Tuesday, 16 April 2019

LP TEORI CRF (Chronic Renal Fungtion)

BAB 1
TINJAUAN TEORI


1.1    Tinjauan Medis
1.1.1        Pengertian CRF (Chronic Renal Fungtion)
Gagal ginjal kronik merupakan penurunan faal ginjal yang menahun yang umumnya tidak riversibel dan cukup lanjut. (Suparman, 1990: 349).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat, biasanya berlangsung dalam beberapa tahun (Lorraine M Wilson, 1995: 812).
Gagal ginjal kronik merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) yang berlangsung perlahan-lahan, karena penyebab yang berlangsung lama dan menetap , yang mengakibatkan penumpukan sisa metabolit (Toksik uremik) sehingga ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala sakit.

1.1.2         Etiologi
1.      Gout menyebabkan nefropati gout.
2.      Diabetes Mellitus yang menyebabkan nefropati DM.
3.      SLE yang menyebabkan nefropati SLE.
4.      Riwayat batu yang menyebabkan penyakit ginjal glomerular.
5.      Riwayat edema yang mengarah ke penyakit ginjal glomerular.
6.      Riwayat penyakit ginjal dalam keluarga (yang diduga mengarah ke penyakit ginjal genetik).

1.1.3        Fisiologi Ginjal Normal
Langkah pertama yang berlangsung dalam ginjal yaitu proses pembentukan urine yang dikenal sebagai ultrafiltrasi darah atau plasma dalam kapiler glomerulus berupa air dan kristaloid. Selanjutnya dalam tubuli ginjal pembentukan urine disempurnakan dengan proses reabsorpsi zat-zat yang esensial dari cairan filtrasi untuk dikembalikan ke dalam darah dan proses sekresi zat-zat untuk dikeluarkan ke dalam urine.

Fisiologi Ginjal dalam proses Filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi selama 24 jam.
Senyawa
Normal
Reabsorpsi
Ekskresi
Sekresi
Satuan
Na +
26.000
25.850
150
-
m Eq
K+
600
566
90
50
m Eq
Cl-
18.000
17.850
150
-
m Eq
HCO3
4.900
4.900
0
-
m Eq
Urea
870
460
410
-
m Mol
Kreatinin
12
1
12
1
m Mol
Asam urat
50
49
5
4
m Mol
Glukosa
800
800
0
-
m Mol
Solut total
54.000
53.400
700
100
m Osl
Air
180.000
179.000
1.000
-
ml


1.1.4 Patofisiologi

                                               
1.1.5 Klasifikasi
Sesuai dengan test kreatinin klirens, maka GGK dapat di klasifikasikan menjadi 4, dengan pembagian sebagai berikut:
1.    100-76 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal berkurang.
2.    75-26 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal kronik.
3.    25-5 ml/mnt, disebut gagal ginjal kronik.
4.    < 5 ml/mnt, disebut gagal ginjal terminal.
1.1.6 Komplikasi
1.    Hipertensi.
2.    Infeksi traktus urinarius.
3.    Obstruksi traktus urinarius.
4.    Gangguan elektrolit.
5.    Gangguan perfusi ke ginjal.
1.1.7 Gejala dan tanda

1.    Hematologik
Anemia normokrom, gangguan fungsi trombosit, trombositopenia, gangguan lekosit.
2.    Gastrointestinal
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva.
3.    Syaraf dan otot
Miopati, ensefalopati metabolik, burning feet syndrome, restless leg syndrome.
4.    Kulit
Berwarna pucat, gatal-gatal dengan eksoriasi, echymosis, urea frost, bekas garukan karena gatal.
5.    Kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema.
6.    Endokrin
Gangguan toleransi glukosa, gangguan metabolisme lemak, gangguan seksual, libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki, gangguan metabolisme vitamin D.

1.1.8 Pemeriksaan penunjang
-          Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari komplikasi yang terjadi.
-          Foto polos abomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/ obstruksi)
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
-          IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
-          USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostat.
-          Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan (vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
-          Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi perikardial.
-          Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk falanks jari), kalsifikasi metastasik
-          Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini dianggap sebagai bendungan.
-          Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.
-          EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
-          Biopsi ginjal : Mungkn dilakukan secara endoskopik unyuk menentukan sel jaringan untuk diagnosis histologis.
-          Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang, kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal Kronik.
-          Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan hipoalbuminemia.
-          Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
-          Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada diet rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun.
-          Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
-          Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya diuresis.
-          Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis 1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
-          Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang.
-          Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
-          Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan ferifer)
-          Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan, peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik dan menurunnya lipoprotein lipase.
-          Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal ginjal.

1.1.9 Penatalaksanaan.
1)      Tentukan dan tatalaksana terhadap penyebab.
2)      Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
3)      Diet tinggi kalori rendah protein.
4)      Kendalikan hipertensi.
5)      Jaga keseimbangan eletrolit.
6)      Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang akibat GGK.
7)      Modifikasi terapi obat sesuai dengan keadaan ginjal.
8)      Deteksi dini terhadap komplikasi dan berikan terapi.
9)      Persiapkan program hemodialisis.
10)  Transplantasi ginjal

1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan

1.2.1 Pengkajian

1.    Biodata
Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 th), usia muda, dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada pria.

2.    Keluhan utama
Kencing sedikit, tidak dapat kencing, gelisah, tidak selera makan (anoreksi), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, nafas berbau (ureum), gatal pada kulit.

3.    Riwayat penyakit
a.    Sekarang:    Diare, muntah, perdarahan, luka bakar, rekasi anafilaksis, renjatan kardiogenik.
b.    Dahulu:       Riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, hipertensi, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign Prostatic Hyperplasia, prostatektomi.
c.    Keluarga:    Adanya penyakit keturunan Diabetes Mellitus (DM).

4.    Tanda vital:     Peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi, nafas cepat dan dalam (Kussmaul), dyspnea.

5.    Body Systems :
a.    Pernafasan (B 1 : Breathing)
Gejala : nafas pendek, dispnoe nokturnal, paroksismal, batuk dengan/tanpa sputum, kental dan banyak,
Tanda ; takhipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, Batuk produktif dengan / tanpa sputum.
b.    Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat. Palpitasi nyeri dada atau angina dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema.
Tanda : Hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan umum, piting pada kaki, telapak tangan, Disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi ortostatik, friction rub perikardial, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning.kecendrungan perdarahan.
c.    Persyarafan (B 3 : Brain)
Kesadaran : Disorioentasi, gelisah, apatis, letargi, somnolent sampai koma.
d.   Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan pekat, tidak dapat kencing.
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut) abdomen kembung, diare atau konstipasi.
Tanda: Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau anuria.
e.    Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva dan Diare
f.     Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, (memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi.
Tanda : Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimoosis pada kulit, fraktur tulang, defosit fosfat kalsium,pada kulit, jaringan lunak, sendi keterbatasan gerak sendi.


6.             Pola aktivitas sehari-hari
a.    Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada pasien gagal ginjal kronik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gagal ginjal kronik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.
b.    Pola nutrisi dan metabolisme : Anoreksi, mual, muntah dan rasa pahit pada rongga mulut, intake minum yang kurang. dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan klien.
Gejala ; Peningkatan berat badan cepat (oedema) penurunan berat badan (malnutrisi) anoreksia, nyeri ulu hati, mual muntah, bau mulut (amonia)
Penggunaan diuretik.
c.    Pola Aktivitas dan latihan : Klien mudah mengalami kelelahan dan lemas menyebabkan klien tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal.
Gejala : kelelahan ektremitas, kelemahan, malaise,.
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
d.   Pola hubungan dan peran.
Gejala : kesulitan menentukan kondisi. (tidak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran).
e.Pola sensori dan kognitif.
Klien dengan gagal ginjal kronik cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma. Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik/tidak, klien mengalami disorientasi/ tidak.
f. Pola persepsi dan konsep diri.
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).
g.    Pola seksual dan reproduksi.
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seksual, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas.
h.    Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping.
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, faktor stress, perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan klien tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
Gejala : faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan,
Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
i.  Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta gagal ginjal kronik dapat menghambat klien dalam melaksanakan ibadah maupun mempengaruhi pola ibadah klien.
1.2.2 Anamnesa
Penyakit yang pernah diderita dan riwayat keluarga yang positif,misalnya DM,batu ginjal,HT,keluhan miksi dan keluhan lain yang tidak spesifik.
Penggunaan obat-obatan jangka lama (analgesik)

1.2.3 Pemeriksaan fisik.
1)     Kepala: Edema muka terutama daerah orbita, mulut bau khas ureum.
2)   Dada: Pernafasan cepat dan dalam, nyeri dada.
3)   Perut: Adanya edema anasarka (ascites).
4)   Ekstrimitas: Edema pada tungkai, spatisitas otot.
5)   Kulit: Sianosis, akral dingin, turgor kulit menurun

 1.2.4 Rencana Asuhan Keperawatan

1.  Risiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolik, sirkulasi (anemia, iskemia jaringan) dan sensasi (neuropati ferifer), penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas, akumulasi areum pada kulit.
Batasan Karakteristik;
   Mayor (harus terdapat)
Terputusnya jaringan epidermal dan dermal
   Minor (mungkin terdapat)
Kulit gundul                         Lesi (primer,sekunder
Eritema                                             Pruritus (gatal-gatal)
Tujuan          : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
Kriteria Hasil: Kulit tidak lecet, klien mampu mendemonstrasikan cara untuk mencegah terjadinya kerusakan integritas kulit.
Implementasi dan Rasional:
1)      Inspeksi kulit terhadap Perubahan Warna, turgor, perhatikan kemerahan,ekskoriasi.
R/ Menandakan area sirkulasi buruk, yang dapat menimbulkan dekubitus.
2)      Kaji keadaan kulit terhadap kemerahan dan adanya excoriasi.
R/ Sirkulasi darah yang kurang menyebabkan kulit mudah rusak dan memudahkan timbulnya dicubitus/ infeksi.
3)      Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit, membran mukosa.
R/ Deteksi adanya dehidrasi yang mempengaruhi integritas jaringan pada tingkat seluler.
4)      Ganti posisi tiap 2 jam sekali, beri bantalan pada tonjolan tulang , pelindung siku dan tumit.

R/ Mengurangi/ menurunkan tekanan pada daerah yang edema, daerah yang perfusinya kurang baik untuk mengurangi/menurunkan iskemia jaringan.
5)      Jaga keadaan kulit agar tetap kering dan bersih.
R/ Kulit yang basah terus menerus memicu terjadi iritasi yang mengarah terjadinya dikubitus.
6)      Anjurkan pada klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan kering yang menyerap keringat dan bebas keriput.
R/ Mencegah iritasi kulit dan meningkatkan evaporasi.
7)      Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin.
R/ Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan resiko cedera.
8)      Kolaborasi dalam pemberian foam dan tempat tidur angin.
R/ Mencegah penekanan yang terlalu lama pada jaringan.

2.   Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Batasan Karakteristik:
  Mayor (harus terdapat)
         Mengungkapkan kurang pengetahuan/ketrampilan/permintaan informasi
Mengeksprsikan suatu ketidakakuratan persepsi status kesehatan
  Minor (mungkin teerdapat)
Kurang integrasi tentang rencana pengobatan kedalam aktivitas sehari-hari
Tujuan             : Klien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil : Klien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
Klien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.

Implementasi dan Rasional:
1)      Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit gagal ginjal kronik dan Hipertensi.
R./ Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.
2)      Kaji latar belakang pendidikan pasien.
R./ Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.
3)      Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
R./ Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
4)      Jelaskan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya.
R./ Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.
5)      Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan (jika ada / memungkinkan).
R./ Gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan.


3.  Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan metabolisme protein.
Batasan Karakteristik:
Mayor (harus terdapat)
   Individu yang tidak puasa melaporkan atau mengalami:masukan makanan yang tidak adekuat kurang dari yang dianjurkan dengan atau penurunan berat badan atau kebutuhan-kebutuhan metabolik aktual atau potensial dalam masukan yang berlebihan.
Minor (mungkin terdapat)
  Berat badan 10% - 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi dan kerangka tubuh.
Tujuan          : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria Hasil: Berat badan dan tinggi badan ideal.
Pasien mematuhi dietnya.
Mual berkurang dan muntah tidak ada.
Tekanan darah 140/90 mmHg.
Implementasi dan Rasional:
1)            Kaji/catat pemasukan diet status nutrisi dan kebiasaan makan.
R./ Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
2)            Identifikasi perubahan pola makan.
R./ Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.
3)            Berikan makanan sedikit dan sering.
R./ Meminimalkan anoreksia dan mual.
4)            Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
R./ Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipertensi yang lebih berat.
5)            Tawarkan perawatan mulut, berikan permen karet atau penyegar mulut diantara waktu makan.
R./ Menghindari membran mukosa mulut kering dan pecah.
6)            Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
R./ Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet).
7)            Kolaborasi: konsul dengan dokter untuk pemberikan obat sesuai dengan indikasi; Nabic, Anti emetik dan anti hipertensi.
R./ Nabic dapat mengatasi/memperbaiki asidosis. anti emitik akan mencegah mual/muntah dan obat anti hipertensi akan mempercepat penurunan tekanan darah.
8)            Kolaborasi: konsul dengan ahli gizi untuk pemberian diet tinggi kalori, rendah protein, rendah garam (TKRPRG).
R./ Pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan tekanan darah dan mencegah komplikasi.

1.2.5 Evaluasi

1)      Kesimbangan cairan/elektrolit stabil
2)      Komplikasi tercegah/minimal
3)      Proses penyakit/prognosis dan program pengobatan dipahami





DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 2; EGC. Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 6; EGC. Jakarta.

Doengoes, Marylin E. (1989) Nursing Care Plans. F.A Davis Company. Philadelphia. USA.

Haznam M. W. (1992). Kompendium Diagnostik & Terapi Ilmu Penyakit Dalam Edisi II. Bandung.

Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Price, Sylvia Anderson. (1985). Pathofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. EGC. Jakarta.

Suparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. FKUI. Jakarta.

0 komentar:

Post a Comment