasi    berhubungan dengan penurunan peristaltik sekunder akibat mobilisasi.
      Tujuan :
      Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam pasien mampu mengeluarkan feses secara teratur dengan kriteria hasil :
1.      perut tidak terasa keras
2.      BAB lancar 1 - 2x/ hari lancar
Intervensi dan Rasional
1.      Auskultasi bising usus, catat lokasi dan karakteristiknya
R : Hilangnya bising menandakan adanya paralitik ileus.
2.      Observasi adanya distensi abdomen jika bising usus tidak ada atau berkurang
R : Hilangnya peristaltik melumpuhkan usus, membuat distensi usus dan illeus.
3.      Catat adanya keluhan mual, ingin muntah, periksa muntahan atau sekresi gaster ( lewat NGT ) dan feses untuk bekuan darah
R : Perdarahan gastrointestinal dapat terjadi sebagai respon dari trauma atau efek samping obat.
4.      Catat frekuensi, karakteristik, jumlah feses
R : Mengidentifikasi derajat gangguan / disfungsi dan kemungkinan bantuan yang diperlukan.
5.      Kolaborasi dengan ahli gizi
R : Membantu merencanakan makanan sesuai kebutuhan individu.
6.      Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan obat pelunak fese, laksatif, supositoria, enema.
R : Menstimuliperistaltik dan pengeluaran feses secara rutin.
4.   Diagnosa Keperawatan 4
Kerusakan pertukaran gas b/d penurunan permukaan afektif paru dan kerusakan membran alveolar.
Tujuan :
Pertukaran gas berlangsung normal.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam pertukaran gas berlangsung normal dengan kriteria hasil :
1.   Melaporkan tak adanya/penurunan dispnea.
2.   Klien menunjukkan tidak adanya gejala distres pernafasan.
3.   Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan BGA dalam Rentang normal.
Intervensi dan Rasional
1.   Kaji dispnea takipnea menurunnya bunyi nafas, peningkatan upaya pernapasan terbatasnya ekspansi dinding dada.
R : TB paru menyebabkan efek luas dari bagian kecil bronkopnemonia sampai inflamasidifus luas. Efek pernafasan dapat mengganggu oksigenasi organ vital dan jaringan.
2.   Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis perubahan warna kulit, termasuk membran mukosa.
R : Akumulasi sekret, pengaruh jalan nafas dapat mengganggu oksigenasi organ vital dan jaringan.
3.   Dorong bernafas bibir selama ekstalasi.
R : Membuat tatanan sehingga melawan udara luar, untuk mencegah kolaps membantu menyebabkan udara melalui paru dan menghilangkan atau menurunkan napas pendek.
4.   Tingkatkan tirah baring/ batasi aktifitas dan bantu aktifitas perawatan diri sesuai keperluan.
R : Menurunkan asumsi oksigen selama periode menurunkan pernapasan dapat menurunkan beratnya gejala.
5.   Awasi segi BGA.
R : Menurunkan kandungan oksigen (PaO2) dan saturasi atau peningkatan PaO2 menunjukkan kebutuhan untuk intervensi/perubahan program terapi.
6.   Berikan oksigen tambahan yang sesuai.
R : Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi atau menurunnya permukaan alveolar paru.

1.2.3 Evaluasi
1.      Mampu mempertahankan fungsi paru secara normal
2.      Menciptakan kembali kepuasan pola eliminasi usus
3.      Mengungkapkan perilaku untuk progaram usus individual
4.      Menyatakan nyeri hilang atau terkontrol
5.      Menunjukkan rileks, istirahat / tidur dan peningkatan aktivitas dengan tepat




DAFTAR PUSTAKA

A. Prince, Sylvia dan Lorraine M. Wilson, 1995. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Doengoes, Marilyn E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
                           .1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab / UPF Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press.

http : // www. google. co. id/

0 komentar:

Post a Comment