Tuesday, 7 May 2019

LP TEORI MOW

   No comments     
categories: , ,
MOW ( METODE OPERASI WANITA )


PENGERTIAN :
Suatu tindakan pembedahan terhadap saluran tuba dengan maksud mengakhiri kesuburan ( kehamilan)

JENIS :
  1. Mini Laparatomi
  2. Laparaskopi

MEKANISME KERJA :
Dengan mengoklusi tuba falopi ( mengikat, memotong atau memasang cincin ) sehingga sperma tidak dapat bertemu ovum.

INDIKASI :
  1. Wanita dengan usia kurang dari 26 tahun dan mempunyai anak hidup lebih dari 2 dan tidak menginginkan anak lagi.
  2. Wanita yang pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius.
  3. Paska persalinan atau paska abortus atau paska haid

KONTRA INDIKASI :
  1. Ada dugaan hamil.
  2. Ada perdarahan pervagina yang tidak diketahui penyebabnya.
  3. Adanya infeksi sistemik, penyakit jantung, radang genetalia, penyakit paru yang berat, peritonitis, pernah laparatomi lain dan adanya perlekatan hebat pada genetalia interna.
  4. Obesitas ( BB lebih dari 70 Kg )

SYARAT :
  1. Pasien sukarela atau memang menginginkan tutup hamil dan sudah paham akan prosedur yang akan dilakukan.
  2. Cukup anak dan tidak menginginkan hamil lagi.
  3. Ada persetujuan dari suami secara tertulis

KEUNTUNGAN :
  1. Sangat efektik ( 0.4 – 4 % dalam tahun pertama kehamilan }
  2. Permanen dan efek samping tidak ada.
  3. Tidak mempengaruhi ASI dan hubungan seksual.
  4. Pembedahan dapat dilakukan dengan anastesi lokal.

KELEMAHAN :
  1. Sulit dipulihkan kembali kecuali dengan operasi Rekanalisasi

MOW DILAKUKAN PADA SAAT :
  1. Setiap selama siklus menstruasi hari ke 6 -13 ( fase proliferasi ) dan pasti tidak hamil.
  2. Paska persalinan. Minilap dalam waktu 2 hari atau 6 – 12 minggu post partum.
  3. Laparaskopi : dengan alat laparascope melalui insisi kecil di bawah umbilikus.
  4. Pasca Abortus : Bersamaan dengan D&C atau 7 minggu setelahnya.
  5. Laparatomi : Bersamaan dengan SC, KET dan laparatomi lain

KOMPLIKASI :
  1. Infeksi pada daerah pembedahan maupun sampai pada peritonitis, haematom subcutan.
  2. Demam paska operasi.
  3. Emboli gas yang disebabkan karena Laparascopy.
  4. Perdarahan pada superfisial.
  5. Ferporasi rahim, perlukaan kandung kencing.
  6. Perlukaan usus, perdarahan mesosalphing


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MOW ( METODE OPERASI WANITA )

PENGKAJIAN :
  1. Data pengkajian meliputi riwayat anamnesis, pemeriksaan fisik dan data laboratorium.
  2. Perawat mengkaji motivasi wanita menjalani MOW dan membahas alternatif yang ada. Motivasi untuk menjalani sterilisasi elektif terdiri dari pilihan pribadi, alasan obstetri.harus dikaji juga.
  3. Informasi yang diberikan harus memuat berbagai prosedur, rasa nyeri yang akan dialami dan jenis perawatan yang akan diperlukan.

A. Perawatan Pra Operasi 
Meliputi  pengkajian kesehatan yang mencakup pengkajian Psikologi, pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium.
Perawat mebantu denagn mengkaji kesehatan, menjawab pertanyaan, dan memastikan pasien memahami instruksi tertulis yang diberikan.

B. Perawatan Pasca Operasi
Perawatan tergantung pada prosedur yang dilakukan, misalnya laparaskopi, laparastomi untuk oklusi tuba atau vasektomi. Perawatan umum meliputi pemulihan dari efek anestesi, pengukuran tanda – tanda vital, keseimbangan cairan dan elektrolit, pencegahan atau identifikasi dini serta pengobatan infeksi atau perdarahan, pengontrolan nyeri dan pemeriksaan respon emosional terhadap prosedur dan proses pemulihan.


DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Risiko konflik pengambilan keputusan yang berhubungan dengan alternatif kontrasepsi
  2. Rasa takut yang berhubungan dengan efek samping kontrasepsi
  3. Risiko tinggi perubahan pola seksual yang berhubunan dengan penggunaan metode kontrasepsi.
  4. Nyeri yang berhubungan dengan pemulihan pasca operasi setelah sterilisasi.


KASUS SEMU
Ny. D usia 25 tahun post operasi sterilisasi tanggal 6 september 2008. mengeluh rasa nyeri dan panas pada bekas operasi
Keadaan umum : Pasien lemah  dan wajah tampak menyeringai menahan sakit, pasien takut untuk mobilisasi
S : 38°C, P : 96 x/mnt, N : 24 x/mnt, TD : 140/ 90 mmHg
Hasil laboratorium : WBC : 15.1 mg / dl

Diagnosa Keperawatan :
Nyeri akut berhubungan dengan pemulihan paska operasi sterilisasi yang ditandai dengan pasien mengatakan rasa nyeri dan panas pada bekas operasi,skala nyeri 7, wajah pasien menyeringai menahan sakit, pasien takut untuk mobilisasi, P : 96 x/mnt, TD : 140/90 mmHg.

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam nyeri haling atau berkurang dengan criteria hasil :
  1. Wajah pasien rilex
  2. Pasien tidak takut untuk mobilisasi
  3. Tanda – tanda vital dalan batas normal P : 60 – 80 x/mnt, TD : 120/80 mmHg
  4. skala nyeri 3
Intervensi dan Rasional :
  1. Observasi tanda – tanda vital dan skala nyeri tiap 4 jam. R : merupakan indikasi adanya peningkatan nyeri
  2. Beri alterernatif tindakan kenyamanan misalnya mengusap area disamping daerah yang sakit. R : Meningkatkan sirkulasi umum dan menurunkan ketegangan otot
  3. Beri lingkungan yang tenang. R : Lingkungan yang tenang dapat membantu proses terapeutik emosional
  4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesik bila nyeri tidak teratasi. R : Menekan ambang batas rangsang nyeri
  5. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam. R : Menurunkan ketegangan otot
  6. Ajarkan teknik distraksi misalnya dengan mengalihkan perhatian pasien dengan cara mengajak mengobrol. R : Mengalihkan perhatian pasien pada daerah yang nyeri
Evaluasi :
S  : Pasien mengatakan nyeri sudah sedikit berkurang dengan skala nyeri 5
O : - Wajah pasien sedikit rilex
      -  P : 88x/ mnt
      -  TD : 130/80 mmHg
A : Tujuan tercapai sebagian
P  : Intervensi 1-6 lanjutkan



DAFTAR PUSTAKA

Wijayarini,A.( 2004 ). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Doengoes, ( 2000 ). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. ( 2006 ).Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC


LP TEORI PERAWATAN PAYUDARA

   No comments     
categories: , ,
MATERI
PERAWATAN PAYUDARA

1.         Konsep tentang Payudara Selama Kehamilan

Pembesaran, peningkatan sensitivitas, padat dan dada terasa padat merupakan tanda awal dari  kehamilan, sebagai respon dari terhadap peningkatan estrogen dan progesteron.  Tanda diatas merupakan tanda presumtif dari kehamilan.  Tarjadinya  perubahan sensitivitas berkisar dari rasa tegang hingga nyeri.  Puting dan areola menjadi hiperpigmentasi  dan puting  menjadi lebih tegang dan menonjol (Lowdermilk, 1995 hal 193). Pembesaran dari kelenjar sebaseus  terbanyak di daerah areola yang disebut dengan Montgomery’s tubercles. Yang melingkar  disekitar areola.  Kelenjar ini mempertahankan puting tetap basah sebagai lubrikasi selama minum ASI.  Kelembutan dari nipple akan terancam jika puting susu dibersihkan dengan sabun.

Selama kehamilan trimester kedua hingga ketiga  perkembangan kelenjar mama akan progresiif yang menyebabkan payudara membesar  lebih cepat. Kadar hormon  luteal dan  plasenta  akan  terjadinya proliferasi dari kelenjar ductus lactiferus dan jaringan lobus alveoral. Sehingga pada palpasi payudara secara umum ditemukan nodul yang agak keras. Pengembangan jaringan connective  menyebabkan terjadinya jaringan menjadi lembut dan  longgar.  Meskipun  perkembangan mamae sudah sempurna pada pertengahan masa kehamilan, namun laktasi  tetap terhambat hingga penurunan kadar estrogen pada saat menjelang kelahiran. Pada saat itu akan dijumpai  kondisi mamae yang kulitnya tipis, tranparan, dan mengeluarkan materi yang agak kental ( pre kolestrum ). Prekolstrum ini sudah bisa  ditemukan dalam sel asini  pada bulan ketiga dari kehamilan.

Colestrum merupakan cairan yang berwarna putih kekuningan dan oranye yang merupakan bentuk mula dari ASI.

2.         Pengertian Perawatan Payudara

Perawatan payudara adalah suatu  kegiatan yang dilakukan secara sadar dan teratur untuk memeliharan kesehatan  payudara waktu hamil dengan tujuan untuk mempersiapkan laktasi pada waktu post partum

3.         Manfaat Perawatan Payudara Selama Hamil

Perawatan payudara hendaknya dilakukan sedini mungkin selama kehamilan dalam upaya mempersiapkan bentuk dan fungsi payudara  sebelum terjadi laktas. Jika  persipan kurang dapat terjadi gangguan penghisapan pada bayi akibat ukuran puting yang kecil atau mendelep. Akibat lain bisa terjadi produksi Asi akan terlambat serta kondisi kebersihan payudara ibu tidak terjamin sehingga dapat membahayakan kesehatan bayi. Dipihak ibu, akibat perawatan yang kurang pada saat persalinan ibu belum siap menyusui sehingga jika bayi disusukan  ibu akan merasakan geli atau perih pada payudaranya.

4.         Akibat jika tidak dilakukan perawatan payudara

Berbagai dampak negatif dapat tibul jika tidak dilakukan perawatan payudara sedini mungkin. Dampak tersebut meliputi :
  1. Puting susu mendelep
  2. Anak susah menyusui
  3. ASI lama keluar
  4. Produksi ASI  terbatas
  5. Pembengkakan pada payudara
  6. Payudara meradang
  7. Payudara kotor
  8. Ibu belum siap menyusui
  9.  Kulit payudara terutama puting akan mudah lecet

5.         Persiapan untuk perawatan payudara selama hamil.

    1. .Persipan Alat :
    2. Minyak kelapa .
   3.  Kapas
   4. Handuk.
   5. Waslap.
   6. Air dalam kom .

6.         Cara perawatan payudara:

    1.  Kompres puting susu dengan kapas minyak 2 menit untuk  melemaskan sekaligus mengangkat kotoran pada puting susu
    2.  Bersihkan  saluran air susu pada puting susu dengan kapas lembab.
    3. Tarik puting kedua puting susu bersama-sama,dan putar kedalam kemudian keluar sebanyak 20 kali .
            4. Untuk puting susu datar atau masuk kedalam dengan jari telunjuk dan ibu jari mengurut daerah sekitar puting susu kearah berlawanan merata.
            5. Basahi kedua telapak tangan dengan minyak , tarik kedua putting susu bersama-sama dan putar kedalam kemudian keluar sebanyak 20 kali.

            6. Puting susu dirangsang dengan ujung waslap handuk kering yang digerakkan keatas dan kebawah.

LP TEORI METABOLISME PURIN PIRIMIDIN

   No comments     
categories: , ,
BAB 1
METABOLISME PURIN PIRIMIDIN

PENDAHULUAN
          Senyawa purin & pirimidin banyak didapatkan pada DNA/RNA & koenzim. Yang termasuk golongan purin : adenin, guanin, xantin, hipoxantin. Yang termasuk golongan pirimidin : sitosin, timin, urasil. Golongan mamalia untuk sintesis senyawa purin / pirimidin bersifat “prototrophic”, artinya :

  1. Dapat mensintesis purin, pirimidin dan nukleotida sendiri
  2. Tidak tergantung dari sumber lain
  3. Tidak tergantung absorbsi bahan-bahan nukleotida di saluran pence
naan makanan.
Nukleotida yg berasal dari makanan diperoleh dalam bentuk Nukleoprotein   dan oleh enzim proteolitik bagian proteinnya dipisah sehingga menjadi Asam Nukleat (proses ini terjadi di usus). Kemudian asam nukleat   oleh enzim-enzim DNAase/RNAase yang berasal dari getah pankreasakan dihidrolisis menjadi Polinukleotida. Selanjutnya Polinukleotida dipotong oleh enzim  polinukleotidase/fosfoesterase  menjadi Mononukleotida. Enzim fosfatase akan membuang gugus fosfat pada nukleotida sehingga menjadi nukleosida.                Nukleosida selanjutnya dipecah menjadi basa purin / pirimidin. Untuk basa purin akan dikatabolisme menjadi asam urat yang diekskresikan melalui urin.
Pada manusia intake asam nukleat akan diubah menjadi asam urat tanpa diikatkan dengan asam nukleat tubuh. Artinya : basa purin/pirimidin makanan         bukan sebagai prazat/precursor langsung dari asam nukleat jaringan. Bila diberi p-enteral basa ini diikatkan pada DNA .

                      BASA NITROGEN DAN SENYAWANYA

Basa Purin
Nukleosida
Nukleotida
Adenin
Adenosin
Deoksiadenosin
As Adenilat
As Deoksiadenilat
Guanin
Guanosin
Deoksiguanosin
As Guanilat
As Deoksiguanilat
Hipoxantin
Inosin
Deoksiinosin
As Inosinat
As Deoksiinosinat
Xantin
Xantosin
As Xanthinilat
   
Basa Pirimidin
Nukleosida
Nukleotida
Sitosin
Sitidin
Deoksisitidin
As Sitidilat
As Deoksisitidilat
Timin
Timidin
As Timidilat
Urasil
Uridin
Pseudouridilat
As Uridilat
As Pseudouridilat


BIOSINTESIS PURIN
  1. Sintesis denovo purin
        Fungsi : untuk menyediakan senyawa purin
                     untuk pembentukan ATP
                     untuk sintesis DNA dan RNA
Reaksinya :
PRPP + Glutamin + Glisin + Formil-THF + Aspartat + CO2 + ATP             Nukleo
tida (IMP, AMP, GMP)                                                                                

  
 2. Purin Salvage Pathway
    Jalur ini merupakan jalur untuk menyelamatkan basa purin bebas atau nukleosida purin hasil degradasi nukleotida purin tubuh menjadi nukleotida purin melalui mekanisme :
  1. Fosforibosilasi basa purin bebas
  2. Fosforilasi nukleosida purin
Dengan jalur ini, maka sintesis denovo dapat dihambat. Pada manusia, ada 2 enzim yang mengfosforibosilasi basa purin bebas yaitu :
  1. Adenin fosforibosil transferase (APRTase)
  2. Hipoxantin-Guanin fosforibosil transferase (HGPRTase)
Proses fosforibosilasi HGPRT lebih aktif.


3. Perubahan ribosa-nukleosida difosfat menjadi deoksiribosa-nukleosida difosfat
Proses ini memerlukan  protein Tioredoksin dengan bantuan enzim Tioredoksin reduktase dan reduktor : NADPH. Proses ini terdapat dalam sel saat sel aktif mensintesis DNA dan saat pembelahan.

                
BIOSINTESIS PIRIMIDIN
1. Sintesis De Novo pirimidin

2. Mamalia tdk dpt mengubah basa pirimidin bebas, tapi mengubah nukleosida pirimidin menjadi nukleotida pirimidin.


                                  
Hasil akhir katabolisme purin pada manusia berupa asam urat. Pada primata rendah, asam urat diubah menjadi alantoin dengan bantuan enzim urikase, sedangkan golongan amfibi, burung dan reptil tidak memiliki enzim urikase sehingga hasil katabolisme purin diekskresikan sebagai asam urat dan  guanin.
         
Pada manusia, 18-20 % asam urat tidak diekskresi melalui urin tetapi bereaksi dengan CO2 dan NH3 kemudian masuk ke empedu untuk selanjutnya disekresikan ke usus dan dipecah flora usus. Sisanya dal;am bentuk Na urat akan difiltrasi oleh glomerulus kemudian direabsorbsi dan disekresi pada tubulus proximalis dan loop of Henle, dan terakhir direabsorbsi pada bagian tubulus distalis sehingga akan diekskresikan bersama urin. Total ekskresi asam urat : 400-600 mg as urat/24 jam.

HIPERURIKEMIA
Hiperurikemia adalah kadar asam urat yang tinggi dalam darah. Bentuk senyawa urat sangat dipengaruhi oleh pH larutan sekitar yaitu :
  1. pH < 5,75 sebagai asam urat
  2. pH = 5,75 , jumlah as urat dan Na urat seimbang
  3. pH > 5,75, sbg Na urat
Kelarutan asam urat di dalam plasma 1/17 dari kelarutan Na urat. Asam urat yang tinggi dalam darah akan menumpuk di persendian menyebabkan “acute gouty arthritis”, bila kronis dapat menyebabkan kerusakan sendi.


KATABOLISME PIRIMIDIN

Katabolisme pirimidin terjadi di hati menghasilkan Beta alanin berasal dari sitosin dan urasil, sedangakan dari timin menghasilkan Beta amino isobutirat. Kedua senyawa tersebut merupakan senyawa yang larut dalam air sehingga mudah diekskresikan. Ekskresi kedua senyawa tersebut meningkat bila terjadi Leukemia dan Irradiasi sinar X.

LP TEORI PREMATUR

   No comments     
categories: , , , ,
BAB 1
TINJAUAN TEORI
PREMATURITAS


1.1  Tinjauan Medis
1.1.1        Pengertian
Prematur adalah bayi yang dilahirkan pada minggu ke 37 usia kehamilan dengan berat badan < 2500 gram (Mochtar, 1998; 132).
Persalinan preterm atau prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan 20-37 minggu (Mansjoer, 2001).
Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan pada minggu ke 37 usia kehamilan (Barbara G dan Christine H).
Janin yang dilahirkan prematur mulai mempunyai kemungkinan hidup sejak masa gestasi 26-28 minggu, dengan berat badan 800-1000 gr dan panjang badan 33-35 cm. Umumnya bayi prematur akan mengalami kesulitan tumbuh kembang karena belum matangnya fungsi metabolisme ginjal, hati, imunologik dan hematologik (Markum, 1991).

1.1.2        Etiologi
Menurut besarnya penyebab kelahiran prematur dapat dibagi :
1.1.2.1  Faktor Janin
1)      Kehamilan ganda
2)      Hidramnion
3)      Kelainan congenital seperti hidrocephal, anencephaly dan lain-lain.       
1.1.2.2  Faktor Ibu
1)      Usia
Angka kejadian preamturitas tertinggi adalah pada usia ibu < 20 tahun dan pada multi gravida yang jarak antar kehamilannya terlalu dekat
2)      Penyakit
Penyakit yang berhubungan dengan kehamilan misalnya toksemia, gravidarum perdarahan ante partum, trauma fisis dan psikologis.
3)      Keadaan Sosial Ekonomi
Kejadian tertinggi terdapat pada golongan social ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.
1.1.2.3  Faktor Lain
1)      Organ amnion : KPD dan infeksi intraamnion
2)      Plasenta : Solusio Plasenta dan plasenta previa
3)      Servik : inkompedensia servik dan servisitor 

1.1.3        Fisiologi
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup di dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan imatur adalah persalinan saat kehamilan 20 – 28 minggu dengan berat janin antara 500-1000 gr. Persalinan prematur adalah persalinan yang berawal sebelum kehamilan, mencapai usia 37 minggu dengan berat janin antara 1000-2500 gr. Bayi premature bertubuh lebih kecil dibandingkan bayi cukup bulan. Walaupun bayi preamtur kecil namun sang ibu tidak seolah melahirkan, secara lebih cepat, lebih gampang atau dengan rasa nyeri yang lebih ringan dibandingkan ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Pada tiap persalinan ada 3 faktor yang perlu diperhatikan, yaitu jalan lahir (tulang dan jaringan lunak pada panggul ibu), janin dan kekuatan ibu. Proses persalinan dibagi menjadi 4 kala :

1)      Kala I : Kala pembukaan serviks
Ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah, karena servik mulai membuka dan mendatar, kala pembukaan dibagi atas 2 fase ;
(1)   Fase laten dari pembukaan 0-3 cm (> 8 jam)
(2)   Fase aktif dibagi menjadi 3 bagian
a.       Fase afselerasi : 3-4 cm (2 jam)
b.      Fase dilaktasi maksimal : 4-8 jam (1-2 jam)
c.       Fase peselerasi : 9-10 cm (1 ½ - 2 jam)

2)      Kala II : Kala pengeluaran
Kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruangan panggul yang secara reflektosin menimbulkan masa mengedon, ibu merasa seperti ingin buang air besar, karena tekanan pada rektum dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan vulva membuka dan perineum meregang dengan his mengedon yang terpimpin akan lahirkan kepala diikuti seluruh badan bayi.

3)      Kala III : Kala uri
Setelah bayi lahir kontraksi rahim beristirahat sebentar. Literatur teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian datang pelepasan dan pengeluaran plasenta. Dengan waktu 10-15 menit seluruh plasenta terlepas di dorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan di atas symphysis atau fundus uteri seluruh proses biasanya berlangsung 5-10 menit setelah bayi lahir, pergerakan plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 10-20 cc
4)      Kala IV : Hingga satu jam setelah placenta lahir
Masa dua jam setelah persalinan, masa ini untuk melakukan observasi karena sering terjadi perdarahan 2 jam pertama setelah persalinan. Hal-hal yang perlu diobservasi adalah :
1)      Keadaan umum ibu
2)      Tanda-tanda vital
3)      Kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
4)  Jumlah perdarahan. Selama persalinan perdarahan yang normal tidak lebih dari 400 cc (Mochtar Rustam, 1999; 103).

1.1.4        Patofisiologi

Persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor atau minor. Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat pyellonefritis, merokok lebih dari 10 batang per hari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali. Faktor risiko mayor ialah kehamilan multiple, hidromnion, anomaly uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm, pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar atau memendek, kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 x, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi kontrasi dan iritabilitas uterus. Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 ataulebih faktor risiko mayor atau bila ada 2 atau lebih faktor risiko minor atau bila ditemukan keduanya. 

1.1.1        Manifestasi Klinis Prematur
1)      Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram
2)      Panjang badan sama dengan atau kurang dari 45 cm
3)      Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
4)      Kuku panjangnya belum melewati ujung jari
5)      Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas
6)      Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
7)      Rambut lanugo masih banyak terutama daerah kuduk dan kuping
8)      Jaringan lemak sub kutan tipis atau kurang
9)    Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
10)  Tumit mengkilap, telapak kaki halus
11)  Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannnya lemah
12)  Fungsi syaraf
13)  Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada scrotum testis belum turun ke dalam scrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labio minora belum tertutup oleh labia mayora

1.1.2        Pemeriksaan Penunjang
1)      Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis
2)      Urinalisis, mendeteksi abnormalities, cedera ginjal
3)      Ultrasonografi mendeteksi ada dan beratnya hemoragi intraventrikular
4)      Gas Darah Arteri (GDA)
5)      Amniosentesis untuk melihat kematangan beberapa organ janin seperti rasi lesitin stingomelin, surfaktan dan lain-lain

1.1.3        Penatalaksanaan
1)      Umum
Perawatan dilakukan seperti bayi cukup bulan. Semula premature harus diberi satu suntikan vit K 1 mg intramuscular
2)      Pencegahan terhadap infeksi
Seluruh staff yang menderita infeksi harus dijauhkan dari unit premature
3)      Istirahat
Bayi prematur harus istirahat di tempat tidur sebanyak mungkin
4)      Kehangatan dan Kelembaban
Bayi prematur harus memakai pakaian longgar, terbuka dan dihangatkan dengan 2-4 botol air panas dan seluruh ruangan bayi premature dapat dipanaskan atau dilembabkan.
5)      Makanan pertama diberikan 4 cc air steril atau larutan glukosa untuk memeriksa reflek menelan. Bila tidak ada kelainan diberikan rata-rata 15cc ASI yang diperas.
Dalam perawatan prematur yang perlu diperhatikan yakni :
1)      Memberikan makanan dan minuman yang teliti
2)      Mengamati pernapasan dan menolongnya apabila diperlukan
3)      Memberi lingkungan yang baik
4)      Mencegah terjadinya peradangan
Lingkungan yang baik dapat diusahakan dengan :
Merawat dalam incubator, inkubator buatan sendiri suatu peti dari kasa yang tutupnya dapat dibuka, dilengkapi dengan tanki zat asam dan salurannya. Bila tidak ada listrik penghangat memakai buli-buli panas yakni botol di isi dengan air panas, botol dibungkus dengan lain dan diletakkan dekat bayi tidak boleh menempel pada bayi, sebab dapat terjadi luka bakar, air panas diganti tiap 3 jam, untuk mengamati suhu incubator perlu dipasang thermometer dan lampu pijar 25-40 watt untuk penghangat.
Mencegah keradangan
Bayi prematur sangat peka terhadap keradangan, perawatannya harus disendirikan, tidak boleh satu ruangan dengan bayi lain.
1)      Memakai masker
2)      Makanan yang diberikan harus bebas hama
3)      Sebelum merawat bayi tangan harus di cuci dengan sabun
4)      Memakai baju yang bersih

Memberi minum :
Bayi prematur sangat lemah, tidak suka mengisap, ingin tidur saja dan refleks batuk tidak ada sehingga mudah tersedak. Pemberian minum harus hati-hati dan sabar tetapi harus memberi minuman sesuai dengan kebutuhannya. Jumlah minuman di perhitungkan untuk keperluan sehari-hari. Bayi kecil diberikan minum 10 x sehari dan yang lebih besar 8 x/hari.

Pemberian minum bayi prematur
Bayi prematur membutuhkan minuman yang cukup sehingga ia dapat lekas sembuh mengejar kekurangannya.tetapi keadaan lambung tidak mengizinkan, ia sering muntah dan juga sering mencret. Di samping itu juga malas minum. Jadi harus sabar. Apabila ia ternyata tidak dapat menghabiskan jatahnya kurangi jumlahnya tetapi beri lebih sering sehingga jumlah total tidak kurang.

Tabel pemberian minum bayi prematur
Usia
< 1400 gr
1400 gr – 1800 gr
> 1800 gr
Hari 1
Hari 2
Hari 3
Hari 4
Hari 5
Hari 6
Hari 7
Hari 8
Hari 9
Hari 10
8 x 4 cc
8 x 8 cc
8 x 12 cc
8 x 16 cc
8 x 20 cc
8 x 24 cc
8 x 28 cc
8 x 32 cc
8 x 36 cc
8 x 40 cc
8 x 6 cc
8 x 12 cc
8 x 18 cc
8 x 24 cc
8 x 30 cc
8 x 36 cc
8 x 42 cc
8 x 48 cc
8 x 54 cc
8 x 60 cc
8 x 8 cc
8 x 16 cc
8 x 24 cc
8 x 32 cc
8 x 40 cc
8 x 48 cc
8 x 56 cc
8 x 64 cc
8 x 72 cc
8 x 80 cc
Bila bayi terlalu lemah untuk minum sendiri berikan minumannya dengan penetes atau dengan sonde hidung.
Cara memberi minum dengan penetesan :
Ukur minuman yang akan diberikan, tinggikan kepala bayi dengan tangan kiri belakang kepala, penekanan dengan takanan setetes, selesai di tahan beberapa menit bayi ditidurkan miring
Cara memberi minum dengan sonde hidung :
1)   Memeriksa apakah ujung kateter masuk lambung. Suntikkan udara sebanyak 3 cc dari semprit, dengarlah di atas lambung dengan stetoskop dan akan terdengar suara kruk
2)      Merekatkan kateter dengan plester pada muka bayi
3)      Memasukkan minuman dengan spuit tanpa menggunakan pengisap
4)      Menentukan besar kateter yang akan dimasukkan
5)      Mengukur panjang kateter yang akan dimasukkan dari pangkal hidung ke ujung tulang dada memberi tanda pada plester
6)      Memasukkan kateter melalui hidung ke dalam lambung
7)      Memeriksa apakah ujung kateter hidung ke dalam lambung.
Untuk menghindari muntah pertahankan bayi dalam sikap setengah duduk selama 5 menit, kemudian tidurkan miring.
Minuman bayi prematur
Pilihan utama ASI dari ibunya bila tak keluar dari ibu lain yang berlimpah atau gunakan minuman buatan
Pengenceran sebagai berikut
3 hari pertama encerkan 5 % (5 gram dalam 100 cc) bila baik tingkatkan 7½ % selama 3 hari kalau baik selama 3 hari jadi 10 %dan selanjutnya menjadi 12.5 %

1.2  Konsep Inkubator
1.2.1        Pengertian Inkubator
Inkubator adalah lemari logam yang berdiri di atas roda. Inkubator dapat dimasuki dari dua arah yang dilengkapi dengan kipas angin sederhana, sistem pemans dan panel pengontrol. Dan juga dalam inkubator terdapat beberapa lubang pintu yang dapat dilalui bayi sehingga tidak banyak mengakibatkan hilangnya panas dan zat asam. Di sekitar pintu terdapat lubang-lubang kecil yang berfungsi sebagai jalan masuk pipa, kabel, alat pemantau di dalam inkubator (Barbara Glover dan Christine Hodson, 1995; 63).

1.2.2        Cara Menggunakan Inkubator
Melakukan perawatan bayi dalam inkubator merupakan cara memberikan asuhan keperawatan. Bayi dimasukkan ke dalam alat yang berfungsi membantu terciptanya suhu lingkungan yang cukup dengan suhu normal. Dengan penatalaksanaan perawatan di dalam inkubator terdapat dua cara yaitu dengan cara tertutup dan terbuka.
1)      Inkubator Terbuka :
(1)  Pemberian inkubator terbuka dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian perawatan pada bayi
(2)   Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu normal dan kehangatan
(3)    Membungkus dengan selimut hangat
(4)    Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah aliran udara
(5)    Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala
(6)    Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan berat bahan bayi.

2)      Inkubator Tertutup :
(1)   Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka apabila dalam keadaan tertentu seperti anpea dan apabila membuka inkubator usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen selalu tersedia.
(2)    Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung
(3)    Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk memudahkan observasi
(4)    Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh
(5)    Pengaturan oksigen selalu diobservasi
(6)    Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu 27 o C.

1.2.3        Pengaturan Suhu Inkubator
Berat Badan Lahir (gram)
0 – 24 jam
( 0 C )
2 – 3 hari
( 0 C )
4 – 7 hari
( 0 C )
8 hari
( 0 C )
1500
34 – 36
33 – 35
33 – 34
32 – 33
1501 – 2000
33 – 34
33
32 – 33
32
2001 – 2500
33
32 – 33
32
32
> 2500
32 – 33
32
31 – 32
32

Keterangan :
Apabila suhu kamar 28 – 29 derajat celcius hendaknya diturunkan 1 derajat celcius setiap minggu dan apabila berat badan bayi sudah mencapai 2000 gram bayi boleh dirawat di luar inkubator dengan suhu 27 derajat celcius.

1.3  Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.3.1        Pengkajian
1.3.1.1  Anamnesa
1)      Kaji adanya riwayat faktor-faktor resiko si ibu
Umur di bawah 16 tahun atau di atas 35 tahun dan latar belakang pendidikan rendah, kehamilan kembar, status ekonomi yang rendah, tidak adanya perawatan kehamilan dan rendahnya gizi, konsultasi genetik yang pernah dilakukan kelahiran prematur sebelumnya dan jarak kehamilan yang berdekatan, infeksi seperti TORCH atau penyakit hubungan seksual lain, keadaan seperti toksemia absuptio placenta, placenta previa dan prolapsus tali pusat, konsumsi kafein, rokok, akohol dan obat-obatan, golongan darah, faktor Rh.
2)   Umur kehamilan biasanya antara 24-37 minggu, rendahnya BB pada saat kelahiran SGA atau terlalu besar dibanding umur kehamilan, berat biasanya kurang dari 2500 gr, kurus, lapisan lemak sub kutan sedikit atau tidak ada, kepala relative lebih besar dibanding badan, 3 cm lebih lebar dibanding lebar
dada, kelainan fisik yang mungkin terlihat, nilai Apgar pada1-5 menit, 0-3 menunjukkan kegawatan parah, 4-6 kegawatan sedang 7-10 normal

1.3.1.2  Pemeriksaan Fisik
1)      Sirkulasi
Nadi apical mungkin cepat atau tidak teratur dalam batas normal (80-160 dpm) jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktus arterior paten (PDA)
2)      Makanan atau cairan
Berat badan kurang dari 2500 gr (51687)
3)      Neurosensori
(1)   Tubuh panjang , kurus, lemas dengan perut agak gendut
(2)   Ukuran kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakkan fontanel mungkin besar atau terbuka lebar
(3)   Dapat mendemonstrasikan kedutan atau mata berputar
(4)   Edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin merapat (tergantung pada umur gestasi)
(5)   Reflek tergantung pada usia gestasi, rooting terjadi dengan baik pada gestasi minggu 32 minggu koordinasi refleks untuk menghisap, menelan dan bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32
(6)   Komponen pertama dari refleks Moro (distensi lateral dari ekstremitas atas  orang membuka tangan) sampai pada gestasi minggu ke 28, komponen kedua (fleksi anteria dan menangis dapat didengar) tampak pada umur gestasi minggu ke 32
(7)   Pemeriksaan dubwitz menandakan usia gestasi minggu 24 + 37
4)      Pernapasan
(1) Skor apgar mungkin rendah, pernapasan mungkin dangkal, tidak teratur, pernafasan diafragmatik intermiten dan periodik (40-60 /mnt)
(2)   Menggorok, pernafasan cuping hidung, retraksi supra sternal atau susbternal atau berbagai derajat cyanosis mungkin ada
(3)   Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi, menandakan sindrom distress pernapasan (RDS)
5)      Keamanan
(1)   Suhu berfluktuasi dengan mudah, menangis mungkin lemah, wajah mungkin memar, mungkin ada kaput suksedaneum
(2)   Kulit kemerahan atau tembus pandang, warna merah muda atau kebiruan, aksosianosis atau sianosis pucat
(3)   Lanugo terdistribusi secara luas di seluruh tubuh, ekstremitas mungkin edema, garis telapak kaki mungkin tidak ada pada semua sebagian telapak, kuku mungkin pendek
6)      Seksualitas
(1)   Persalinan atau kelahiran mungkin tergesa-gesa
(2)   Genetalia labia minor wanita mungkin lebih besar dari labioa mayor dengan klitoris menonjol, testis pria mungkin belum turun, rugae mungkin banyak atau tidak ada pada scrotum

1.3.2        Rencana Asuhan Keperawatan
1.3.2.1  Diagnosa Keperawatan 1
Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan kekebalan tubuh
1)      Data Penunjang
Terdapat tanda-tanda infeksi seperti kalor, dolor, rubor, tumor dan fungsiolesa
2)      Kriteria hasil
(1)    Pasien bebas dari tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolesa)
(2)    Orang tua akan mengidentifikasi faktor yang tepat
3)      Tindakan Keperawatan
(1)    Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi
R :  Meminimalkan introduksi bakteri dan penyebaran infeksi
(2)    Observasi bayi terhadap abnormalitas kulit (misal : lepuh, pethiciae, pustule, pucat)
R :  Abnormaliotas ini mungkin merupakan tanda-tanda infeksi
(3)    Pakai sarung tangan saat bersentuhan dengan secret
R :  Membantu mencegah kontaminasi silang terhadap bayi
(4)    Jauhkan bayi dari sumber infeksi
R :  Mencegah terjadi penularan infeksi pada bayi
(5)    Lakukan perawatan tali pusat secara aseptik dan mempertahankan tetap bersih dan kering
R :  Menjaga tidak terjadi infeksi

1.3.2.2  Diagnosa Keperawatan no. 2
 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan reflek menelan yang masih lemah.
1)      Batasan Karakteristik
Mayor (harus terdapat)
Seseorang yang mengalami puasa dilaporkan atau mempunyai ketidakcukupan masukan makanan, kurang dari yang dianjurkan sehari-hari (RDA) dengan atau tanpa terjadinya penurunan berat badan dan atau kebutuhan metabolic actual atau potensial pada kelebihan masukan terhadap penurunan berat badan
Minor (mungkin terdapat)
(1)    Berat badan 10% - 20% di bawah normal dan tinggi serta kerangka tubuh di bawah ideal
(2)    Lipatan kulit trisep, lingkar lengan tengah dan lingkar otot
(3)    Pertengahan lengan kurang 60% dan ukuran standar
(4)    Kelemahan dan nyeri tekan otot
(5)    Mudah tersinggung dan bingung
(6)    Penurunan albumin serum
(7)    Penurunan transferin atau kapasitas pengikat zat besi
2)      Tujuan
Meningkatkan dan menjaga asupan kalori dan status gizi bayi
3)      Kriteria hasil :
Bayi akan :
(1)    Menerima nutrisi yang adekuat untuk pertumbuhan sesuai dengan umur dan kebutuhan
(2) Mendemonstrasikan peningkatan ketrampilan dalam cara makan yang sesuai dengan kemampuan perkembangannya
4)      Implementasi dan rasional
(1)    Mulai pemberian makan sementara dengan menggunakan selang sesuai indikasi
R :   Pemberian makan perselang mungkin perlu untuk memberikan nutrisi adekuat pada bayi yang telah mengalami koordinasi, menghisap yang buruk dan reflek menelan atau yang menjadi lelah selama pemberian makan
(2)    Masukkan ASI atau formula dengan perlahan selama 10 menit pada kecepatan 1 ml/mnt
R : Pemasukan makanan ke dalam lambung yang terlalu cepat dapat menyebabkan respons balik cepat dengan regurgitasi peningkatan resiko aspirasi dan distensi abdomen, semua ini menurunkan status pernafasan
(3)    Pertahankan termonetral lingkungan dan oksigenasi jaringan dengan tepat. Gangguan pada bayi harus seminimal mungkin
R : Stress dingin hypoxia, dan penanganan yang berlebih meningkatkan laju metabolisme dan kebutuhan kalori bayi, kemungkinan memperlambar pertumbuhan dan  peningkatan berat badan
(4)    Catat pertumbuhan dengan membuat pengukuran BB setiap hari dan setiap minggu dari panjang badan dan lingkar kepala
R : Pertumbuhan dan peningkatan BB adalah kriteria untuk penentuan kebutuhan kalori untuk menyesuaikan formula dan untuk menentukan frekuensi pemberian makan. Pertumbuhan mendorong  peningkatan kebutuhan kalori dan kebutuhan energi
(5)    Beri makan sesering mungkin sesuai indikasi berdasarkan BB bayi dan perkiraan kapasitas lambung
R : Bayi kurang dari 1250 gr (2 bl 12 OZ) diberi makan setiap jam, bayi antara 1500 dan 1800 (3 bulan OZ sampai 4 bl) diberi makan setiap 3 jam 
1.3.2.3  Diagnosa Keperawatan 3
Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan dan keterbatasan perkembangan otot
1)      Batasan karakteristik
Mayor (harus terdapat)
Perubahan frekuensi pernafasan atau pola pernafasan (dari biasanya), perubahan nadi (frekuensi, irama dan kualitas)
Minor (mungkin terdapat)
(1)    Ortopnea
(2)    Takipnea, hiperpnea, hiperventilasi
(3)    Irama pernafasan tidak teratur
(4)    Pernafasan yang berat
2)      Tujuan
Mempertahankan pola pernafasan periodic (periode apneils berakhir 5-10 detik diikuti dengan periode pendek ventilasi cepat) dengan membrane mukosa merah muda dan frekuensi jantung DBN
3)      Kriteria hasil :
Bayi akan :
(1)    Menunjukkan frekuensi pernafasan yang efektif
(2)    Menunjukkan gejala berkurang
4)      Implementasi dan rasional
(1)    Observasi frekuensi pernafasan dan pola pernafasan  perhatikan adanya apnea dan perubahan frekuensi jantung, tonus otot dan warna kulit berkenaan dengan prosedur atau perawatan
R : Membantu dalam membedakan periode perputaran pernafasan normal dan serangan apneik sejati, yang termasuk sering terjadi sebelum gestasi minggu ke 30
(2)    Berikan O2 sesuai indikasi (rujuk ke DK : pertukaran gas kerusakan)
R :  Perbaikan kadar O2 dan karbondioksida dapat meningkatkan fungsi pernafasan
(3)    Posisikan bayi pada abdomen atau posisi terlentang dengan gulungan popok di bawah bahu untuk menghasilkan sedikit hiper ekstem
R : Posisi ini dapat memudahkan pernapasan dan menurunkan episoide apnea, khususnya adanya hypoxia, asidosis metabolic atau hiperkapnea
(4)    Berikan rangsang taktil yang segera misal : gosok punggung  bayi bila terjadi apnea. Perhatikan adanya sianosis, bradikardi atau hipotensi
R :  Merangsang SSP untuk meningkatkan gerakan tubuh dan kembalinya pernafasan spontan. Kadang-kadang bayi mengalami kejadian apnea lebih sedikit atau tak ada bradikardia bila orang tua menyentuh bicara pada mereka.
(5)    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti biotic, aminophilin
R : Mengatasi infeksi pernafasan atau sepsis dan dapat meningkatkan aktivitas pusat pernafasan dan menurunkan, sensitivitas terhadap karbondioksida, menurunkan frekuensi apnea

1.3.2.4  Diagnosa Keperawatan No. 4
Risiko tinggi hipotermia dan hipertermia  berhubungan dengan sistem pengaturan suhu tubuh yang belum matang
1)      Batasan karakteristik
Mayor (80% - 100%)
Hipotermia :
(1)   Penurunan suhu tubuh di bawah 35.50 C (960 F) per rectal
(2)   Kulit dingin
(3)   Pucat (sedang)
(4)   Menggigil (ringan)
Hipertermia
(1)   Suhu lebih tinggi dari 37,80  C (1000 F) per oral atau 38,8 0 C (1010 F) per rektal
Minor (50% - 79%)
Hipotermia
(1)   Kebingungan mental atau mengantuk atau gelisah
(2)   Nadi dan pernafasan menurun
(3)   Kakeksia atau malnutrisi
Hipertermia
(1)   Kulit kemerahan
(2)   Hangat pada sentuhan
(3)   Peningkatan frekuensi pernafasan
(4)   Takikardia
(5)   Menggigil atau merinding
(6)   Dehidrasi
2)      Tujuan
Menjaga suhu tubuh dalam batas normal yaitu 36  – 37 5 o C
3)      Kriteria hasil :
Bayi akan :
(1)    Mempertahankan suhu tubuh normal 36  – 37 5 o C
(2)    Akral hangat
(3)    Tidak sianosis
(4)    Badan berwarna merah
4)      Implementasi dan Rasional
(1)    Observasi suhu dengan sering, ulangi setiap 5 menit selama penghatan ulang
R : Hipotermia membuat bayi cenderung pada stress dingin, penggunaan simpanan lemak coklat yang tidak dapat diperbaiki bila ada dan penurunan sensitivitas untuk meningaktkan kadarCO2­ (hiperkapnea dan penurunan kadar O2 (hipoksia)
(2)    Perhatikan adanya takipnea atau apnea, cyanosis, umum, akrosianosi atau kulit belang, bradikardia, menangis buruk, letargi, evaluasi derajat dan lokasi icterik
R : Tanda-tanda ini menandakan stress dingin yang meningkatkan O2 dan kalori serta membuat bayi cenderung pada asidosis berkenaan dengan metabolic anaerobic
(3)    Tempatkan bayi pada penghangat, isolette, incubator, tempat tidur terbuka dengan penyebar hangat, atau tempat tidur bayi terbuka dengan pakaian tepat untuk bayi yang lebih besar atau lebih tua
R :  Mempertahankan lingkungan termometral, membantu mencegah stress dingin
(4)    Gunakan lampu pemanas selama prosedur. Tutup penyebar hangat atau bayi dengan penutup plastic atau kersta aluminum bila tepat. Objek panas berkontak dengan tubuh bayi seperti stetoskop
R :  Menjaga suhu tubuh bayi dalam batas normal
(5)    Ganti pakaian atau linen tempat tidur bila basah. Pertahankan kepala bayi tetap tertutup
R :  Menurunkan kehilangan panas melalui evaporasi





DAFTAR PUSTAKA


Wong. (1999). Nursing Care of Infants Children. Mosby Year Boodc Philadelphia.

Prof. Dr. Rustam Muchtar, MPH. Sinopsis Obstetric, Obstetric Fisiologi Obstetris Patologi. Jilid I, Edisi 2. Editor Delilutan DSOG.

Perawatan Ibu di Pusat Kesehatan Masyarakat Surabaya

Markum, A.H (1991). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. JiliI. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Jakarta.

Carpenito, L.J. (2000). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. Terjemahan Tim PSIK Unpad. Jakarta: EGC.


Klaus and Forotaff. (1998). Penatalaksanaan Neonatus Resiko Tinggi. Edisi 4. Jakarta: EGC.