BAB 1
TINJAUAN TEORI
GAGAL GINJAL AKUT (GGA)
1.1 Tinjauan Medik
1.1.1 Pengertian
Gagal ginjal akut adalah penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu dengan ginjal sehat sebelumnya dengan atau tanpa oliguria dan berakbat azitemia progresif disertai kenaikan ureum dan kreatinine darah (Soeparman, 1999)
Gagal ginjal kronik merupakan penurunan faal ginjal yang menahun yang umumnya tidak riversibel dan cukup lanjut. (Suparman, 1990: 349).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat, biasanya berlangsung dalam beberapa tahun (Lorraine M Wilson, 1995: 812).
Gagal ginjal kronik merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) yang berlangsung perlahan-lahan, karena penyebab yang berlangsung lama dan menetap , yang mengakibatkan penumpukan sisa metabolit (Toksik uremik) sehingga ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala sakit.
1.1.2 Etiologi
1) Penurunan volume vaskuler
(1) kehilangan darah/ plasma : perdarahan, luka bakar
(2) kehilangan cairan ekstraceluler : muntah, diare
2) Kenaikan kapasitas vaskuler
(1) sepsis
(2) blokade ganglion
(3) reaksi anafilaksis
3) Penurunan curah jantung (kegagalan pompa jantung)
(1) renjatan kardiogenik
(2) payah jantung kongestif
(3) temponade jantung
(4) disritmia
(5) emboli paru
(6) infark jantung
1.1.3 Fisiologi
Fisiologi ginjal normal
Langkah pertama yang berlangsung dalam ginjal yaitu proses pembentukan urine yang dikenal sebagai ultrafiltrasi darah atau plasma dalam kapiler glomerulus berupa air dan kristaloid. Selanjutnya dalam tubuli ginjal pembentukan urine disempurnakan dengan proses reabsorpsi zat-zat yang esensial dari cairan filtrasi untuk dikembalikan ke dalam darah dan proses sekresi zat-zat untuk dikeluarkan ke dalam urine.
Fungsi ginjal terdiri dari :
1) memegang peranan penting dalam pegeluaran zat-zat toksik atau racun
2) mempertahankan suasana keseimbangan cairan
3) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
4) mempertahankan keseimbanagn garam-garam dan zat lain dalam tubuh
5) mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum, kretinine dan amoniak.
Proses pembentukan urine. Glomerulus berfungsi sebagai ultafiltrasi pada simpai bowmen berfungsi untuk menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali dari zat-zat yang sudah disaring pada glomelurus, sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal terus berlanjut ke ureter
Ada 3 tahap pembentukan urine :
1) Proses filtrasi terjadi di glomerulus, proses ini erjadi karena permukaan aferent lebih besar dari permukaan eferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring ditampung dan oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll diteruskan ke tubulus ginjal
2) Proses reabsorbsi. Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion bikarbonat, prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorbsi terjadi pada tubulus atas, sedangkan pada tubulus ginjal nagian bawah terjadi kembali penyerapan dari sodium dan ion bikarbonat, bila diperlukan akan diserap kembali ke dalam tubulus bagian bawah penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorbsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papila renalis
3) Proses sekresi, sisanya penyerapan kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke luar.
1.1.1 Pathofisiologi
1.1.1 Klasifikasi
Sesuai dengan test kreatinin klirens, maka GGK dapat di klasifikasikan menjadi 4, dengan pembagian sebagai berikut:
1. 100-76 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal berkurang.
2. 75-26 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal kronik.
3. 25-5 ml/mnt, disebut gagal ginjal kronik.
4. < 5 ml/mnt, disebut gagal ginjal terminal.
Gagal ginjal akut dapat dibagi menjadi tiga klasifikasi utama tergantung pada letaknya :
1) Prarenal : berhubungan dengan perfusi ginjal (contoh : kekurangan volume, perpindahan volume, sequestrasi cairan “area ketiga”, ekspansi volume) dan dimanifestasikan oleh penurunan laju filtrasi glomelurus (LFG)
2) Renal (atau intrarenal) : parenkim berubah disebabkan oleh iskemia atau substansi nefrotik. Nekrosis tubular akut (NTA) berjumlah 90% dari kasus oliguria akut. Kerusakan sel epitel tubular diakibatkan
(1) Iskemi/ hipoferfusi (mirip dengan hipoferfusi prarenal kecuali bahwa koreksi faktor penyebab dapat diikuti oleh oliguria lanjut selama 30 hari)
(2) Kerusakan langsung pada nefrotoksik
3) Post renal : terjadi sebagai akibat dari obstruksi pada penunjang saluran perkemihan dari tubulus sampai meatus uretral
1.1.2 Manifestasi klinis
1. Hematologik
Anemia normokrom, gangguan fungsi trombosit, trombositopenia, gangguan lekosit.
2. Gastrointestinal
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva.
3. Syaraf dan otot
Miopati, ensefalopati metabolik, burning feet syndrome, restless leg syndrome.
4. Kulit
Berwarna pucat, gatal-gatal dengan eksoriasi, echymosis, urea frost, bekas garukan karena gatal.
5. Kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema.
6. Endokrin
Gangguan toleransi glukosa, gangguan metabolisme lemak, gangguan seksual, libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki, gangguan metabolisme vitamin D.
1.1.3 Pemeriksaan penunjang
1) Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari komplikasi yang terjadi.
2) Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/ obstruksi)
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
3) IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
4) USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostat.
5) Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan (vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
6) Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi perikardial.
7) Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk falanks jari), kalsifikasi metastasik
8) Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini dianggap sebagai bendungan.
9) Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.
10)EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
11)Biopsi ginjal : Mungkn dilakukan secara endoskopik unyuk menentukan sel jaringan untuk diagnosis histologis.
Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang, kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :
- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan hipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada diet rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun.
- Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
- Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya diuresis.
- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis 1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
- Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
- Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan ferifer)
- Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan, peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik dan menurunnya lipoprotein lipase.
- Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal ginjal.
1.1.4 Penatalaksanaan
1) Tentukan dan tatalaksana terhadap penyebab.
2) Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
3) Diet tinggi kalori rendah protein.
4) Kendalikan hipertensi.
5) Jaga keseimbangan eletrolit.
6) Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang akibat GGK.
7) Modifikasi terapi obat sesuai dengan keadaan ginjal.
8) Deteksi dini terhadap komplikasi dan berikan terapi.
9) Persiapkan program hemodialisis.
10) Transplantasi ginjal
1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
1.2.1.1 Anamnesa
Penyakit yang pernah diderita dan riwayaat keluarga yang positif,misalnya DM,batu ginjal,HT,keluhan miksi dan keluhan lain yang tidak spesifik.
Penggunaan obat-obatan jangka lama (analgesik)
1.2.1.2 Pemeriksaan fisik
Kepala: Edema muka terutama daerah orbita, mulut bau khas ureum.
Dada: Pernafasan cepat dan dalam, nyeri dada.
Perut: Adanya edema anasarka (ascites).
Ekstrimitas: Edema pada tungkai, spatisitas otot.
Kulit: Sianosis, akaral dingin, turgor kulit menurun.
1.2.2 Rencana Asuhan Keperawatan
1. Resiko tinggi terjadinya penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan cairan dan elektrolit, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung, akumulasi/penumpukan urea toksin, kalsifikasi jaringan lunak.
Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung,
Kriteria: tekanan darah sistole antara 100 – 140 dan diastole antara 70 – 90 mmHg , frekuensi nadi antara 60 - 100, nadi perifer yang kuat, capilary refill time yang baik.
Rencana:
1) Auskultasi suara jantung dan paru. Evaluasi adanya edema, perifer, kongesti vaskuler dan keluhan dispnoe.
Rasional : Adanya edema paru, kongesti vaskuler, dan keluhan dispnea manunjukan adanya renal failure.
2) Monitor tekanan darah, nadi, catat bila ada perubahan tekanan darah akibat perubahan posisi.
Rasional : Hipertensi yang signifikan merupakan akibat dari gangguan renin angiotensin dan aldosteron. Tetapi ortostatik hipotensi juga dapat terjadi akibat dari defisit intravaskular fluid.
3) Kaji adanya keluhan nyeri dada, lokasi dan skala keparahan.
Rasional : Hipertensi dan Chronic renal failure dapat menyebabkan terjadinya myocardial infarct.
4) Kaji tingkat kemampuan klien beraktivitas.
Rasional : Kelemahan dapat terjadi akibat dari tidak lancarnya sirkulasi darah.
5) Kolaborasi dalam:
Pemeriksaan laboratorium (Na, K), BUN, Serum kreatinin, Kreatinin klirens.
Pemeriksaan thoraks foto.
Pemberian obat-obatan anti hipertensi., siapkan Dialisis
2. Resiko tinggi terjadi cedera (profil darah abnormal) berhubungan dengan penekanan, produksi/sekresi eritpoietin, penurunan produksi Sel Darah Merah gangguan faktor pembekuan, peningkatan kerapuhan vaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi cedera
Kriteria : Tidak mengalami tanda-tanda perdarahan,lab. Dalam batas normal.
Rencana:
1) Perhatikan keluhan peningkatan kelelahan, kelemahan, takikardia, mukosa / kulit pucat, dispnoe, nyeri dada.
Rasional : Dapat menunjukan anemia, dan respon jantung untuk mempertahankan oksigensi sel.
2) Awasi tingkat kesadaran dan prilaku.
Rasional : Anemia dapat menyebabkan hipoksia, serebral, perubahan prilaku mental dan orientasi.
3) Evaluasi respon terhadap aktivitas.
Rasional : Anemia menurunkan oksigenasi jaringan, meningkatkan kelelahan, memerlukan perubahan aktivitas (istirahat).
4) Observasi perdarahan terus menerus dari tempat penusukan, atau pada area mukosa.
Rasional : Mengalami kerapuhan kapiler.
5) Awasi haematemesis atau sekresi GI / darah feses.
Rasional : Stress dan abnormalitas hemostatik dapat mengakibatkan perdarahan GI track.
6) Berikan sikat gigi halus, pencukur elektrik, gunakan jarum kecil pada saat penyuntikan, lakukan penekanan lebih lama setelah penyuntikan.
Rasional : Menurunkan resiko perdarahan / pembentukan hematoma.
7) Kolaborasi :
(1) Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap, Thrombosit, Faktor Pembekuan dan Protrombin.
Rasional : Uremia, menurunkan produksi eritropoetin, menekan produksi Sel Darah Merah. Pada gagal ginjal kronik, Hb, hematokrit biasanya rendah.
(2) Pemberian transfusi.
Rasional : Mengatasi anemia simtomatik.
(3) Pemberian obat – obatan :
Sediaan besi, asam folat, sianokobalamin.
Rasional : Memperbaiki gejala anemi.
Cimetidin (Actal).
Rasional : Profilaksis menetralkan asam lambung.
Hemostatik (Amicar).
Rasional : Menghambat perdarahan.
Pelunak feses.
Rasional : Mengurangi perdarahan mukosa.
3. Perubahan proses pikir berhubungan dengan akumulasi toksin, asidosis metabolik, hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit kalsifikasi metastase pada otak.
Tujuan : Meningkatkan tingkat mental.
Kriteria : Klien mengenal tempat, orang, waktu, tidak menarik diri, tidak ada gangguan kognitif.
Rencana :
1) Kaji luasnya gangguan kemampuan berpikir, memori, orientasi, perhatikan lapang perhatian.
Rasional : Efek sindrom uremik dapat terjadi dengan Kekacauan minor dan berkembang ke perubahan kepribadian.
2) Pastikan orang terdekat, tingkat mental pasien biasanya.
Rasional : Memberikan perbandingan.
3) Berikan lingkungan tenang, ijinkan menggunakan TV. Radio dan kunjungan.
Rasional : Meminimalkan rangsangan lingkungan.
4) Orientasikan kembali terhadap lingkungan orang dan waktu.
Rasional : Memberikan petunjuk untuk membantu pengenalan kenyataan.
5) Hadirkan kenyataan secara singkat dan ringkas.
Rasional : Meningkatkan penolakan terhadap kenyataan.
6) Komunikasikan informasi dalam kalimat pendek.
Rasional : Komunikasi akan dipahami/diingat.
7) Tingkatkan istirahat adekuat dan tidak mengganggu periode tidur.
Rasional : Gangguan tidur dapat mengganggu kemampuan kognitif.
8) Kolaborasi :
(1) Pemberian tambahan oksigen.
Rasional : Perbaikan hipoksia dapat memperbaiki kognitif.
(2) Hindari penggunaan barbiturat/opiat.
Rasional : Memperburuk kekacauan.
4. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolik, sirkulasi (anemia, iskemia jaringan) dan sensasi (neuropati ferifer), penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas, akumulasi areum pada kulit.
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
Kriteria : kulit tidak lecet, klien mampu mendemonstrasikan cara untuk mencegah terjadinya kerusakan integritas kulit.
Rencana :
1) Inspeksi kulit terhadap Perubahan Warna, turgor, perhatikan kemerahan,ekskoriasi.
Rasional : Menandakan area sirkulasi buruk, yang dapat menimbulkan dekubitus.
2) Kaji keadaan kulit terhadap kemerahan dan adanya excoriasi.
Rasional : Sirkulasi darah yang kurang menyebabkan kulit mudah rusak dan memudahkan timbulnya dicubitus/ infeksi.
3) Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit, membran mukosa.
Rasional : Deteksi adanya dehidrasi yang mempengaruhi integritas jaringan pada tingkat seluler.
4) Ganti posisi tiap 2 jam sekali, beri bantalan pada tonjolan tulang , pelindung siku dan tumit.
Rasional : Mengurangi/ menurunkan tekanan pada daerah yang edema, daerah yang perfusinya kurang baik untuk mengurangi/menurunkan iskemia jaringan.
5) Jaga keadaan kulit agar tetap kering dan bersih.
Rasional : Kulit yang basah terus menerus memicu terjadi iritasi yang mengarah terjadinya dikubitus.
6) Anjurkan pada klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan kering yang menyerap keringat dan bebas keriput.
Rasional : Mencegah iritasi kulit dan meningkatkan evaporasi.
7) Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin.
Rasional : Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan resiko cedera.
8) Kolaborasi dalam pemberian foam dan tempat tidur angin.
Rasional : Mencegah penekanan yang terlalu lama pada jaringan.
5. Resiko tinggi perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan penurunan saliva, pemabatasan cairan, perubahan urea dalam saliva menjadi amonia.
Tujuan : Mempertahankan membran mukosa.
Kriteria : Mukosa lembab, inflamasi, ulserasi tidak ada, bau amonia berkurang/hilang.
Rencana :
1) Inspeksi rongga mulut, perhatikan kelembaban, karakter saliva adanya inflamasi dan ulserasi.
Rasional : Deteksi untuk mencegah infeksi.
2) Berikan cairan sepanjang 24 jam dalam abatas yang ditentukan.
Rasional : Mencegah kekeringan mulut.
3) Berikan perawatan mulut sering cuci dengan larutan Asam asetik 25%, berikan permen karet, permen keras antara makan.
Rasional : Perawatan mulut menyejukan, melumasi, dan membantu menyegarkan mulut yang tidak menyenangkan karena uremia.
4) Anjurkan hygiene yang baik setelah makan dan saat akan tidur.
Rasional : Menurunkan pertumbuhan bakteri.
5) Anjurkan klien untuk menghentikan merokok, dan menghindari produk pencuci mulut yang mengandung alkohol.
Rasional : Alkohol, mengiritasi mukosa dan efeknya mengeringkan.
6) Kolaborasi :
(1) Pemberian obat-obatan sesuai dengan indikasi Antihistamin, Kiproheptadin.
Rasional : Menghilangkan gatal.
6. Anemia berhubungan dengan menurunnya produksi eritropeitin.
Tujuan : Terjadi peningkatan kadar Hb.
Kriteria : Kadar Hb dalam batas normal, perfusi jaringan baik, akral hangat, merah dan kering.
Rencana :
1) Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering.
Rasional : kekeringan meningkatkan sensitivitas kulit dengan merangsang ujung saraf.
2) Cegah penghangatan yang berlebihan dengan mempertahankan suhu ruangan yang sejuk dengan kelembaban yang rendah, hindari pakaian yang terlalu tebal.
Rasional : penghangatan yang berlebihan meningkatkan sensitivitas melalui vaso dilatasi.
3) Anjurkan tidak menggaruk.
Rasional : Garukan merangsang pelepasan histamin.
4) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Deteksi dini terhadap perkembangan klien dan penentuan terhadap tindakan selanjutnya.
5) Kolaborasi dalam:
Pemberian transfusi
Pemeriksaan laboratorium Hb.
7. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada kepala.
Tujuan : Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.
Kriteria : Klien mudah tidur dalam waktu 30 – 40 menit.
Klien tenang dan wajah segar.
Klien mengungkapkan dapat beristirahat dengan cukup.
Rencana :
1) Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur pasien.
Rasional : Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan tidur pasien akibat gangguan pola tidur sehingga dapat diambil tindakan yang tepat
2) Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah
Rasional : Mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan kebiasaan pasien ketika tidur akan mempengaruhi pola tidur pasien.
3) Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti cemas, efek obat-obatan dan suasana ramai.
Rasional : Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain dialami dan dirasakan pasien.
4) Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan teknik relaksasi.
Rasional : Pengantar tidur akan memudahkan pasien dalam jatuh dalam tidur, teknik relaksasi akan mengurangi ketegangan dan rasa nyeri.
5) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
Rasional : Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan tidur/istirahat.
8. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria : Klien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
Emosi stabil., pasien tenang.
Istirahat cukup.
Rencana :
1) Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
Rasional : Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.
2) Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
Rasional : Dapat meringankan beban pikiran pasien.
3) Gunakan komunikasi terapeutik.
Rasional : Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
4) Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.
Rasional : Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.
5) Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
Rasional : Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.
6) Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.
Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.
7) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
Rasional : Lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.
9. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Klien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria : Klien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
Klien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.
Rencana :
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit gagal ginjal kronik dan Hipertensi.
Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.
2) Kaji latar belakang pendidikan pasien.
Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.
3) Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
4) Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya.
Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.
5) Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan (jika ada / memungkinkan).
Rasional : Gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan.
10. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria : Berat badan dan tinggi badan ideal.
Pasien mematuhi dietnya.
Mual berkurang dan muntah tidak ada.
Tekanan darah 140/90 mmHg.
Rencana :
1) Kaji/catat pemasukan diet status nutrisi dan kebiasaan makan.
Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
2) Identifikasi perubahan pola makan.
Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.
3) Berikan makanan sedikit dan sering.
Rasional : Meminimalkan anoreksia dan mual.
4) Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipertensi yang lebih berat.
5) Tawarkan perawatan mulut, berikan permen karet atau penyegar mulut diantara waktu makan.
Rasional : Menghindari membran mukosa mulut kering dan pecah.
6) Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet).
7) Kolaborasi: konsul dengan dokter untuk pemberikan obat sesuai dengan indikasi; Nabic, Anti emetik dan anti hipertensi.
Rasional : Nabic dapat mengatasi/memperbaiki asidosis. anti emitik akan mencegah mual/muntah dan obat anti hipertensi akan mempercepat penurunan tekanan darah.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall; 1999; Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 2; Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda Juall; 1999; Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 6; Jakarta: EGC.
Doengoes, Marylin E.; 1989; Nursing Care Plans; USA Philadelphia: F.A Davis Company.
Junadi, Purnawan; 1982; Kapita Selekta Kedokteran; Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ngastiyah; 1997; Perawatan Anak Sakit; Editor: Setiawan; Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson; 1985; Pathofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit; Jakarta: EGC.
0 komentar:
Post a Comment