Tuesday, 16 April 2019

LP TEORI PARTUS

   No comments     
categories: , , , ,
BAB 1
TEORI
PARTUS

1.1              Tinjauan Medis
1.1.1        Pengertian
Partus adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang vaiable melalui lahir biasa (Hartono, 2000)
Partus adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan.(Hanifa, 1994).
Inpartu di tandai dengan keluarnya lendir bercampur darah, karena servik mulai membuka dan mendatar. (Arif Mansjoer,2000)
Persalinan adalah  proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membrane dari dalam rahim melalui jalan lahir (Bobak, 2004)

1.1.2        Etiologi
1)      Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
2)      Keluar lender dan bercampur darah yang lebih banyak karena robekan – robekan kecil pada servik.
3)      Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4)      Pada pemeriksaan dalam serviks dan pembukaan telah ada

1.1.3        Fisiologi
1)      Sebab terjadinya persalinan :
(1). Teori keregangan otot rahim
(2). Teori penurunan progesterone
(3). Teori oksitosin internal
(4). Teori prostaglandin
(5). Teori hipotalamus, pituitary dan glandula suprarenalis
2)     Mekanisme Persalinan ada 4 :
(1)   Kala I (kala pembukaan)
            Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (blody show), karena serviks mulai membuka (dilatasi dan mendatar (effacement). Kala pembukaan dibagi atas 2 fase yaitu :
1.      Fase laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm be4rlangsung dalam 7-8 jam.

2.    Fase aktif : berlangsung selam 6 jam dan dibagi atas 3 fase :
1)   Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm
2)  Periode dilatasi maksimal : selama 2 jam pembukaan  berlangsung cepat menjadi 9 cm
3)  Periode deselerasi : berlangsung lambat , dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap

(2)   Kala II (kala pengeluaran janin)
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira – kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot – otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan, karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti membuang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan. Vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin, akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh janin. Kala II pada primi : 1 ½ - 2 jam, pada multi ½  - 1 jam

(3)   Kala III (Kala Pengeluaran Uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi placenta yang mejadi tebal 2x sebelumnya. Berapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran URI dalam waktu 5 – 1 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira – kira 100 – 200 cc.

(4)   Kala IV
Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi lahir dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan pos partum.

3)      Proses Turunnya Kepala Janin dalam Persalinan
(1)  Kepala terfiksir pada engagement terjadi pada peristiwa sinklitismus
(2)  Kepala turun atau decent terjadi ansiklitisamus posterior (litzman)
(3)  Fleksi terjadi ansiklitisamus anterior (Naegele)
(4)   Fleksi maksila terjadi sinklinsmus
(5)  Rotasi internal terjadi putar paksi dalam, didasar panggul terjadi :
a.      Moulage kepala janin
b.      Ekstensi
c.      Hipomochlion : untuk dibawah simfisis
(6)  Ekstensi
(7)  Ekspulsi kepala janin terjadi berturut – turut lahirlah
a  Ubun – ubun besar
b. Dahi
c. Muka
d. Dagu
(8)  Rotasi eksterna terjadi putar paksi luar
(9)  Ekspulsi total terjadi kelahiran :
a.      Bahu depan
b.     Bahu belakang
c.      Seluruh badan
d.     Ekstremitas

4)     Proses Persalinan Normal (FKUI, 1989)
(1).      Hampir 96 % janin berada dalam ruangaun uterus dengan letak kepala dan letak kepala ini ditemukan ± 58 % ubun –ubun kecil terletak di kiri depan, ± 23 % di kanan depan, ± 11 % di kana belakang, ± 8% di kiri belakang. Keadaan ini mungkin disebabkan terisinya ruangan di sebelah kiri belakang oleh kolon sigmoid dan rectum
(2).     Pada letak kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk kedalam rongga panggul. Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam keadaan sinklitismus ialah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul. Dapat pula masuk dalam keadaan asinklitismus anterior menurut Naegele ialah apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke depan bidang pintu atas panggul. Asinklitismus posterior menurut Litsman adalah sebaliknya dari asnklitismus anterior
(3).   Keadaan asniklitismus anterior lebih menguntungkan daripada mekanisme turunnya kepala dengan asinklitismus posterior karena ruangan pelvis didaerah posterior lebih luas dibandingkan dengan ruangan pelvis didaerah anterior. Hal ini disebabkan asinklitismus penting, apabila daya akomodasi panggul agak terbatas
(4).   Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak ada simetrik dengan sumbu lebih mendekati suboksiput, maka tahanan oleh jaringan di bawahnya terhadap kepala yang turun, menyebabkan bahwa kepala mengadakan fleksi  di dalam rongga panggul. DEngan kepala fleksi kepala janin memasuki rongga panggul dengan ukuran yang paling kecil yakni dengan diameter suboksipito-bregmatikus  (9,5cm) dan dengan sirkumferensia suboksipito- bregmatikus (32cm). Sampai di dasar panggul kepala janin berada di dalam keadaan fleksi maksimal. Kepala yang sedang turun  menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang ke atas ke bawah depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterine disebabkan oleh his berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi, disebut pula putaran paksi dalam. Pada umumnya di dadalam hal mengadakan rotasi ubun-ubun kecil akan berputar kea rah depan, sehingga di dasar panggul ubun-ubun kecil berada di bawah simfisis
(5).   Dalam keadaan fisiologis sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil di bawah simfisis, maka dengan suboksiput sebagai hipomoklion kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada tiap his vulva lebih membuka dan kepala janin tampak. Perinium menjadi lebar dan tipis, anus membuka tampak dinding rectum. Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengedan, berturut-turut tampak bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi yang disebut putaran paksi luar.
(6).   Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak. Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan belakang. Demikian pula dilahirkan trokanter depan terlebih dahulu, baru kemudian trokanter belakang. Kemudian bayi lahir seluruhnya

1.1.4        Klasifikasi Klinis
1)      Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya dengan kekuatan ibu sendiri
2)      Persalinan buatan
Bila proses persalinan denganbantuan tenaga dari luar yaitu alat forcep, vacum dan secio caesaria
3)      Persalinan anjuran
Bila kekuatan untuk persalinan diambilkan dari luar.

1.1.5        Manifestasi Klinis
Tanda – tanda prepatori stage of labor :
1)      Lightening atau seting atau dopping yaitu kepala turun melalui pintu atas panggul terutama pada primigravida
2)      Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3)      Perasaan sering atau susah buang air kecil karena terjebak oleh bagian bawah janin
4)      Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus, kadang – kadang disebut dengan fase labor pants.
5)      Serviks menjadi lembek , mulai mendatar dan sekresinya bertambah biasanya bercampur darah.

1.1.6        Faktor Penting Dalam Persalinan
1)      Power : Kekuatan untuk mngeluarkan fetal dan plasenta
2)      Passage : merupaka jalan lahir yaitu tulang panggul dan ligament
3)      Passenger : janin dan plasenta
4)      Psikis ibu bersalin
5)      Penolong harus mempunyai pengalaman dan kesabaran.

1.1.7        Pemeriksaan Penunjang
1)      Pemeriksaan dalam
2)      Patograf
3)      Pemeriksaan status obstetric : letak, posisi janin, DJJ, HIS
4)      Pemeriksaan laborat : pemeriksaan urine, pemeriksaan darah.

1.1.8        Penatalaksanaan
1)      Bantu ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan, berilah dukungan dan keyakinan dirinya, berikan informasi mengenai proses dan kemajuan persalinannya
2)      Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan atau asuhan yang dapat diberikan
3)      Persiapkan semua alat untuk persalinan biasa.

1.2      Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.4        Pengkajian
1)      Anamnesa
(1) Tahap I Fase Aktif
-    Keluhan kelelahan
-    Kemampuan mengendalikan pernafasan, melakukan teknik relaksasi
-    Respon terhadap kontraksi
-    Pernyataan gerakan janin
-    Keluhan perdarahan
(2)  Tahap II Fase transisi(deselerasi
-    Kemampuan mempertahankan control
-    Keluhan defekasai
-    Keluhan mual muntah
-    Respon kontraksi
-    Gangguan ketidak adanyamanan pada ekstremitas
-    Keluhan nyeri
2)      Pemeriksaan fisik
1)      Tahap I : fase aktif
(1) Aktifitas
Dapat menunjukkan bukti kelelahan
(2) Integritas ego
Dapat tampak lebih serius dan terhanyut pada proses persalina, ketakutan tentang kemampuan mengendalikan pernapasan dan atau melakukan teknik relaksasi
(3) Nyeri dan ketid ak nyamanan
Kontraksi sedang terjadi setiap 2,5 – 5 menit dan berakhir 30 – 45 detik
(4) Keamanan
Denyut jantung janin (DJJ) bervariasi dan perubahan periodic, umumnya teramati pada respon terhadap kontraksi, palp[asi abdomen dan gerakan janin

2)      Tahap II : fase transisi
(1)  Sirkulasi
      Tekanan darah meningkat 5 – 10 mmHg diatas  nilai normal klien, nadi meningkat
(2)  Integritas ego
   Dapat mengalami kesulitan mempertahankan control, memerlukan pengingat tentang pernafasan
(3)  Eliminasi
      Dorongan untuk menghidari atau defekasi melalui janin
(4)  Nyeri dan ketidaknyamanan
Kontraksi uterus kluat terjadi setiap 2 – 3 menit dan berakhir 40 – 60 detik
(5)  Keamanan
Denyut jantung janin (DJJ) dapat menunjukkan deselerasi lambat atau deselerasi ada
(6)  Seksualitasi
Dilatasi servik dari 0 – 10 cm, penurunan janin, tampilan darah dalam jumlah berlebih.

1.2.5        Rencana asuhan keperawatan
1)            Nyeri berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi, dilatasi, regangan dan hipoksia jaringan
(1)  Kemungkinan dibuktikan oleh : mengungkapkan perilaku distraksi, wajah menunjukkan kesakitan
(2)         Tujuan keperawatan
Mengungkapkan penurunaqn nyeri menggunakan teknik yang terpeutik, mempertahankan control istiral
(3)         Intervensi dan rasional
1.            Kaji derajat ketidak ada nyamanan melalui isyarat verbal dan non verbal
R : Sikap terhadap nyeri dan reaksi terhadap nyeri berdasarkan pada pengalaman masa lalu dan konsep diri
2.           Bantu dalam penggunaan teknik relaksasi nafas dalam yang tepat dalam masase abdomen
R : Dapat memblok impuls nyeri dalam kortek serebral melalui respon kondisi dan simulasi  cutan .mmudahkan kemajuan persalinan normal
3.            Pantau frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi uterus
R : Mendeteksi kemajuan dan mengawasi respon uterus abnormal
4.            Kaji tekanan darah dan nadi tiap 4 juam
R : Hipotensi maternal, efeksamping paling umum dan anstesi blok regional dapat mempengaruhi O2
5.            Pantau Denyut jantung janin (DJJ)
R : Penurunan DJJ efeksamping yang biasa dari blok para servikalis

2)            Perubahan eliminasi unrine berhubungan dengan penekanan abdomen
(1)         Kemungkinan dibuktikan oleh
Perubahan jumlah, frekuensi, retensi urine, kemajuan persalinan
(2)         Tujuan
Mengosongkan kandung kemih
(3)         Intervensi dan rasional
1.            Palpasi diatas simpisis pubis
R : mendeteksi  adanya urine dalam kandung kemih
2.            Catat masukan dan haluaran urine
R : Peningkatan haluaran dapat menunjukkan retensi cairan berlebihan sebelum awitan persalinan
3.            Anjurkan upaya berkemih yang sering
R : tekanan dari abdomen yang sering menurunkan sensasi dan mengganggu pengosongan komplet
4.            Ukur suhu, nadi dan tekanan darah, perhatikan kekeringan kulit dan membren mukosa
R : Memantau derajat dehidrasi
5.            Kateterisasi sesuai indikasi
R : Kandung kemih terlalu distensi menhalangi turunnya janin atau menimbulkan trauma

3)            Risiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan dorongan fisiologis, perlambatan mobilitas gastric
(1)         Kemungkinan penyebab
Adanay tanda dan gejala untuk menegakkan diaknosa yang aktual
(2)         Tujuan
Mengungkapkan pemahaman tentang resiko dan mengikuti penyaranan untuk melindungi diri dari cidera
(3)         Intervensi dan rasional
1.      Pantau uterus dan catat frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi
R : pelaporan plasenta dan hemoragi dapat juga terjadi kontraksi menetap
2.      Tinggalkan klien tanpa perhatian
      R : meningkatkan keamanan bila pusing atau ukuran melahirkan terjadi
3.      Tempatkan pasien pada posisi miring kiri
      R : meningkatkan perfusi plasenta dan mencegah sindroma hipotensi
4.      Pantau suhu, nadi dan tekanan darah
      R : Peningkatan nsuhu, nadi dan TD indicator terjadi infeksi dan hipotensi
5.      Mungkinkan klien untuk bernafas pendek dan cepat dengan menutup hidung bila merasakan ingin mengejan
      R : Nafas pendek dan cepat selama fase aktif merangsang ingin mengejan

4)            Risiko cidera terhadap janin berhubungan dengan Fase aktif (dorongan fisiologis)
(1)         Kemungkinan penyebab
Hipoksia jaringan atau infeksi
(2)         Tujuan
DJJ dalam batas normal dan janin dapat lahir dengan spontan
(3)         Intervensi dan rasional
1.            Lakukan Leopold untuk menentukan posisi janin
         R : Presentasi bokong memerlukan kelahiran secsio
2.            Catat kemajuan persalinan
     R : Persalinan lama dengan perpanjangan fase latemn dapat menimbulkan masalah bagi ibu melahirkan
3.            Catat DJJ bila ketuban pecah
         R : Perubahan pada tekanan amnion dengan rupture dan variasi deselerasi DJJ setelah robek
4.            Periksa klien dalam posisi miring kiri
         R : meningkatkan pertfusi plasenta, mencegah sindrom hipotensi
5.            Dapatkan data dasar DJJ manual/elektrik
         R : DJJ harus direntanghan dari 120 – 160 dpm dengan variasi rata percepatan dalam respon terhadap aktifitas meternal

5)            Koping invidu tak efektif berhubungan dengan krisis situasi, kerentanan pribadi
(1)   Dibuktikan oleh
Indifidu tidak ada memiliki koping yang efektif
(2)   Tujuan
Mengungkapakan kesadran tentang kemampuan koping sendiri
(3)   Intervensi dan rasionl
1.      Kaji kontraksi uterus, status janin, perdarahan pervagina
R : mengesampingkan kemungkinan komplikasi yang dapat disebabkan ketidak adamampuan atau menurunkan kemampuan koping
2.      Dukung klien selam kontraksi
R : menurunkan ansietas selam kontraksi
3.      Hindari meninggalkan klien tanpa perhatian
R : meningkatkan keamanan bila pusing atau ukuran melahirkan terjadi
4.      Beri motifasi keluarga untuk selalu mendampingi klien
R : dukungan dari keluarga dapat mengurangi tingkat kecemasan pasien

1.2.3    Evaluasi
1.        Penurunan nyeri menggunakan teknik yang terpeutik, mempertahankan control istiral
2.        Menunjukkan persalinan yang normal
3.        Kandung kemih dapat terkontrol
4.        Klien pemahaman tentang resiko dan mengikuti penyaranan untuk melindungi diri dari cidera
5.      DJJ dan variasi denyut dalam batas batas normalyang memadai melalui masukan oral dan intravena
6.      Mempertahankan status hidrasi
             7.   Klien mengungkapakan kesadaran tentang kemampuan koping sendiri





DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2000. Buku Saku Diagnosa KeperawatanEdisi 8. Jakarta
 EGC.

Doenges, ME & MF Moorhaouse. (1994). Rencana Perawatan Maternal/Bayi Pedoman Untuk Perencanaan Dan Dokumentasi Perawatan Klien, edisi 2. Terj. Monika Ester. (1996). EGC :Jakarta

Jones, Derek Llewellyn. (1994). Dasar - Dasar Obstetri & Ginekologi, edisi 6. Terj. Hadyanto. (2002). Hipokrates : Jakarta

Lowdermik ,Perry & Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Mochtar,Rustam.(1998). Sinopsis Obsetri : Fisiologis, Obsetri patologi. Jakarta : EGC

Saifudin, AB. (2001). Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal & Neonatal. YBPSP: Jakarta


Tucker et al. (1992). Standart Perawatan Pasien Proses Keperawatan, Diagnosis dan EvaluasiTerj. Yasmin Asih et al. (1991). EGC : Jakarta

0 komentar:

Post a Comment