BAB 1
LANDASAN TEORI
ANEMIA APLASTIK
1.1 Tinjauan Medis
1.1.1 Pengertian
Anemia aplastik adalah suatu keadaan kekurangan sel-sel darah merah akibat adanya hipoplasia berat atau aplasia sum-sum tulang tanpa adanya suatu penyakit primer yanmg menginfiltrasi mengganti atau menekan jaringan hemopoetik sum-sum tulang (Imam Supandiman, 1994 : 48).
1.1.2 Etiologi
Menurut Slamet Suyono (2001 : 502) anemia aplastik dibedakan sebagai berikut :
1.3.1 Faktor genetik.
1.3.2 Obat-obatan dan bahan kimia.
Obat-obatan yang sering menyebabkan anemia aplastik adalah : chloramfenikol, fenilbutason., senyawa sulfur anti konvulsan. Obat - obat anti toksin ialah : mileran/nitrosocrea. Bahan kimia yang menyebabkan anemia aplastik adalah benzen, sedangkan logam yang menyebabkan adalah emas.
1.3.3 Infeksi.
Infeksi dapat menyebabkan anemia aplastik sementara/permanen contohnya : Virus Epstein Barr, Virus Influenza A, Virus Dengue, Tuberculosis (Milier), Hepatitis B Dan Hepatitis Non A, Non B (mungkin C) dapat memproduksi sel sum-sum tulang infeksi HIV, AIDS, dan infeksi kronik parvovirus dengan defisiensi imun menyebabkan pansitopenia.
1.3.4 Radiasi.
Radiasi dapat menyeabkan anemia aplastik berat atau ringan misalnya : dengan pengobatan penyakit keganasan, dengan sinar X, dengan peningkatan dosis penyinaran sekali waktu akan terjadi pansitopenia namun bila dihentikan, sel-sel akan berplroliferasi kembali, iradiasi dapat berperan pula pada stroma sum-sum tulang yaitu lingkungan mikro dan menyebabkan overdosis.
1.3.5 Kelainan imunologis.
Zat anti terhadap sel-sel hemopoetik dan lingkungan mikro dapat menyebabkan anemia aplastik.
1.3.6 Anemia aplastik pada keadaan/penyakit lain.
- Leukemia limfoblastik akut, kadang-kadang ditemukan pansitopenia dengan hipoplasi sum-sum tulang.
- Paroximal Nocturnal Hemoglobinuria (PNH).
- Kehamilan, kadang-kadang ditemukan pansitopenia disertai aplasia sum-sum tulang yang berlangsung sementara.
1.3.7 Kelompok idiopatik
Besarnya kelompok idiopatik tergantung pada usaha mencari faktor etiologi.
1.1.3 Fisiologi
• Fungsi eritrosit matur untuk suplai O2 ke jaringan tubuh
• Kecepatan produksi eritrosit dipengaruhi :
– Kecepatan destruksi eritrosit
– Kebutuhan O2 Jaringan
• Eritrosit yang bersirkulasi , secara kontinu diperbaharui dibawah kontrol yang sangat hati-hati dan teratur
• F/ eritrosit matur " suplai O2 ke jaringan tubuh
• Sensor O2 diginjal mendeteksi perubahan Σ O2 di jaringan dari menit-kemenit "melepaskan eritropoetin ( EPO ) untuk memulai Erythropoiesis
EPO " marrow / sutul "berikatan dgn reseptor spesifik dipermukaan precursor commited eritrosit "pe &sintesa DNA "proliferasi dan maturasi "eritrosit baru
1.1.4 Patofisiologi
Infeksi, obat, bahan kimia, kerusakan radiasi
Mempengaruhi proses Erythropoiesis
Kegagalan sumsum tulang
Kegagalan pembentukan sel darah merah
Eritrosit menurun Leukosit menurun Trombosit menurun
Penurunan Hemoglobin Penurunan antibody Penurunan fungsi pembekuan darah
Penurunan suplay O2 Resti injury Resti perdarahan
Gangguan perfusi jaringan
Penurunan perfusi GI Tract Ketidakseimbangan antara
Oksigen dan kebutuhan tubuh
Penurunan motilitas usus
Intoleransi aktivitas
Stagnasi makanan di usus
Impuls kenyang di MO
Anoreksia
In take yang kurang
Nutrisi kurang dari kebutuhan tub
1.1.5 Klasifikasi
Menurut Slamet Suyono (2001 : 501) anemia diklasifikasikan sebagai berikut :
1). Klasifikasi menurut kausa
- Idiopatik : bila kausanya tidak diketahui yang ditemukan lebih kurang 50 % kasus.
- Skunder : bila kausanya diketahui.
- Konstitusional : adanya kelainan DNA yang dapat diturunkan misal : anemia fanconi..
2). Klasifikasi menurut prognosis
- Anemia aplastik berat : kemampuan untuk sembuh 10 %.
Disebut anemia aplastik berat bila :
Ø Neutrofil kurang dari 500/mm3.
Ø Trombosit : kurang dari 20.000/mm3.
Ø Retikulosit : kurang dari 1%.
Ø Sum-sum tulang : selularitas kurang dari 25% normal.
- Anemia aplastik sangat berat : definisinya sama dengan anemia aplastik berat kecuali neutrofil kurang dari 200/mm3.
- Anemia aplastik bukan berat : kemampuan untuk sembuh mendekati 50 %.
Anemia aplastik dapat terjadi akibat :
(1) Pengurangan jumlah sel induk normal.
(2) Kelainan sel induk berupa gangguan pembelahan (replikasi) dan deferensisasi.
(3) Hambatan sel induk berupa gangguan hormonal/seluler.
(4) Gangguan lingkungan mikro.
(5) Tidak adanya kofaktor-kofaktor hemopoetik humeral/seluler.
1.1.6 Manifestasi Klinik
Anemia aplastik mungkin asimptomatik dan ditemukan pada pemeriksaan rutin yang dapat ditemukan sangat bervariasi antara lain :
(1) Perdarahan.
(2) Lemas pada seluruh badan.
(3) Jantung berdebar.
(4) Demam.
(5) Nafsu makan berkurang.
(6) Pucat.
(7) Sesak nafas.
(8) Penglihatan kabur.
(9) Telinga berdenging
1.1.7 Diagnosa Banding
Diagnosa banding anemia aplastik meliputi semua penyebab pansitopenia :
(1) Defisiensi Vitamin B 12 atau asam folat, contoh : anemia megaloblastik.
(2) Infiltrasi sum-sum tulang (leukemi, limfone mieloma, karsinoma, miodisplasia, osteoporosis).
(3) Destruksi perifer (infeksi berat).
(4) Autoimun (Lupus Eritematosus Sistemik )
(5) Kegagalan sistem sel : anemia aplastik.
1.1.8 Penatalaksanaan
Pengobatan terdiri atas :
(1) Identifikasi dan eliminasiu penyebab.
(2) Pengobatan supportif : terhadap infeksi perdarahan dan anemia.
(3) Usaha mempercepat penyembuhan pansitopenia melalui imunosupresif, implantasi sum-sum tulang, obat-obatan antibiotik dan kortikosteroid.
(4) Tranfusi darah yang hanya diberikan bila diperlukan pada keadaan yang sangat gawat (perdarahan masif, perdarahan otak) dapat diberikan suspeni treombosit.
(5) Istirahat untuk menjaga/mencegah terjadinya perdarahan, terutama perdarahan otak.
Pada tindakan diatas resiko infeksi bakteri mengalami peningkatan.
(1) Simtomatik
- Anemia : tranfusi sel darah merah padat (PRC).
- Perdarahan profus atau trombosit kurang dari 10.000.mml : tranfusi trombosit (tiap mml/10 kg BB akan meningkatkan jumlah trombosit + 50.000/mm3.
- Tranfusi leukosit (PMN)
Efek samping panas badan, takipneu, hipoksia, sembab paru (karena timbul anti paru leukoglutinin).
(2) Kortikosteroid
Prednison untuk mengurangi fragilitas pembuluh kapiler.
(3) Steroid anabolik
- Nondrokot denakoat.
- Aksimetolon.
- Testosteron.
- Testosteron propinat.
Efek samping :
- Virilisme, hirsutisme, aline hebat perubahan suara.
- Pemberian jangka panjang dapat menimbulkan adenoma karsinoma hati, kolistitis.
- Hepatotoksik pada pemberian sub lingual.
(4) Tranplantasi sum-sum tulang
Transplantasi sum-sum tulang merupakan pilihan utama bagi anak-nak dan dewasa muda dengan anemia palastik berat. Hindari tranfusi yang berasal dari donor keluarga sendiri pada calon transplantasi sum-sum tulang.
1.1.9 Komplikasi
(1) Anemia dan akibat-akibatnya (karena pembentukannya kurang).
(2) Anemia kronis dan berat menimbulakan harplikasi decompensasi kordis.
(3) Ceramilositopenia mengakibatkan sepsis dan trombositopenia dapat berkomplikasi perdarahan yang dapat bersifat fatal.
(4) Komplikasi yang mungkin juga terjadi adalah akibat dari tranfusi yang sering diberikan pada anemia aplastik berupa hepatitis hemosidirosis, hemokromatosis.
(5) Infeksi.
1.1.10 Prognosa
(1) Anemia aplastik berat + 80% meninggal, sebab kematian :
- Infeksi biasanya bronko pneumonia atau sepsis, harus waspada terhadap tuberculosis pada pemberian prednison yang lama.
- Perdarahan otak atau abdomen.
(2) Anemia aplastik ringan + 50 % sembuh sempurna/partial, kemungkinan terjadi dalam waktu lama.
1.2 Konsep Dasar Askep
1.2.1 Pengkajian
1) Biodata
Terjadi pada wanita di atas usia 50 tahun dan pria berusia 50 tahun.
2). Keluhan Utama
Perdarahan, lemah badan dan pusing.
3). Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan lemah badan yang diderita dalam jangka waktu lama, terasa kelelahan setelah aktivitas adanya perdarahan, pusing, jantung berdebar-debar, demam, nafsu makan berkurang, kadang-kadang sesak nafas, penglihatan kabur, telinga berdenging.
4). Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat stroma, penderita penyakit infeksi, penggunaan obat-obatan seperti kloramfenikol, anti kejang,penggunaan sinar X yang berlebihan.
5). Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya keluarga yang menderita anemia aplastik.
6). Riwayat Psiko, Sosio Dan Spiritual
- Psiko : merasa khawatir terhadap kelemahan tubuhnya yang berlangsung lama dan sulit sembuh.
- Sosial : riwayat pekerjaan penderita yang berhubungan dengan bahan kimia seperti senyawa benzen.
- Spiritual : keyakinan agama memperngaruhi pemilihan pengobatan seperti penolakan tranfusi darah.
7). Aktivitas Sehari-Hari
- Pola nutrisi : nafsu makan berkurang, lemah badan.
- Pola aktivitas : jantung berdebar-debar, lemah badan, sesak nafas, penglihatan kabur.
- Pola istirahat tidur : kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak.
- Pola eliminasi : kadang-kadang terjadi konstipasi.
- Pola personal higiene : tidak ada masalah.
8). Pemeriksaan
- Pemeriksaan umum
Keadaan umum lebih lemah, terjadi penurunan sistole dan diastole, pada pernafasan terjadi tachipneu, dipsneu, terjadi tachicardia, suhu normal, BB menurun.
- Pemeriksaan fisik
Kepala : rambut kering, mudah patah, wajah pucat, konjungtiva pucat, terjadi penglihatan kabur, terjadi bibir yang mengalami pucat, membran mukosa terjadi perdarahan pada gusi, telinga berdengung.
Leher : tidak ada kelainan.
Thorak : sesak nafas, jantung berdebaran, bunyi jantung mur-mur sistolik.
Abdomen : terdapat perdarahan saluran cerna, distensi abdomen, hepatomegali dan kadang-kadang splenomegali.
Ekstremitas : pucat, kuku pucat dan mudah patah.
- Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium.
Penurunan sel darah normokrom normositer, laju endap darah meningkat, paul hemostasis menunjang pemerikasaan virus Hepatitis, HIV, citomegalovirus.
Pemeriksaan Radiologi ,
§ Nuclear Magnetic Resonansi Imaging.
§ Radio Nuclead Bore Murom Imaging.
1.2.2 Diagnosa keperawatan dan intervensi
1) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen nutrisi ke sel yang ditandai dengan : palpitasi, kulit pucat, membran mukosa kering dan rambut rapuh, perubahan tekanan darah, ketidakmampuan, disorientasi.
Tujuan : Menunjukkan perfusi adekuat
Kriteria hasil :
Tanda vital stabil, membran mukosa warna merah muda, akral hangat, mental seperti biasa.
Intervensi :
(1). Awasi tanda-tanda vital, pantau warna kulit / membran mukosa dasar kuku
R : Memberikan informasi tentang derajat / keadekuatan perfusi jaringan
(2). Observasi pernafasan.
R : Untuk mengetahui adanya kompensasi curah jantung
(3). Catat keluhan dingin, pertahankan suhu lingkungan yang hangat.
R : Vasokonstriksi menurunkan sirkulasi perifer
(4). Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium HB/ dan jumlah sel darah merah.
R : Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/ respon terhadap terapi
(5). Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
R : Memaksimalkan transpor oksigen kejaringan
2) Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara oksigen dan kebutuhan yang ditandai dengan : kelemahan dan kelelahan, penurunan aktivitas, lebih banyak istirahat, palpitasi, tachicardi dan penurunan tekanan darah.
Tujuan : Adanya peningkatan toleransi aktivitas
Kriteria hasil :
§ Peningkatan intoleransi aktivitas.
§ Menunjukkan tanda penurunan tanda psikologis intoleransi, misal : nadi, pernafasan, TD masih dalam batas normal.
Intervensi :
(1) Observasi kemampuan klien untuk melakukan kegiatan.
R : Mempengaruhi pilihan intervensi
(2) Observasi TTV sebelum dan sesudah melakukan aktivitas.
R : Manifestasi jantung dan paru untuk membawa jumlah O2 adekuat kejaringan
(3) Berikan lingkungan tenang dan pertahankan tirah baring.
R : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan O2
(4) Prioritaskan jadwal Asuhan keperawatan untuk meningkatkan istirahat
R : Mempertahankan tingkat energi dan meningkatkan regangan pada sistem jantung dan pernafasan
(5) Anjurkan klien untuk melakukan latihan aktivitas secara bertahap.
R : Untuk memperbaiki stamina tanpa kelemahan
3) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan/absorbsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel yang ditandai dengan :penurunan BB dibawah normal, penurunan lipatan kulit trisep, perubahan membran mukosa mulut, penurunan toleransi untuk aktifitas.
Batasan Karakteristik :
- Pasien mengatakan nafsu makan turun/ hilang
- anoreksia
- mual/muntah
- porsi makan < ½ porsi
Tujuan Keperawatan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil :
- Pasien mengatakan nafsu makan meningkat.
- Pasien mengeluh mual/muntah (-).
- Klien dapat menghabiskan makanan yang disediakan ½- 1 porsi
Intervensi :
(1). Observasi kebiasaan diet pasien sebelum dan selama sakit.
R : Untuk mengetahui makanan yang disukai dan yang tidak disukai pasien
(2). Lakukan oral hygiene
R : Oral yang bersih meningkatkan nafsu makan
(3). Berikan makanan sedikit tapi sering.
R : memberikan asupan nutrisi yang cukup
(4). Sajikan makanan dengan menarik
R : Untuk meningkatkan nafsu makan
(5). Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diet yang sesuai
R : Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik diet
0 komentar:
Post a Comment