MOW ( METODE OPERASI WANITA )
PENGERTIAN :
Suatu tindakan pembedahan terhadap saluran tuba dengan
maksud mengakhiri kesuburan ( kehamilan)
JENIS :
- Mini
Laparatomi
- Laparaskopi
MEKANISME KERJA :
Dengan mengoklusi tuba falopi ( mengikat, memotong atau memasang
cincin ) sehingga sperma tidak dapat bertemu ovum.
INDIKASI :
- Wanita
dengan usia kurang dari 26 tahun dan mempunyai anak hidup lebih dari 2 dan
tidak menginginkan anak lagi.
- Wanita yang pada kehamilannya akan
menimbulkan risiko kesehatan yang serius.
- Paska persalinan atau paska abortus
atau paska haid
KONTRA INDIKASI :
- Ada dugaan hamil.
- Ada perdarahan pervagina yang tidak
diketahui penyebabnya.
- Adanya infeksi sistemik, penyakit
jantung, radang genetalia, penyakit paru yang berat, peritonitis, pernah
laparatomi lain dan adanya perlekatan hebat pada genetalia interna.
- Obesitas ( BB lebih dari 70 Kg )
SYARAT :
- Pasien sukarela atau memang
menginginkan tutup hamil dan sudah paham akan prosedur yang akan
dilakukan.
- Cukup anak dan tidak menginginkan
hamil lagi.
- Ada persetujuan dari suami secara
tertulis
KEUNTUNGAN :
- Sangat efektik ( 0.4 – 4 % dalam
tahun pertama kehamilan }
- Permanen dan efek samping tidak ada.
- Tidak mempengaruhi ASI dan hubungan
seksual.
- Pembedahan dapat dilakukan dengan
anastesi lokal.
KELEMAHAN :
- Sulit dipulihkan kembali kecuali
dengan operasi Rekanalisasi
MOW DILAKUKAN PADA SAAT :
- Setiap
selama siklus menstruasi hari ke 6 -13 ( fase proliferasi ) dan pasti
tidak hamil.
- Paska
persalinan. Minilap dalam waktu 2 hari atau 6 – 12 minggu post partum.
- Laparaskopi
: dengan alat laparascope melalui insisi kecil di bawah umbilikus.
- Pasca
Abortus : Bersamaan dengan D&C atau 7 minggu setelahnya.
- Laparatomi
: Bersamaan dengan SC, KET dan laparatomi lain
KOMPLIKASI :
- Infeksi pada daerah pembedahan maupun
sampai pada peritonitis, haematom subcutan.
- Demam paska operasi.
- Emboli gas yang disebabkan karena
Laparascopy.
- Perdarahan pada superfisial.
- Ferporasi rahim, perlukaan kandung
kencing.
- Perlukaan usus, perdarahan
mesosalphing
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN MOW ( METODE OPERASI WANITA )
PENGKAJIAN :
- Data pengkajian meliputi riwayat
anamnesis, pemeriksaan fisik dan data laboratorium.
- Perawat mengkaji motivasi wanita
menjalani MOW dan membahas alternatif yang ada. Motivasi untuk menjalani
sterilisasi elektif terdiri dari pilihan pribadi, alasan obstetri.harus
dikaji juga.
- Informasi yang diberikan harus memuat
berbagai prosedur, rasa nyeri yang akan dialami dan jenis perawatan yang
akan diperlukan.
A. Perawatan Pra
Operasi
Meliputi pengkajian kesehatan yang mencakup pengkajian
Psikologi, pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium.
Perawat mebantu
denagn mengkaji kesehatan, menjawab pertanyaan, dan memastikan pasien memahami
instruksi tertulis yang diberikan.
B. Perawatan
Pasca Operasi
Perawatan tergantung
pada prosedur yang dilakukan, misalnya laparaskopi, laparastomi untuk oklusi
tuba atau vasektomi. Perawatan umum meliputi pemulihan dari efek anestesi,
pengukuran tanda – tanda vital, keseimbangan cairan dan elektrolit, pencegahan
atau identifikasi dini serta pengobatan infeksi atau perdarahan, pengontrolan
nyeri dan pemeriksaan respon emosional terhadap prosedur dan proses pemulihan.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
- Risiko konflik pengambilan keputusan
yang berhubungan dengan alternatif kontrasepsi
- Rasa takut yang berhubungan dengan
efek samping kontrasepsi
- Risiko tinggi perubahan pola seksual
yang berhubunan dengan penggunaan metode kontrasepsi.
- Nyeri yang berhubungan dengan
pemulihan pasca operasi setelah sterilisasi.
KASUS SEMU
Ny. D usia 25
tahun post operasi sterilisasi tanggal 6 september 2008. mengeluh rasa nyeri
dan panas pada bekas operasi
Keadaan umum :
Pasien lemah dan wajah tampak
menyeringai menahan sakit, pasien takut untuk mobilisasi
S : 38°C, P : 96 x/mnt, N : 24
x/mnt, TD : 140/ 90 mmHg
Hasil laboratorium : WBC : 15.1 mg / dl
Diagnosa Keperawatan :
Nyeri akut berhubungan dengan pemulihan paska operasi
sterilisasi yang ditandai dengan pasien mengatakan rasa nyeri dan panas pada
bekas operasi,skala nyeri 7, wajah pasien menyeringai menahan sakit, pasien
takut untuk mobilisasi, P : 96 x/mnt, TD : 140/90 mmHg.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam nyeri haling
atau berkurang dengan criteria hasil :
- Wajah
pasien rilex
- Pasien
tidak takut untuk mobilisasi
- Tanda – tanda vital dalan batas
normal P : 60 – 80 x/mnt, TD : 120/80 mmHg
- skala nyeri 3
Intervensi dan
Rasional :
- Observasi tanda – tanda vital dan
skala nyeri tiap 4 jam. R : merupakan indikasi adanya peningkatan nyeri
- Beri alterernatif tindakan kenyamanan
misalnya mengusap area disamping daerah yang sakit. R : Meningkatkan
sirkulasi umum dan menurunkan ketegangan otot
- Beri lingkungan yang tenang. R :
Lingkungan yang tenang dapat membantu proses terapeutik emosional
- Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat analgesik bila nyeri tidak teratasi. R : Menekan ambang
batas rangsang nyeri
- Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
R : Menurunkan ketegangan otot
- Ajarkan teknik distraksi misalnya dengan mengalihkan perhatian pasien dengan cara mengajak mengobrol. R : Mengalihkan perhatian pasien pada daerah yang nyeri
Evaluasi :
S : Pasien mengatakan nyeri sudah sedikit
berkurang dengan skala nyeri 5
O : - Wajah
pasien sedikit rilex
-
P : 88x/ mnt
-
TD : 130/80 mmHg
A : Tujuan
tercapai sebagian
P : Intervensi 1-6 lanjutkan
DAFTAR PUSTAKA
Wijayarini,A.(
2004 ). Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Jakarta: EGC
Doengoes, ( 2000 ).
Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Carpenito-Moyet,
Lynda Juall. ( 2006 ).Buku Saku Diagnosis
Keperawatan. Jakarta : EGC
0 komentar:
Post a Comment