Tuesday, 16 April 2019

LP TEORI ASMA BRONKIAL

BAB 1
TINJAUAN TEORI
ASMA BRONKIALE


1.1  Tinjauan Medis
1.1.1 Pengertian
Asma adalah penyakit pernafasan obstruksi yang ditandai oleh spasme akut otot polos bronkhiolus, hal ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus (Corwin, 2001).
Asma adalah penyakit obstruksi jalan nafas, yang dapat pulih dan intermiten yang ditandai oleh penyempitan jalan nafas, mengakibatkan dispnea, batuk, mengi (Suddart dan brunner, 2000).

1.1.2 Etiologi
1)   Infeksi virus saluran napas : Influenza.
2)   Pemanjangan terhadap alergen tungau, debu rumah, bulu binatang.
3)   Pemajan terhadap iritan asap rokok, minyak wangi.
4)   Olah raga yang berlebihan
5)   Stres/ ekspresi emosional : takut, marah, frustasi.
6)   Obat-obat aspirin, anti inflamasi non steroid.
7)   Lingkungan kerja : uap zat kimia.
8)   Pengawaet makanan : sulfit.
9)  Faktor lingkungan : perubahan suhu dalam lingkungan mis: udara dingin
       10)  Faktor keturunan

1.1.3 Fisiologi
            Fisiologi pernafasan adalah serangkain proses interaksi dan koordinasi yang kompleks yang mempunyai peranan sangat penting dalam mempertahankan kestabilan, atau homeostasis lingkungan internal tubuh kita. Sistem pernafasan yang berfungsi dengan baik dapat menjamin jaringan memperoleh pasokan oksigen yang adekuat dan pembuangan karbundioksida yang cepat. Proses ini sangat rumit, sehingga mekanisme kontrol harus dapat memastikan terpeliharanya homeostasis sepanjang kondisi lingkungan dan kebutuhan tubuh yang terus berubah. Pengaturan pertukaran gas antara sel-sel tubuh dan darah yang bersirkulasi adalah ”inti” dari fisiologi pernafasan.
Fungsi yang kompleks ini tidak mungkin berjalan lancar tanpa adanya integrasi antara berbagai sistem kontrol fisiologi yang mencakup keseimbangan asam basa, air dan elektrolit, sirkulasi, dan metabolisme secara fungsional, sistem pernafasan terdiri atas serangkain proses ” teratur” yang terintegrasi yang mencakup ventilasi pulmunal ( bernafas, pertukaran gas dalam paru-paru dan jaringan, transpor gas oleh darah, dan regulasi pernafasan secara keseluruhan (Asih, Effendy, 2004).

 1.1.4 Patofisiologi asma bronkhiale


1.1.5 Manifestasi klinis
            1). Sesak napas.
            2). Retraksi dada
3). Batuk berdahak.
4). Mengi/ wheezing.
5). Napas cuping hidung.
6). Pernapasan cepat dan dangkal.
7).Selama serangan asma, udara terperangkap karena spasme dan mukus             memperlambat ekspirasi. Hal ini menyebabkan waktu menghembuskan udara menjadi lebih lama.

1.1.6  Pemeriksaan penunjang
1.      Laboratorium :
-        Pemeriksaan sputum      : eosinofilia dengan reaktivitas alergi, sputum jernih dan berbusa ( alergik), sputum kental dan putih / berserabut  (nonalergik)
-        Pemeriksaan AGD         : ph menurun (N7,35–7,45), PCO2 > 45mmHg, PO2 menurun (N 95-100mmHg)
2.      Foto dada     : selam periode akut menunjukkan hiperinflasi dan pendataran diafragma

1.1.7 Komplikasi
1). PK Pneumotorax.
2). PK Asidosis Respiratorik
3). PK Kegagalan Pernafasan

1.1.8 Penatalaksanaan
            1). Pencegahan terhadap pemajanan alergen
2). Pencegahan juga mencakup memantau ventilasi secara berkala terutama saat musim dingin
3). Anti-inflamasi sebagai permulaan serangan
4). Steroid inhalasi menghentikan proses peradangan
5). Agonis Beta untuk mendilatasi otot-otot polos bronkhial
6). Metilsantin mempunyai efek bronkhodilatasi/ menghilangkan spasme
7). Obat annti-kolinergik untuk mengurangi efek parasimpatis sehingga melemaskan otot-otot     polos bronkhiolus

1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1.Pengkajian
1.2.1.1 Anamnesa
1). Apa yang memicu serangan : infeksi saluran nafas, olahraga, allergen,   aspirin/ OAINS, atau udara dingin?
2). Bagaimana gejalanya : mengi, batuk, sesak nafas ?
3). Bagaimana respon terhadap terapi (inhaler, nebuliser, kortikosteroid)?
Riwayat Penyakit dahulu
1). Pernahkah pasien dirawat karena asma?
2). Apakah tidur pasien terganggu karena asma?
3). Bagaimana toleransi olahraga pasien pada umumnya?
Riwayat keluarga
1). Apakah ada riwayat asma dalam keluarga ?
Obat-obatan
1). Apa obat yang biasa dipakai/ diminum pada saat serangan asma?
2). Adakah obat yang mencetuskan serangan?
3). Apakah pasien merokok?
4). Apakah pasien memiliki alergi?
1.2.1.2 Pemeriksaan Fisik
            1). Apakah pasien sianosis?
            2). Adakah mengi?
            3). Adakah sputum/ kalau ada apa warnanya?
            4). Apakah sputum menyumbat?
   5). Data Subyektif :
-        Riwayat batuk dengan sputum Riwayat terpapar zat kimia : rokok.
-        Klien mengeluh mual dan muntah.
-        Nafsu makan berkurang.
-        Klien sering cepat lelah.
-        Susah tidur.
  6). Data Obyektif :
-        Nafas cepat dan dangkal
-        Bibir pucat.
-        Napas cuping hidung.
-        Ekspirasi memanjang.
-        Wheezing (bunyi napas).
-        HR meningkat
-        Insomnia.
-        Takikardi.
-        Distensi Vena Jugularis.
-        Warna kulit : sianosis, memerah..
1.2.2        Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukkan sekret di bronkus
   Batasan Karakteristik :
-        Klien susah bernapas.
-        Batuk berdahak.
-        Napas stidor.
-        RR > 24x / mnt, Nadi > 120x / mnt, Suhu normal / meningkat
-        Pernapasan cuping hidung.
-        Bernapas menggunakan otot-otot pernapasan tambahan.
-        Terdapat suara napas tambahan : wheezing, ronchi.
-        Akral dingin, pucat, cyanosis.
Tujuan Keperawatan : Jalan napas kembali efektif.
Kriteria Hasil :
-        Sesak, batuk, sputum berkurang sampai hilang.
-        Tidak terdapat suara napas tambahan.
-        Tanda Vital normal
-        Tidak menggunakan otot-otot pernapasan tambahan
Intervensi :
(1). Observasi bunyi napas / auskultasi adanya wheezing, ronchi.
R : Berapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas
   (2). Observasi sekresi / secret : jumlah, warna, konsistensi, bau.
R : Untuk mengetahui asma alergik/ nonalergik
(3). Ajarkan batuk efektif.
R : Agar pasien dapat mengeluarkan riak
(4). Lakukan hisap lendir dan hati-hati bila klien tidak mampu mengeluarkan lendir sendiri.
R : Untuk mlonggarkan pernafasan
(5). Anjurkan pasien untuk sering minum dan hangat
R : Untuk mengencerkan riak/ sekret
(6). Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian nebuliser
R : Untuk mengencerkan riak/ sekret
(7). Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi/ obat bronkhodilator
R : Merilekskan otot polos, menurunkan mengi dan produksi mukus

      2). Gangguan pola napas berhubungan dengan. adanya   bronkhospasme
         Batasan Karakteristik :
-        Perubahan tanda vital : takikardi.
-        Sesak napas.
-        Mengi/ wheezing.
-        Pernapasan mulut.
Tujuan Keperawatan : Gangguan pola napas dapat diatasi.
Kriteria Hasil :
-        Tanda-tanda Vital normal
-        Tidak ada mengi/wheezing.
-        Tidak sesak napas.
Intervensi :
(1). Observasi  tanda-tanda vital tiap 4 jam.
R : Untuk mengetahui perubahan tanda-tanda vital
(2). Monitor kedalaman dan frekuensi pernapasan.
R : Untuk evaluasi derajat distress
(3). Observasi kulit dan membran mukosa
R : Untuk mengetahui sianosis perifer ( pada kuku) dan sianosis sentral ( pada
      sekitar bibir)
(4). Atur posisi tidur semi fowler/ nyaman menurut pasien. 
R : Menurunkan tekanan diafragma dan melancarkan O2
(5). Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian O2
R : Memperbaiaki / mencegah memburuknya hipoksia

3). Cemas berhubungan dengan gangguan pertukaran gas
Batasan karakteristik :
-Klien gelisah
-Pernyataan adanya rasa takut dengan kematian.
Tujuan Keperawatan :
 Cemas dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
-Klien merasa tenang dan bisa menerima keadaannya.
-Pasien tampak rileks
Intervensi :
   (1).Jelaskan proses penyakit dan prosedur pengobatan sesuai tingkat pemahaman klien.
R : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan
(2). Anjurkan keluarga/ orang terdekat untuk selalu mendampingi klien.
R : Mengurangi ansietas pasien
(3). Dukung klien/ orang terdekat dalam menerima keadaan/ situasi yang dihadapi khususnya tahap penyembuhan yang lama.
  R : Mengurangi ansietas pasien/ keluarga
(4). Berikan tindakan kenyamanan
R : Memberi rasa nyaman dan mengurangi ansietas

4). Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang/ anoreksia
      Batasan Karakteristik :
-        Nafsu makan turun /klien tidak nafsu makan
-        BB menurun.
-        Mual/muntah.
-        Keadaan Umum lemah.
Tujuan Keperawatan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat
Kriteria Hasil :
-        Keadaan umum membaik.
-        Peningkatan BB secara berangsur-angsur.
-        Mual/muntah hilang.
-        Nafsu makan meningkat.
Intervensi :
(1). Observasi  kebiasaan diet pasien sebelum dan selama sakit.
R : Untuk mengetahui makanan yang disukai dan yang tidak disukai pasien
(2). Lakukan oral hygiene
R : Oral yang bersih meningkatkan nafsu makan
(3). Berikan makanan sedikit tapi sering.
R : memberikan asupan nutrisi yang cukup
  (4). Sajikan makanan dengan menarik
R : Untuk meningkatkan nafsu makan
(5). Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian makanan yang mudah dicerna.

R : Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk   kebutuhan metabolik diet

0 komentar:

Post a Comment