TINJAUAN TEORI
HERNIA
1.1 Tinjauan Medis
1.1.1 Pengertian
1) Hernia secara umum
Hernia adalah penonjolan sisi perut dari rongga yang normal melalui saluran defek pada fasi dan muskuloaponeuritik dinding perut, baik secara kongenital atau di dapat yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut (Mansjoer, Arif, 2000: 313).
2) Hernia Skrotalis
Hernia skrotalis merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai skrotum, kadang ditemukan hernia skrotalis sangat besar. Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau piefantiasis skrotum testis yang teraba dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya (Buku Ajar Ilmu Bedah, R, Syamsuhidajat, 717).
1.1.2 Etiologi
Belum diketahui secara pasti tetapi terdapat beberapa faktor predisposisi antara lain :
1) Faktor genetik (keturunan)
2) Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal seperti kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan saat defekasi
3) Mengejan saat miksi akibat hipertrofi prostat.
1.1.3 Fisiologi
Hernia skrotalis merupakan hernia inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8 kehamilan terjadi desunsus costis melalui kanal, penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan proses vaginalis peritoneal. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanal tersebut. Namun dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutupi karena testis kiri turun terlebnih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal kanalis yang terbuka ini menutup pada usia 2 bulan. Dalam keadaan tidak normal bila prosedur terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) maka akan timbul hernia inginalis kongenital. Namun pada orang dewasa yang kanalisnya telah tertutup bisa terbuka oleh karena adanya peningkatan tekanan intra abdominal karena pada orang dewasa kanalis ini merupakan lokus munorie resistance sehingga hernia akan kelihatan menonjol pada saat digunakan untuk mengejan, batuk dan mungkin akan kembali ke atas jika digunakan untuk tidur atau berbaring.
1.1.4 Patofisiologi
1.1.5 Klasifikasi
1) Lokasi atau topografi
(1) Hernia inguinalis
a. Hernia Inginalis Lateral
b. Hernia Inguinalis medial
(2) Hernia Umbilikalis
(3) Hernia Femoralis
2) Isi
(1) Hernia usus halus
(2) Hernia omentum
3) Terlihat atau tidaknya
(1) Hernia ekstrenal :
a. Hernia inguinalis
b. Hernia scrotalis
(2) Hernia interla : Hernia diafrahma
4) Causanya
(1) Hernia Koninetal
(2) Hernia Traumatik
(3) Hernia insisional
5) Keadaannya
(1) Hernia reponibilis
(2) Hernia irreponibilis
(3) Hernia incarserata
(4) Hernia strangulata
1.1.6 Manifestasi Klinis
1) Hernia reponsibel, isi dapat dikembalikan lagi ke dalam rongga peritoneal massa pada suatu tempat yang dapat menghilang, bila berbaring, penonjolan terjadi pada waktu batuk tampak pada pemeriksaan fisik
2) Hernia irreponsibel (isi tidak dapat dikembalikan lagi ke dalam orang peritoneal akibat perletakkan pada dinding abdomen kadang, sekunder dari feses) tidak nyeri tidak terdapat penonjolan saat batuk pada pemeriksaan fisik
3) Hernia strangulata (sirkulasi terhenti akibat kontraksi leher, kantong hernia akibat gangren timbul nyeri kolik abdomen yang akut, gejala dan tanda obstruksi intestinal, hernia terasa sangat nyeri dan tegang, tonjolan waktu batuk menghilang, peristaltik usus meningkat.
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1) Foto polos vertebrata lumbosaral dan pelvis
2) Lumbal fungsi untuk melihat warna sumbatan hambatan aliran CSF, kadar protein NaCl dan glukosa
3) Pemeriksaan mielografi
4) CT-scan
5) MRI
1.1.8 Penatalaksanaan
1) Medikal
Pada hernia yang tidak terstrangulata atau inkarserata secara mekanis berkurang dengan suatu penyokong yaitu bantalan yang dikaitkan di tempatnya dengan sabuk, bantalan di tempatkan di atas hernia dan dibiarkan ditempatnya untuk mencegah hernia dari kekambuhannya
2) Bedah
Menggunakan insisi kecil secara langsung di atas yang lemah, usus dikembalikan ke rongga peritoneal, kantung hernia di buat dan otot ditutup dengan kencang di atas area tersebut, jika ada insufisiensi massa otot untuk mempertahankan usus di tempatnya maka graft jala tembaga (steel merh) digunakan untuk menguatkan area herniasi dan biasanya dirawat di rumah sakit selama 1-2 hari untuk mendapatkan andi biotic profilaksis
1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
1) Aktivitas atau istirahat
Gejala : Riwayat pekerjaan yang mengangkat benda berat
Tanda : Atrofi otot pada bagian tubuh yang terbuka
2) Eliminasi
Gejala : Ketidakmampuan defekasi dan flatus
Diare (kadang-kadang)
Tanda : Cegukan, distensi abdomen, abdomen diam
Penurunan atau tidak ada bising usus (illeus)
3) Makanan atau cairan
Gejala : Anoreksia, mual atau muntah, haus
Tanda : Muntah proyektil
Membran mukosa kering, tidak bengkak, turgor kulit buruk
4) Nyeri atau kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen berat, umum atau lokal, menyebar terus menerus oleh gerakan
Tanda : Distensi, kaku, nyeri tekan
Otot tegang (abdomen), batuk, flexi, perilaku distraksi
Gelisah fokus pada diri sendiri
5) Pernafasan
Tanda : Pernafasan dangkal, takipnea
6) Keamanan
Gejala : Adanya riwayat masalah yang baru saja terjadi
7) Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala : Riwayat adanya trauma penetrasi abdomen, penyakit saluran gastrointestinal
1.2.2 Rencana Asuhan Keperawatan
1.2.2.1 Diagnosa Keperawatan 1 : Nyeri (Akut atau Kronis)
1) Dapat dihubungkan dengan adanya insisi bedah
2) Kemungkinan dibuktikan oleh : laporan nyeri, wajah mengerutkan, otot tegang, perilaku distraksi, respon otomatis
3) Tujuan : nyeri hilang atau terkontrol
4) Kriteria hasil : tampak rileks, mampu tidur atau istirahat
5) Intervensi
(1) Kaji ulang nyeri, tentukan intensitas nyeri
R : Memberikan informasi untuk membantu menentukan intervensi
(2) Pertahankan tirah baring dan berikan posisi yang nyaman
R : Membantu selama fase akut, meningkatkan relaksasi
(3) Observasi tanda-tanda vital
R : Mengetahui perkembangan kesehatan pasien
(4) Beri lingkungan terapeutik
R : Mengurangi rangsang eksternal terhadap nyeri
(5) Beri sentuhan psien (pada bahu lengan, kulit sekitar operasi)
R : Sentuhan merangsang impuls untuk menutup gerbang nyeri
(6) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
R : Melemaskan otot-otot tubuh, mengurangi nyeri
(7) Kolaborasi terapi dokter dalam pemberian analgesik misal : paracetamol
R : Efek obat (NSAID) menutup gerbang nyeri sehingga merangsang nyeri tidak sampai ke pusat nyeri
1.2.2.2 Diagnosa Keperawatan 2 : Kerusakan Integritas Kulit atau Jaringan Kulit
1) Batasan karakteristik :
Mayor : Gangguan jaringan epidermis dan dermis
Minor :
(1) Pencukuran kulit
(2) Eritema
(3) Lesi (primer, sekunder)
(4) Pruritus
2) Tujuan
Pasien melaporkan kerusakan integritas kulit sembuh pada waktu yang tepat tanpa komplikasi
3) Kriteria hasil :
(1) Mengidentifikasi faktor penyebab untuk ulkus karena tekanan
(2) Mengidentifikasi rasional untuk pencegahan dan pengobatan
(3) Berpartisipasi dalam rencana pengobatan yang dilanjutkan untuk meningkatkan penyembuhan luka
4) Intervensi dan Rasional
(1) Lihat kulit, catat adanya edema, arena sirkulasinya terganggu
R : Kulit berisiko karena gangguan sirkulasi perifer, gangguan status nutrisi
(2) Pijat area kemerahan atau yang memutih
R : Meningkatkan aliran darah, mencegah hipoksi jaringan
(3) Ubah posisi sering di tempat tidur, bantu latihan rentang gerak pasif atau aktif
R : Memperbaiki sirkulasi suatu area yang menganggu aliran darah
(4) Berikan perawatan kulit sering, meminimalkan kelemahan
R : Terlalu kering atau lembab merusak kulit
(5) Berikan tekanan alternatif
R : Menurunkan tekanan pada kulit, dapat perbaiki sirkulasi
1.2.2.3 Diagnosa Keperawatan 3 : Risiko Infeksi
1) Faktor resiko meliputi : tidak adekuatnya pertahanan utama, prosedur invasif, insisi bedah
2) Kemungkinan dibuktikan oleh : (tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala yang ada membuat diagnosa aktual)
3) Kriteria hasil
Bebas tanda-tanda infeksi atau inflamasi, TTV dalam batas normal, hasil laboratorium WBC normal
4) Tujuan
Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar
5) Intervensi dan rasional
(1) Observasi luka insisi pembedahan
R : Melihat tanda-tanda dini peradangan
(2) Observasi tanda-tanda vital
R : Peningkatan TTV merupakan tanda adanya gejala peradangan
(3) Pertahankan teknik aseptik dalam perawatan luka operasi
R : Mencegah timbulnya infeksi nosokomial
(4) Ajarkan cuci tangan sebelum dan sesudah merawat luka operasi
R : Tangan yang kotor merupakan media bakteri
(5) Kolaborasi terapi dokter dalam pemberian antibiotic
R : Sebagai tindakan pencegahan infeksi
1.2.3 Evaluasi
1) Dapat mengidentifikasi sumber nyeri
2) Mampu menggambarkan kenyamanan selama nyeri
3) Melaporkan nyeri hilang
4) Meningkatkan penyembuhan luka
5) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2001). Diagnsoa Keperawatan. terjemahan Monica Ester. Jakarta: EGC.
Doengoes, Marilyn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Terjemahan : Made Kariasa dan Ni Made Sumarwati. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Prince, Sylvia Anderson. (1985). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Suparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Jakarta: FKUI.
0 komentar:
Post a Comment