BAB I
LANDASAN TEORI
EFUSI PLEURA
1.1 Tinjauan
Teori
1.1.1 Pengertian
Efusi pleura adalah penumpukan cairan didalam
rongga pleura yang disebabkan oleh proses eksudasi atau transudasi yang
berlebihan dari permukaan pleura.( A. Price, Sylvia, 1995, 704 )
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat
penumpukan cairan didalam kavum pleura parietalis dan pleura viseralis dapat
berupa caiaran transudat dan cairan eksudat. (Pedoman Diagnosis dan Terapi /
UPF Ilmu Penyakit Paru, 1994, III )
1.1.2 Fisiologi
Suatu lapisan tipis yang kontinu mengandung
kolagen dan jaringan elastis dikenal sebagai pleura, melapisi rongga dada (
pleura parietalis ) dan menyelubungi setiap paru - paru ( pleura viseralis ).
Diantara pleura parietalis dan viseralis terdapat suatu lapisan tipis cairan
pleura, yang berfungsi :
a.
untuk
memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernafasan
b.
mencegah
pemisahan toraks dan paru - paru
c.
dengan
tekanan pleura yang lebih rendah dengan tekanan atmosfer dapat
mencegah kolaps paru
d.
melindungi
paru dari goncangan
1.1.3 Etiologi
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk antara
lain :
1.
Efusi
transudat dapat terjadi akibat penyakit lain bukan primer pada paru - paru
antara lain :
- kegagalan jantung kongestive
- sindroma
nefrotik
- asites
( oleh karena sirosis hepatis )
- syndroma
vena cava superior
- tumor
- efek
dari tindakan dialisis peritoneal
- sindrom
meig ( asites dengan tumor ovarium )
2.
Efusi
eksudat terjadi akibat peradangan pada pleura yang sering kali disebabkan oleh
penyakit paru / infeksi bakteri antara lain :
- peradangan
pada pleura
- pneumonia
- tuberculosis
- jamur
1.1.4
Patofisiologi
Perubahan lansia dibagi menjadi 2 teori menua (teori
biologi, kejiwaan) kepada lansia terjadi perubahan fisik terutama pada sistem
pernafasan. Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga
pleura. Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis
pleura parietalis sebesar 9 cm H2O. Akumulasi cairan pleura dapat
terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun misalnya pada penderita
hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses
keradangan atau neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan
jantung dan tekanan negatif intra pleura apabila terjadi atelektasis paru (
www. mediastore. com ).
Effusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah
besar cairan bebas dalam kavum pleura. Ada 2 jenis Efusi pleura berdasarkan
jenis cairannya :
1.
Efusi
transudat dapat terjadi akibat penyakit lain bukan primer pada paru - paru.
Gagal jantung komgestife, asites, sindroma meig, efek dialisis peritoneal yang
menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi tinggi sehingga
menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke daerah rongga pleura.
2.
Efusi
eksudat dapat terjadi akibat peradangan pada pleura yang sering kali disebabkan
oleh penyakit paru / infeksi bakteri. Peradangan pada pleura, TBC, pneumoni,
jamur menyebabkan peradangan diruang pleura terjadi reaksi inflamasi
menimbulkan pengeluaran eksudat dan menumpuk diruang pleura.
1.1.5 Manifestasi
Klinis
1.
Nyeri
pleuritik terutama saat akhir ekspirasi
2.
Batuk
tetapi kadang tidak dijumpai batuk
3.
Suara
nafas ringan
4.
Suara
nafas menurun dan terdengar bising gesek pleura
5.
Sesak
nafas
6.
Kadang
disertai demam
1.1.6 Pemeriksaan
Penunjang
1.
Rontgen
dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan
untuk mendiagnosis efusi pleura.
2.
CT -
Scan dada
CT - Scan dengan jelas menggambarkan paru - paru dan cairan
bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor.
3.
USG
dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari mengumpulan cairan
yang jumlahnya sedikit / banyak sehimgga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
4.
Thorakosintesis
penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui
dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui
thorakosintesis ( pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan
diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal.
5.
Biopsi
jika dengan thorakosintesis tidak dapat ditentukan penyebabnya
maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk
dianalisa.
1.1.7 Penatalaksanaan
1.
WSD (
Water Scald Drainase )
Pemasangan selang pada dada guna
mengeluarkan cairan di rongga pleura.
2.
Pleurodesis
Dimaksudkan untuk menutup rongga pleura.
3.
Pleurektomi
Mengangkat pleura parietalis
1.2 Tinjauan
Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
Pengumpulan data, data - data
yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
a. Identitas Pasien
b.Keluhan Utama
merupakan
faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah
sakit. Biasanya pada pasien efusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas,
rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam
dan terlokalisir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non
produktif.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien
dengan efusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda - tanda seperti
batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, dsb.
Perlu
juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah
dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan tersebut.
d.
Riwayat
Penyakit Dahulu
Perlu
dinyakan apakah pasien pernah menderita penyakit TBC, pneumoni, gagal jantung,
trauma, asitesdsb. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
faktor predisposisi.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu
ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit - penyakit yang
disinyalir sebagai penyebab efusi pleura.
f. Pemeriksaan Fisik
1.
Status kesehatan umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji,
bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan
anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas.
2. Sistem respirasi
Inspeksi
pada pasien efusi pleura iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan
pernafasan menurun, RR cenderung meningkat dan pasien biasanya dyspneu. Focal
Fremitus menurun terutama untuk efusi pleura yang jumlah cairannya > 250 cc.
Suara perkusi redup sampai peka. Auskultasi suara nafas menurun sampai
menghilang.
g.Hasil Pemeriksaan Medis
- pemeriksaan radiologi
- biopsi pleura
1.2.2 Anamnesa Data
Setelah semua data dikumpulkan, kemudian
dikelompokkan dan dianalisa sehingga dapat ditemukan adanya masalah yang muncul
pada penderita efusi pleura. Selanjutnya masalah tersebut dirumuskan dalam
diagnosa keperawatan.
1.2.3 Rencana Asuhan Keperawatan
1.
Diagnosa
Keparawatan 1
Ketidak efektifan pola pernafasan
berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan
dalam rongga pleura.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2 x
24 jam pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normal dengan kriteria
hasil :
1.Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam
batas normal
2.Bunyi nafas terdengar normal
Intervensi dan Rasional
a. Identifikasi faktor penyebab
R : Dengan
mengidentifikasi penyebab, kita dapat menentukan jenis efusi pleura sehingga
dapat mengambil tindakan yang tepat.
b. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman
pernafasan, laporkan setiap perubahan yang terjadi.
R : Dengan
mengkaji kualitas, frekuensidan kedalamana pernafasan kita dapat mengetahui
sejauh mana perubahan kondisi pasien.
c. Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman,
dalam posisi yang duduk, dengan kepala tempat tidur ditinggikan 60 - 90 o
R : Penurunan
diafragma memperluas daerah dada sehingga daerah ekspansi paru bisa maximal.
d. Observasi tanda - tanda vital
R :
Peningkatan RR dan takhicardi merupakan indikasi adanya penuruna fungsi paru.
e. Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan
nafas dalam yang efektif.
R : Menekan
daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam, menekan otot - otot dada serta
abdomen membuat batuk lebih efektif.
f. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk
memberi O2 dan obat - obatan serta foto thorak.
R : Pemberian
O2 dapat menurunkan beban pernafasan dan mencegah sianosis. Foto
thorak dapat memonitor kemajuan dari berkurangnya cairan dan kembalinya daya
kembang paru.
2. Diagnosa Keperawatan 2
Nyeri akut berhubumgan dengan trauma jaringan, inflamasi
parenkim paru.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam pasien mampu mengatasi rasa nyeri dengan kriteria hasil :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam pasien mampu mengatasi rasa nyeri dengan kriteria hasil :
1.
pasien
tidak nyeri
2.
skala
nyeri 0 - 3
3.
pasien
tampak rileks
Intervensi dan Rasional
1.
Kaji
karakteristik dan skala nyeri
R : Nyeri
dada biasanya ada dalam beberapa derajat pada efusi pleura juga dapat timbul
komplikasi pneumonia dll.
2.
Observasi
tanda - tanda vital
R : Perubahan
frekuensi nadi atau tekanan darah menunjukkan pasien mengalami nyeri.
3.
Berikan
lingkungan yang nyaman dan tenang
R :
Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan terhadap nyeri.
4.
Ajarkan
pasien untuk relaksasi / latihan nafas
R : Latihan
nafas menghilangkan ketidaknyamanan akibat nyeri.
5.
Bantu
pasien untuk memilih posisi yang nyaman untuk istirahat atau tidur
R : Pasien
mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau dengan banyak bantal disekitarnya.
6.
Kolaborasi
dengan tim medis lain dalam pemberian analgesik dan antitusif
R : Digunakan
untuk menekan batuk produktif atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan
kenyamanan.
3. Diagnosa Keperawatan 3
Konstipasi berhubungan
dengan penurunan peristaltik sekunder akibat mobilisasi.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam pasien
mampu mengeluarkan feses secara teratur dengan kriteria hasil :
1.
perut
tidak terasa keras
2.
BAB
lancar 1 - 2x/ hari lancar
Intervensi dan Rasional
1.
Auskultasi
bising usus, catat lokasi dan karakteristiknya
R : Hilangnya
bising menandakan adanya paralitik ileus.
2.
Observasi
adanya distensi abdomen jika bising usus tidak ada atau berkurang
R : Hilangnya
peristaltik melumpuhkan usus, membuat distensi usus dan illeus.
3.
Catat
adanya keluhan mual, ingin muntah, periksa muntahan atau sekresi gaster ( lewat
NGT ) dan feses untuk bekuan darah
R :
Perdarahan gastrointestinal dapat terjadi sebagai respon dari trauma atau efek
samping obat.
4.
Catat
frekuensi, karakteristik, jumlah feses
R :
Mengidentifikasi derajat gangguan / disfungsi dan kemungkinan bantuan yang
diperlukan.
5.
Kolaborasi
dengan ahli gizi
R : Membantu
merencanakan makanan sesuai kebutuhan individu.
6.
Kolaborasi
dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan obat pelunak fese, laksatif,
supositoria, enema.
R :
Menstimuliperistaltik dan pengeluaran feses secara rutin.
4. Diagnosa Keperawatan 4
Kerusakan pertukaran gas b/d penurunan permukaan
afektif paru dan kerusakan membran alveolar.
Tujuan :
Pertukaran gas berlangsung normal.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam
pertukaran gas berlangsung normal dengan kriteria hasil :
1. Melaporkan
tak adanya/penurunan dispnea.
2. Klien
menunjukkan tidak adanya gejala distres pernafasan.
3. Menunjukkan
perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan BGA dalam Rentang
normal.
Intervensi dan Rasional
1. Kaji
dispnea takipnea menurunnya bunyi nafas, peningkatan upaya pernapasan
terbatasnya ekspansi dinding dada.
R : TB paru menyebabkan efek luas dari bagian
kecil bronkopnemonia sampai inflamasidifus luas. Efek pernafasan dapat
mengganggu oksigenasi organ vital dan jaringan.
2. Evaluasi
perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis perubahan warna kulit,
termasuk membran mukosa.
R : Akumulasi sekret, pengaruh jalan nafas
dapat mengganggu oksigenasi organ vital dan jaringan.
3. Dorong
bernafas bibir selama ekstalasi.
R : Membuat tatanan sehingga melawan udara
luar, untuk mencegah kolaps membantu menyebabkan udara melalui paru dan
menghilangkan atau menurunkan napas pendek.
4. Tingkatkan
tirah baring/ batasi aktifitas dan bantu aktifitas perawatan diri sesuai
keperluan.
R : Menurunkan asumsi oksigen selama periode
menurunkan pernapasan dapat menurunkan beratnya gejala.
5. Awasi
segi BGA.
R : Menurunkan kandungan oksigen (PaO2)
dan saturasi atau peningkatan PaO2 menunjukkan kebutuhan untuk
intervensi/perubahan program terapi.
6. Berikan
oksigen tambahan yang sesuai.
R : Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang
dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi atau menurunnya permukaan
alveolar paru.
1.2.3 Evaluasi
1. Mampu mempertahankan fungsi paru
secara normal
2. Menciptakan kembali kepuasan pola
eliminasi usus
3. Mengungkapkan perilaku untuk progaram usus individual
4. Menyatakan nyeri hilang atau terkontrol
5. Menunjukkan rileks, istirahat / tidur dan
peningkatan aktivitas dengan tepat
DAFTAR PUSTAKA
A. Prince, Sylvia dan Lorraine M. Wilson, 1995. Patofisiologi. Jakarta :
EGC
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Doengoes, Marilyn E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
.1994.
Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab / UPF Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University
Press.
http : // www. google. co. id/
0 komentar:
Post a Comment