Tuesday, 16 April 2019

LP TEORI ASKEP DIARE

   No comments     
categories: , , ,
BAB 1
LANDASAN TEORI 
DIARE

1.1  Pengertian
1)      Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja (Mansjoer Arif dkk, 2000 hal ; 470)
2)      Diare atau gastroenteritis akut adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan kecairan buang air besar. Masih dianggap normal bila frekuensinya dalam sehari sekitar 1-3 kali dan banyaknya 200-250 gram  sehari (Inayah, 2004 hal ; 191)
3)      Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Mansjoer Arif dkk, 2000 hal ; 470)

1.2  Etiologi
1.2.1    Penyebab utama :
1)      Infeksi : virus (Rotavirus, adenovius, norwalk), bakteri (Shigella, salmonela, E.Coli, Vibrio); Parasit (Protozoa; E:Histolytica, G.lambia, balantidium coli, cacing perut; askaris, trikuris, strongiloideus; dan jamur: kandida).
2)      Malabsorbsi : karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak, atau protein.
3)      Makanan : makanan besi, beracun, alergi terhadap makanan
4)      Imunodefisiensi
5)      Psikologis : rasa takut dan cemas.
1.2.2    Penyebab lain: toksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsung lama, kemoterapi, impaksi fekal (overflow diarrhea) atau berbagai kondisi lain.
1)      Pengurangan atau penghambatan ion-ion.
Perangsangan dan sekresi aktif ion-ion pada usus (Secretory diarrhea)
2)      Terdapatnya zat yang sukar diabsorbsi atau cairan dengan tekanan osmotik yang tinggi pada usus (obat pencahar/ laksantif), penyimpangan pencernaan makanan, kegagalan pengangkutan makanan non-elektrolit yang mempunyai tekanan osmotik tinggi.
3)      Perubahan pergerakan dinding usus.
Penurunan pergerakan peristaltic yang menyebabkan bertambahnya perkembangan bakteri dalam rongga usus, meningkatnya pergerakan usus yang menyebabkan kurangnya waktu kontak anatara makanan dengan permukaan usus halus, sehingga makanan cepat masuk kedalam lumen kolon, pengosongan kolon secara premature yang disebabkan isi kolon atau proses peradangan kolon yang mempersingkat waktu kontak, sehingga volume dan feces akan bertambah cair.
1.2.3    Faktor resiko terjadinya Gastroenteritis
1)      Jumlah penduduk yang padat/ramai.
2)      Makanan yang terkontaminasi /makanan dengan temperatur yang tidak cukup tinggi sehingga tidak dapat membunuh organisme penyebab Gastroenteritis.
3)      Sanitasi lingkungan yang jelek

1.3  Klasifikasi diare
      Berdasarkan penyebabnya diare dibagi menjadi :
1)      Diare sekresi
Diare yang disebabkan oleh infeksi virus, kuman patogen dan apatogenesis, hiperperistaltik usus halus akibat bahan kimia atau makanan, gangguan psikis, gangguan saraf, hawa dingin, alergi; dan difisiensi imun terutama Ig A sekretorik.
2)      Diare osmotik
Diare yang disebabkan oleh malabsorbsi makanan, kekurangan kalori protein, atau bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

1.4  Manifestasi klinik
Gejala-gejala yang ditimbulkan pada anak yang mengalami diare adalah sebagai berikut:
1)       Anak menjadi cengeng
2)       Gelisah
3)       Suhu badan mungkin meningkat
4)       Nafsu makan berkurang atau tidak ada
5)       Diare yang bercampur darah, lendir, lemak dan berbuih
6)       Rasa sakit di perut
7)       Rasa kembung
8)       Tonus dan turgor  kulit berkurang
9)       Selaput lendir dan bibir kering
10)   Ubun–ubun besar tampak cekung pada bayi
1.5  Pohon masalah (Web of Caution)






1.6  Pemeriksaan penunjang
1)      Pemeriksaan tinja
            Makroskopis dan mikroskopis, ph dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula, biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten).
2)      Pemeriksaan darah
            Darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na,K,Ca dan Potassium serum pada diare yang disertai kejang).
3)      Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
4)      Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.

1.7  Pemeriksaan diagnostik
1.7.1    Pemeriksaan fisik
            1. Penurunan berat badan
            2. Anemia
            3. Demam
1.7.2    Pemeriksaan khusus
1. Colon rektal
2. Rektosigmoideskopi
3. Kolonoskopi
4. Barium enema
5. Foto dada
6. Barium meal
1.7.3    Pemeriksaan laboratorium
            1. LED
            2. Hipokalsemia
            3. Avitaminosis D
            4. Serum albumin tinggi
1.7.4    Radiologis
1.7.5    Kolonoskopi

1.8  Penatalaksanaan diare
      Prinsip penatalaksanaan pada diare adalah :
1)      Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi adalah untuk mengkoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara tepat (terapi rehidrasi) kemudian mengganti caira yang hilang sampai diarenya berhenti (terapi ruatan). Jumlah cairan yang masuk harus sama dengan cairan yang di keluarkan atau hilang melalui diare atau muntah, ditambah banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin, dan pernapasan dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung. Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi.
2)      Makanan harus diteruskan bahkan ditingatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk pada status gizi.
3)      Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada manfaatnya untuk kebanyakan kasus, termasuk diare berat dan diare dengan panas, kecuali pada: disentri, suspek kolera dan diare persisten.
4)      Obat-obatan antidiare meliputi antiotilitas (misal loperamid, difenoksilat, kodein, opium).adsorben (misal; norit, kaolin, attapulgit)

1.9  Pengkajian
1)      Observasi
a.       Enteritis regional:nyeri seperti kram;sering pada kuadran bawah dengan diare, sering mengandung melena dan atau steatorea
b.      Kolitis ulseratif:kram abdomen kolik;nyeri biasanya minimal, sering diare dan mengandung lndir, melena, dan pus.
c.       Anoreksia
d.      Penurunan berat badan
e.       Demam
f.       Mual, muntah
g.      Malaise umum
h.      Peristaltik meningkat
i.        Ketidakstabilan emosional
2)      Potensial komplikasi
a.       Ketidakstabilan elektrolit
b.      Dehidrasi, malutrisi, anemia
c.       Obstruksi usus, perforasi
d.      Hemoragi
e.       Syok
f.       Fistula, peritonitis
g.      Abces perianal, fistula, fisura
h.      Depresi


1.10          Diagnosa keperawatan
Dx 1 : Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan abnormal (diare).
1)      Tujuan
            Pasien menunjukkan status hidrasi yang baik selama perawatan
2)      Kriteria Hasil
a.       Tanda vital yang stabil
b.      Hidrasi adekuat seperti yang ditunjukkan dengan turgor kulit yang normal dan membran mukosa lembab.
c.       Masukan dan haluaran seimbang
3)      Intervensi
a.       Kaji status hidrasi.
   R:Mengetahui status cairan yang dibutuhkan pasien.
b.      Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit dan vitamin
R:Memenuhi kebutuhan cairan selama cairan oral tidak memungkinkan
c.       Ukur masukan dan haluaran setiap 8 jam
R:Memantau keseimbangan masukan dan pengeluaran cairan
d.      Pantau elektrolit
R:Elektrolit seperti natrium dan kalium banyak hilang saat diare
e.       Timbang klien setiap hari karena pada waktu yang sama dengan pakaian dan alat penimbang sama
R:Penimbangan berat badan tiap hari dapat mendeteksi kehilangan cairan
4)      Evaluasi:
a.       Pasien menunjukkan status hidrasi yang baik selama perawatan
b.      Tanda vital yang stabil
c.       Hidrasi adekuat seperti yang ditunjukkan dengan turgor kulit yang normal dan membran mukosa lembab.
d.      Masukan dan haluaran seimbang

Dx 2 : Diare berhubungan dengan inflamasi usus
1)      Tujuan
Konsistensi feces kembali lembek dengan frekuensi defekasi tidak lebih dari 3 kali sehari
2)      Kriteria hasil
Pasien menunjukkan penurunan pada frekuensi defekasi
Pasien mengatakan bahwa konsistensi feces kembali normal (lembek).
3)      Intervensi:
a.       Pertahankan tirah baring
R:Tindakan ini dapat meningkatkan relaksasi otot Gasrointestinal dan mengurangi kram
b.      Kaji dan pantau jumlah, frekuensi, konsistensi dan warna feces
R:Mengontrol derajat keparahan diare
c.       Auskultasi abdomen untuk mendengarkan bising usus setiap 8 jam
R : Peningkatan peristaltik usus menngidentifikasikan waktu pengosongan usus
d.      Ukur lingkar abdomen setiap 8 jam
R:Diare menyebabkan perut kembung dan terasa penuh
e.       Seimbangkan istirahat dan aktivitas
R:Aktivitas berlebih dapat meningkatkan kontraksi otot GI dan meningkatkan kram
f.       Siapkan lingkungan bebas dari bau; tetap tutup bedpen pada jarak yang mudah diraih; kosongkan, bersihkan, dan kembalikan pada tempat yang tepat
R:Pemandangan dan bau tak sedap dapat merangsang pusat muntah    
4)      Evaluasi:
a.       Konsistensi feces kembali lembek dengan frekuensi defekasi tidak lebih dari 3 kali sehari
b.      Pasien menunjukkan penurunan pada frekuensi defekasi
c.       Pasien mengatakan bahwa konsistensi feces kembali normal (lembek).

Dx 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan diare dan perubahan absorpsi
1)      Tujuan
Nutrisi terpenuhi selama perawatan sesuai dengan kebutuhan.
2)      Kriteria hasil
a.       Pasien dapat mempertahankan berat badan sesuai umur
b.      Hasil pemeriksaan  laborat dalam batas normal
3)      Intervensi
a.       Kaji status nutrisi dan kaji klien dengan mengidentifikasikan makanan yang mengiritasi
R:makanan yang mengandung sarbitol dapat menyebabkan atau memperberat diare,dan mengkonsumsi gula akan menyebarkan gelembung udara untuk mengurangi distensi lambung.
b.      Berikan diet tinggi kalori, protein, dan mineral; rendah zat sisa, lemak dan serat
R:Makanana tinggi serat dan tinggi lemak akan menyebabkan iritasi saluran usus.
c.       Berikan dorongan klien untuk mengikuti waktu makan yang telah direncanakan
R:Jadwal makan tepat waktu akan membantu proses pengosongan usus
d.      Pertahankan catatan masukan dan hindari makanan yang telah di rencanakan
R:Muntah dan diare dapat dengan cepat menyebabkan dehidrasi.
e.       Berikan dorongan pada klien untuk makan dengan perlahan, menyunyah dengan baik, dan menggigit dalam jumlah sedikit
R:Makan terlalu cepat dapat meningkatkan resiko iritasi lambung
f.       Sajikan makanan dengan menarik di ruangan yang berventilasi baik
R:Menambah nafsu makan
4)      Evaluasi:
a.       Nutrisi terpenuhi selama perawatan sesuai dengan kebutuhan.
b.      Pasien dapat mempertahankan berat badan sesuai umur
c.       Hasil pemeriksaan  laborat dalam batas normal

Dx 4 : Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan iritasi
1)      Tujuan
Nyeri dapat diturunkan sampai skala yang dapat ditolerir pasien antara skala nyeri 1-2
2)      Kriteria hasil
a.       Pasien menunjukkan perilaku yang lebih rileks
b.      Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
3)      Intervensi
a.       Kaji karakter, intensitas, dan letak nyeri
R: Mengetahui derajat nyeri dan membantu dalam perencanaan intervensi
b.      Kaji ketidakefektifan/efek samping sedatif, analgesik, dan supositoria rektal dan salep
R:Sedatif dan analgetik dapat menurunkan nyeri
c.       Ubah posisi pasien secara teratur dan gosok punggung untuk mengurangi rasa tidak nyaman
R:Posisi yang sama dalam waktu lama dapat menambah nyeri pada area yang menonjol
d.      Berikan aktivitas yang bersifat hiburan dan istirahat yang teratur pada klien
R:Membantu mengalihkan perhatian terhadap keluhan nyeri
e.       Ambulasikan klien dengan bantuan sesuai toleransi Berikan dorongan dan dan ajarkan metode alternatif penatalaksanaan nyeri
R:Pasien dapat menentukan sendiri teknik alternatif bila nyeri dirasakan berat
4)      Evaluasi:
a.       Nyeri dapat diturunkan sampai skala yang dapat ditolerir pasien antara skala nyeri 1-2
b.      Pasien menunjukkan perilaku yang lebih rileks
c.       Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang

Dx 5 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang kebutuhan perawatan di rumah.
1)      Tujuan
Pasien dan keluarga dapat mengerti tentang pencegahan dan perawatan lanjutan di rumah.
2)      Kriteria hasil
a.       Pasien dan keluarga mengatakan mengerti tentang proses penyakit, dan aturan diet
b.      Pasien dapat menggunakan kemampuan koping positif secara sederhana
c.       Pasien dan keluarga dapat merubah gaya hidup dengan makan-makan bergizi tinggi serat
3)      Intervensi
a.       Berikan instruksi dalam penatalaksanaan diet, penekanan makanan untuk dihindari; buah-buahan dan sayuran mentah, alkohol, cokelat, dan makanan yang menghasilkan gas
R:Makanan yang tinggi serat, mengandung gas, dan alkohol dapat merangsang dan mengiritasi saluran usus    
b.      Diskusikan pentingnya mencoba satu jenis makanan baru setiap kali makan
R:Memodifikasi makanan dapat meningkatkan nafsu makan
Diskusikan pentingnya mengindari stres selama waktu makan dan mengunyah makanan dengan baik dan perlahan
R:Kondisi stress saat makan akan menyebabkan produksi asam lambung meningkat sehingga timbul perasaan mual dan nyeri perut
c.       Jelaskan hubungan penyebab stres pada proses penyakit dan gejala kekambuhan atau kemajuan penyakit untuk dilaporkan pada dokter.
d.      Berikan informasi tentang obat-obatan; termasuk nama, dosis, tujuan waktu pemberian, efek samping, dan interaksi, jelaskan pentingnya untuk menghindari pemakaian obat yang dijual bebas kecuali bila telah dibicarakan sebelumnya dengan dokter
e.       Berikan dorongan untuk melakukan perjanjian kunjungan tindak lanjut.
4)      Evaluasi:
a.       Nyeri dapat diturunkan sampai skala yang dapat ditolerir pasien antara skala nyeri 1-2
b.      Pasien menunjukkan perilaku yang lebih rileks
c.       Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang

Dx 6 : Hipertermi berhubungan dengan respon imun terhadap peradangan pada saluran cerna
1)      Tujuan
Individu dapat mempertahankan suhu tubuh
2)      Kriteria hasil
a.       Suhu dalam batas normal antara 36-37 ºC.
b.      Kulit hangat
3)      Intervensi
a.       Kaji tanda-tanda vital tiap 4 jam
b.      Pantau asupan dan haluaran
c.       Anjurkan pentingnya peningkatan asupan cairan selama cuaca hangat dan latihan
R:Penggunaan aktivitas berlebih saat cuaca hangat dan saat latihan dapat meningkatkan water loss yang tidak disadari
d.      Jelaskan perlunya penggunaan pakaian kendur dan penggunaan topi atau payung
e.       Beri kompres hangat
f.       Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat antipiretik
4)      Evaluasi:
a.       Individu dapat mempertahankan suhu tubuh
b.      Suhu dalam batas normal antara 36-37 ºC.
c.       Kulit hangat

1.11     Evaluasi
1)        Pasien menunjukkan status hidrasi yang baik selama perawatan.
2)        Tanda vital yang stabil.
3)        Hidrasi adekuat seperti yang ditunjukkan dengan turgor kulit yang normal dan membran mukosa lembab.
4)        Masukan dan haluaran seimbang.
5)        Konsistensi feces kembali lembek dengan frekuensi defekasi tidak lebih dari 3 kali sehari.
6)        Pasien menunjukkan penurunan pada frekuensi defekasi.
7)        Pasien mengatakan bahwa konsistensi feces kembali normal (lembek).
8)        Nutrisi terpenuhi selama perawatan sesuai dengan kebutuhan.
9)        Pasien dapat mempertahankan berat badan sesuai umur.
10)    Hasil pemeriksaan  laborat dalam batas normal.
11)    Nyeri dapat diturunkan sampai skala yang dapat ditolerir pasien antara skala nyeri 1-2.
12)    Pasien menunjukkan perilaku yang lebih rileks.
13)    Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang.
14)    Individu dapat mempertahankan suhu tubuh.
15)    Suhu dalam batas normal antara 36-37 ºC.
16)    Kulit hangat.





DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arief.(2000). Kapita selekta kedokteran.Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;Jakarta

Inayah.(2004).Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system pencernaan. SelembaMedika;Jakarta.

Carpenito Linda Juall. (1999).Rencana asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC ; Jakarta





0 komentar:

Post a Comment