BAB 1
TINJAUAN TEORI
PENYAKIT HIPERTENSI HEART FAILURE
1.1 Tinjauan Medis
1.1.1 Pengertian
Hipertensi Heart Failure adalah penyakit jantung yang terjadi akibat komplikasi jantung pada pasien hipertensi dapat disebabkan secara langsung oleh derajat tingginya tekanan darah dan proses arterosklerosis yang dipercepat
(Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia, 1996; 1128).
Penyakit jantung hipertensif ditegakkan bila dapat dideteksi hipertrofi ventrikel kiri sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh perifer dan beban akhir ventrikel kiri (Arif Mansjoer, dkk, 2001 : 441).
1.1.2 Etiologi
Ada 2 faktor utama penyebab penyakit jantung hipertensi yaitu :
1) Penebalan ateriol koroner yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos pembuluh darah resistensi arteriol (arteriolus resistance vessels) seluruh badan kemudian terjadi retensi garam dan air yang mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh ini dan meningkatnya tahanan perifer.
2) Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler per unit otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik, peningkatan jarak difusi antara kapiler dan serat otot yang hipertrofi menjadi faktor utama pada stadium lanjut dari gambaran hemodinamik (Arif Mansjoer, dkk, 2001: 441).
1.1.3 Patofisiologi
Peningkatan TD
¯
Tingginya gradien tekanan yang dibawah ventrikel kiri
¯
Kontraktilitas jantung meningkat
¯
Kebutuhan O 2meningkat dan suplai O2 menurun
¯
Iskemia miokardium
¯
kegagalan kontraksi ventrikel kiri
¯
Penurunan aliran darah koroner
¯
Penurunan curah jantung
Paru
|
Jantung
| Ginjal | |||||
¯
Bendungan atrium kiri dan peningkatan dalam vena
¯
Pulmonalik
¯
Regurgitasi darah ke paru
¯
Sesak
¯
Gangguan pertukaran gas
|
¯
Sirkulasi otak menurun
¯
suplai O2 menurun
¯
Hipoxia otak
¯
Kesadaran menurun
|
¯
Suplai O2 menurun
¯
Jantung kekurangan O2
¯
Metabolisme anaerob
¯
Asam laktat meningkat
¯
Nyeri dada |
Sirkulasi ke Ginjal menurun
¯
Filtrasi ginjal menurun
¯
metabolisme ekskresi tidak maksimal
¯
retensi urine (air + Na)
| ||||
1.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi hiprtensi menurut WHO / ISH :
1) Normotensi
Jika tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan diastolic < 90 mmHg
2) Hipertensi ringan
Jika tekanan darah sistolik 140-180 mmHg dan diastolic 90-105 mmHg
3) Hipertensi perbatasan
Jika tekanan darah sistolik 140-160 mmHg dan diastolic 90-95 mmHg
4) Hipertensi sedang dan berat
Jika tekanan darah sistolik > 180 mmHg dan diastolic > 105 mmHg
5) Hipertensi sistolik terisolasi
Jika tekanan darah sistolik >140 mmHg dan diastolic < 90 mmHg
6) Hipertensi sistolik perbatasan
Jika tekanan darah sistolik 140-160 mmHg dan diastolic < 90 mmHg
(Arif Mansjoer, dkk, 2001; 519)
1.1.5 Manifestasi Klinis
Pada stadium dini Hipertensi tampak tanda-tanda akibat rangsangan simpatis yang kronik. Jantung berdenyut cepat dan kuat. Terjadi hipersirkulasi yang mungkin diakibatkan peningkatan aktivitas sistem neurohumoral disertai hipervolemia. Pada stadium selanjutnya timbul mekanisme kompensasi pada otot jantung berupa hipertrofi ventrikel kiri yang difus dan peningkatan tahanan pembuluh darah perifer.
Gambaran klinis seperti sesak nafas adalah salah satu gejala gangguan fungsi diastolik dan peningkatan tekanan pengisian ventrikel walaupun fungsi sistolik masih normal. Bila berkembang terus, terjadi hipertrofi eksentrik dan akhirnya menjadi dilatasi ventrikel kemudian timbul gejala payah jantung. Stadium ini kadang kala disertai dengan gangguan sirkulasi pada cadangan aliran darah koroner dan akan memperburuk kelainan fungsi mekanik atau pompa jantung yang selektif
(Arif Mansjoer, dkk, 2001; 442)
1.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1) Foto toraks
Dada foto toraks posisi posterior anterior pasien hipertrofi konsentrik besar jantung dalam batas normal. Pembesaran jantung ke kiri terjadi bila sudah ada dilatasi ventrikel kiri
2) Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium darah rutin yang diperlukan adalah hematokrit ureum dan kreatinin untuk menilai fungsi ginjal. Selain itu juga elektrolit untuk melihat kemungkinan adanya kelainan hormonal aldosteron. Pemeriksaan laboratorium urinalisis juga diperlukan untuk melihat adanya kelainan pada ginjal.
3) Elektrokardiogram
Tampak tanda-tanda hipertrofi ventrikel kiri dan strain
4) Ekokardiografi
Perubahan yang terlihat sebagai berikut :
(1) Tanda-tanda hipersirkulasi pada stadium dini seperti hiperkinesis dan hipervolemia
(2) Hipertrofi yang difus (konsentrik) atau yang ireguler eksentrik
(3) Dilatasi ventrikel yang dapat merupakan tanda-tanda payah jantung serta tekanan akhir diastolik ventrikel kiri meningkat
(4) Tanda-tanda iskemia seperti hipokinesis dan pada stadium lanjut adanya diskinetik
(Arif Mansjoer, dkk, 2001; 442)
1.1.7 Penatalaksanaan
Pengobatan ditujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal mengobati payah jantung karena hipertensi, mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit kardiovaskuler dan menurunkan faktor resiko terhadap penyakit kardiovaskuler semaksimal mungkin.
Untuk menurunkan tekanan darah dapat ditinjau 3 faktor fisiologis yaitu menurunkan isi cairan intra vaskuler dan Na darah dengan diuretic, menurunkan aktivitas susunan saraf simpatis dan respons kardiovaskuler terhadap rangsangan adrenergik dengan obat dari golongan anti simpatis dan menurunkan tahan perifer dengan obat vasodilator.
(Arif Mansjoer, dkk, 2001: 442)
1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
1.2.1.1 Anamnesa
1) Aktivitas atau istirahat
Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
2) Sirkulasi
Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner atau katub dan penyakit serebro vaskuler ; episode palpitasi, perspirasi
3) Integritas Ego
Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euforia atau marah kronik; faktor-faktor stress multiple
4) Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi atau obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu)
5) Makanan atau cairan
Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol.
Mual, muntah ; perubahan berat badan akhir-akhir ini
6) Pernapasan
Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja takipnea, ortopnea, dispnea, noktural paroksimal
Batuk dengan atau tanpa pembentukan sputum ; riwayat merokok
7) Keamanan
Gangguan koordinasi atau cara berjalan
Episode parestesia unilateral transien : hipotensi postural
1.2.1.2 Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas atau istirahat
Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
2) Sirkulasi
Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan darah untuk menegakkan diagnosa)
Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen otot)
Denyut apikal : PMI kemungkinan bergeser dan atau sangat kuat
Frekuensi irama : takikardia, berbagai disritmia
Bunyi jantung : Terdengar S2 pada dasar ; S2 (CHF dini) ; S4 (pengerasan ventrikel kiri atau hipertrofi ventrikel kiri)
Mur-mur stenosis valvular, kulit pucat, sianosis dan diaforesis
3) Integritas ego
Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan empati, otot muka tegang, gerakan fisik cepat
4) Makanan atau cairan
Berat badan normal atau obesitas
Adanya edema (mungkin umum atau tertentu) ; kongesti vena, DVJ; glikosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah diabetik)
5) Pernafasan
Distress respirasi atau penggunaan otot aksesori pernafasan
Bunyi nafas tambahan (krekles atau mengi)
Sianosis
(Marilyn E. Doengoes, 1999; 39)
1.2.2 Rencana Asuhan Keperawatan
1.2.2.1 Diagnosa Keperawatan 1
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi; iskemia miokardia ; hipertrofi
1) Batasan karakteristik :
Tekanan darah rendah, nadi cepat, gelisah, sianosis, dispnea, angina, disritmia, oliguria, mudah lelah, vertigo, edema (perifer, sakral)
(Carpenito, 2000; 35)
2) Tujuan
Pasien mampu mempertahankan curah jantung adekuat atau perfusi jaringan
3) Kriteria hasil :
(1) Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurun TD atau beban kerja jantung
(2) Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima
(3) Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien
(Marilynn E. Doengoes, 1999: 43)
4) Intervensi dan Rasional :
(1) Pantau TD, ukur pada kedua tangan atau paha untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang akurat
R : Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan atau bidang masalah vaskuler
(2) Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
R : Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokonstriksi
(3) Catat edema umum atau tertentu
R : Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler
(4) Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas atau keributan lingkungan. Batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal
R : Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis ; meningkatkan relaksasi
(5) Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
R : Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang sehingga akan menurunkan TD
(6) Kolaborasi berikan obat-obat sesuai indikasi, contoh : diuretik tiazid misal: klorotiazid (diuril) ; hidroklorotiazid (esidrix) ; bendroflumentiazid (naturetin)
R : Tiazid mungkin digunakan sendiri atau dicampur dengan obat lain untuk menurunkan TD pada pasien dengan fungsi ginjal relatif normal
(Marilyn E. Doenges, 1999; 43)
1.2.2.2 Diagnosa Keperawatan 2
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
1) Batasan karakteristik :
(1) Mayor (harus terdapat, satu atau lebih) (Magnan, 1995).
Selama aktivitas; kelemahan, pusing; dispnea, keletihan akibat aktivitas.
(2) Minor (mungkin terdapat)
Pucat atau sianosis, konfusi, vertigo
(Carpenito, 2000; 2)
2) Tujuan
(1) Kelemahan yang berkurang
(2) Berpartisipasi dalam perawatan diri
(3) Mempertahankan kemampuan aktivitas seoptimal mungkin
(Tarwoto, Wartonah, 2004; 72)
3) Kriteria hasil :
(1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleran aktivitas
(2) Memperlihatkan kemajuan (khususnya tingkat yang lebih tinggi dari mobilitas yang mungkin)
(3) Memperlihatkan penurunan tanda-tanda hipoksia pada peningkatan aktivitas (nadi, tekanan darah, pernapasan)
(4) Melaporkan penurunan gejala-gejala intoleransi aktivitas
(Carpenito, 2000; 4)
4) Intervensi dan Rasional :
(1) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas atau perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
R : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba, memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas
(2) Batasi pengunjung dan atau kunjungan oleh pasien
R : Pembicaraan yang panjang sangat mempengaruhi pasien ; namun periode kunjungan yang tenang bersifat terapeutik
(3) Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktifitas, misal : bangun dari kursi, bila tidak ada nyeri, ambulasi dan istirahat selama 1 jam setelah makan
R : Aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningkatkan regangan dan mencegah aktivitas berlebihan
(Marilyn E. Doengoes, 1999; 45)
1.2.2.3 Diagnosa Keperawatan 3
Nyeri (akut) sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
1) Batasan karakteristik :
(1) Mayor (80 % - 100%)
Komunikasi (verbal atau penggunaan kode) tentang nyeri yang dideskripsikan)
(2) Minor
Mengatupkan rahang atau pergelangan tangan, ansietas, peka rangsang, agitasi, menggosok bagian yang nyeri, mengorok, postur tidak biasanya, ketidakaktifan fisik atauimobilitas, masalah dengan konsentrasi.
(Carpenito, 2000; 45)
2) Tujuan
Nyeri hilang dengan atau terkontrol
3) Kriteria hasil :
(1) Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan hilang atau terkontrol
(2) Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
(3) Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan
(Marilyn E. Doengoes, 1999: 45)
4) Intervensi dan Rasional :
(1) Mempertahankan tirah baring selama fase akut
R : Meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relakasi
(2) Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misal : kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher
R : Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat atau memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya
(3) Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
R : Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala. Pasien juga dapat mnengalami episode hipotensi postural
(4) Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi perdarahan hidung atau kompres hidung telah dilakukan untuk menghentikan perdarahan
R : Meningkatkan kenyamanan umum
(5) Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi ; analgesik
R : Menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang sistem saraf simpati
(Marilyn E. Doengoes, 1999; 46)
1.2.2.4 Diagnosa Keperawatan 4
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolic.
1) Batasan karakteristik :
(1) Mayor
Kelebihan berat badan (berat badan 10% melebihi tinggi dan kerangka tubuh ideal) atau obesitas (berat badan 20% atau lebih di atas tinggi dan kerangka tubuh ideal)
(2) Minor
1. Melaporkan adanya pola makan yang tidak diinginkan
2. Masukan melebihi kebutuhan metabolic
3. Pola aktivitas monoton
(Carpenito, 1999; 271)
2) Tujuan
(1) Teridentifikasinya kebutuhan nutrisi dan berat badan yang terkontrol
(2) Perencanaan kontrol berat badan untuk yang akan datang
(3) Tidak terjadinya penurunan berat badan yang berlebihan
(Tarwoto Wartonah, 2004; 28)
3) Kriteria hasil :
(1) Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan
(2) Menunjukkan perubahan pola makan
(3) Melakukan atau mempertahankan program olah raga yang tepat secara individual
(Marilyn E. Doengoes, 1999: 46)
4) Intervensi dan Rasional :
(1) Kaji pemahaman psaien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan
R : Kejenuhan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan peningkatan massa tubuh
(2) Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi
R : Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual
(3) Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
R : Mengidentifikasi kekuatan atau kelemahan dalam program diet terakhir, membantu dalam menentukan kebutuhan individu untuk penyesuaian
(Marilyn E. Doengoes, 1999: 47)
1.2.2.5 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai O2 (obstruksi jalan napas olehs ekret, spasme bronkus, jebakan udara) ditandai dengan : dispnea, bingung, gelisah, ketidakmampuan membuang secret, membuang secret, nilai GDA tak normal, perubahan tanda vital dan penurunan toleransi terhadap aktivitas
1) Kriteria hasil :
(1) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dan kantong normal dan bebas gejala distress pernapasan
(2) Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan atau situasi
2) Intervensi dan rasional
(1) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan, catat penggunaan otot aksesori, napas bibir, ketidakmampuan udara atau berbincang
R : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan atau kronisnya proses penyakit
(2) Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan oleh napas bibir sesuai kebutuhan
R : Pengiriman O2 seperti diperbaiki dengan posisi duduk atau latihan dapat untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispena dan kerja napas
(3) Kaji atau awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa
R : Sianosis mungkin perifer adalah sentral, keabu-abuan dan sianosis sentral mengidentifikasikan beratnya hipoksi
(4) Dorong pengeluaran sputum, penghisapan bila diindikasikan
R: Kental adalah tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas. Penghisapan bila batuk tak efektif
(5) Awasi tanda vital dan irama jantung
R : Takikardia, disritmia dan perubahan TD dapat menunjukkan efek hipoksia sistemik pada fungsi jantung
1.2.3 Evaluasi
1. Curah jantung pasien kembali normal
2. Gangguan pertukaran gas pasien dapat teratasi
3. Pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri
4. Nyeri dapat berkurang sampai dengan hilang
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Diagnosa Keperawatan. Monica Ester. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Doengoes, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Nuer, Sjaifoellah (1996). Buku Ajar Penyakit Dalam. Ed. 3. Penerbit FKUI ; Jakarta
Price, Anderson Sylvia. (1997) Patofisiologi. Ed. I. Jakarata : EGC
Wartonah, Tarwoto, (2004). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses KPrtn. Jakarta: Salemba Medika.
0 komentar:
Post a Comment