Tuesday, 16 April 2019

LP TEORI DEFEKASI

BAB 1
LANDASAN TEORI
DEFEKASI


1.      Usus Besar / Colon
Merupakan sambungan dari usus halus dan dimulai dikutub ileofolik yaitu tempat sisa makanan lewat. Reflek ini terjadi resiko makanan masuk lambung dan menimbulkan peristaltik di usus besar reflek ini menyebabkan defekasi atau pembuangan air besar.
Rectum adalah bagian terbawah dari usus besar dimulai pada colon sigmoideus dan berakhir disaluran anal yang panjangnya kira-kira 3 cm. Saluran ini berakhir di dalam rektum yang dijaga oleh otot internal dan otot eksternal
1.1  Fungsi Usus Besar atau Colon
Peristaltik di dalam colon sangat lambat, diperlukan waktu kira-kira 16 jam sampai 20 jam dalam mencapai flexure sigmoid
Fungsi kolon diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Mengabsorbsi makanan, air, garam dan glukosa
2.      Sekresi musim oleh kelenjar di dalam lapisan dalam
3.      Tempat tinggal bakteri coli
4.      Tempat feses

1.2  Gerak Usus Besar atau Colon
Gerak kolon diantranya adalah sebagai berikut :
1.      Lieustrol suffling (chuening) yaitu gerakan mencampur cyme untuk membantu absorbsi air
2.      Kontruksi haustral yaitu untuk mendorong materi cair dan semi padat sepanjang colon
3.      Peristaltik yaitu berupa gelembung, merupakan gerak maju menuju usus.
Panjang colon dewasa ± 25-150 cm
Panjang rectum bervariasi sesuai dengan usia
1.      Bayi                             : 2,5 – 3,8  cm
2.      Toddler                       : 4 cm
3.      Pra Sekolah                 : 7,6 cm
4.      Sekolah                       : 10 cm
5.      Dewasa                       : 10-13 cm

2.      Defekasi
2.1        Pengertian Defekasi
Defekasi didahului oleh transport feses ke dalam rectum yang mengakibatkan ketegangan dinding rectum yang mengakibatkan rangsangan untuk reflek, defekasi, sedangkan otot usus lainnya berkontraksi

2.2        Fisiologi Defekasi
2.2.1        Reflek Defekasi Instrinsik
Feses rectum
¯
distensi rectum
¯
rangsangan plektus mesentrikus
¯
terjadi peristaltik di colon asenden, sigmoid, rectum
¯
sfinger internal tidak menutup
sfinger eksternal relaksasi




2.2.2        Reflek defekasi parasimpatis
Reflek defekasi parasimpatis
              ¯
Feses masuk rektum
              ¯
Rangsangan saraf rektum
              ¯
Dibawa ke spinal cord
              ¯
Kembali ke colon desendens sigmoid dan rectum
              ¯
Intensifkan peristaltis relaksasi sfingter internal
Intensifkan refleks intrinsik
              ¯
Defekasi / BAB
              ¯
kontraksi otot abdominal dan diafragma
              ¯
tekanan intra abdomen naik
              ¯
otot levatur anus kontraksi
              ¯
mengeluarkan feses untuk melalui kanal oral
              ¯
         defekasi



2.3        Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Defekasi
1.      Usia
2.      Diet, kualitas, frekuensi dan jumlah
3.      Intake cairan : jumlah
4.      Tonus otot : terutama otot abdomen ditunjang oleh aktiviats
5.      Psikologis : mempengaruhi peristaltik atau mobilitas intestinal
6.      Life style : ADL yang biasa dilakukan dan bowel training saat anak-anak

2.4        Feses
Feses terdiri dari 76 % air dan 25 % material padat. Warna feses normal adalah coklat karena pengaruh dari streobilin, urobilin dan aktivitas bakteri. Baunya khas karena akibat dari pengaruh mikroorganisme, konsistensinya lembek namun berbentuk.

2.5        Flatus
Flatus adalah gas yang berbentuk sebagai hasil pencernaan di usus besar dalam waktu 24 jam
Flatus terdiri dari O2, methana, H2S, O2 dan nitrogen 

3.      Masalah Yang Berhubungan Dengan  Defekasi
3.1        Konstipasi
Adalah gangguan pada eliminasi akibat adanya feses yang kering, keras yang melewati usus besar

3.2        Focel Impaction
Adalah masa yang keras dilipatan rectum akibat retensi dan ekumulasi feses yang berkepanjangan

3.3        Diare
Adalah keluarnya feses cair dan kenaikan frekuensi BAB akibat cepatnya cyne melwati usus, sebagai usus besar tidak mempunyai cukup waktu untuk menyerap air

3.4        Inkontinensia Alvi
Adalah hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas yang melalui stingter anus akibat kerusakan fungsi stinger atas perseorangan di daerah anus hal ini disebabkan masalah-masalah kejiwaan.
Feses mengandung enzim saejumlah enzim pencernaan dan bersifat asam sehingga mengiritasi mukosa

3.5        Hemoroids
Adalah pelebaran vena didaerah anus sebagai akibat peningkatan teknn di daerah tersebut.


BAB 2
ASKEP TEORITIS

2.1              Definisi umum
Perubahan eliminasi usus :
            Adalah suatu keadaan dimana individu mengalami atau beresiko tinggi mengalami disfungsi defekasi, mengakibatkan diare, inkontinensia atau konstipasi.

Batasan karakteristsik
-     Mayor (harus ada)
Melaporkan atau mendemonstrasikan satu atau lebih hal berikut :
                   Bentuk feces keras
                   Kebiasaan menggunakan laksatif / enema
                   Defekasi kurang dari 3kali seminggu
                   Feces cair
                   Peningkatan frekuensi defekasi
-     Minor
Abdomen tidak nyaman
Rectal penuh
Sakit kepala
Anoreksia
Kram perut
Peningkatan atau penurunan bising usus

2.2              Faktor – faktor yang berhubungan
-     Patofisiologis
Berhubungan dengan penurunan laju metabolic sekunder terhadap :
   Obesitas                                  Hiperparatiroidisme
   Hipopstuarism e                      Peokromositoma
   Uremia                                     Neuropati diabetik
   Hipoteruidisme          
Berhubungan dengan nyeri (saat defekasi)
               Hemoroid
               Cedera punggung
-     Situasional
Berhubungan dengan tidak edekuatnya diet (kurang serat, tiamin)

2.3              Diagnosa
Perubsahan eliminasi (alvi) berhubungan dengan nyeri pada saat defekasi (hemoroid)

2.4              Kriteria Hasil
-     Fungsi usus kembali normal
-     Feces lunak / konsistensi agak berbentuk tanpa mengejan

2.5              Intervensi
Mandiri :
1.      Catat adanya distendi abdomen dan auskultasi peristaltik usus
2.      Bantu pasien defekasi turun dari tempat tidur (ke toilet)
3.      Jaga prifaci paisen
4.      Anjurkan untuk melakukan pergerakan / ambulai sesuai kemampuan

Kolaborasi :
5.      Memulai untuk meningkatkan diit sesuai toleransi pasien
6.      Berikan obat laksatif, pelembek feces sesuai kebutuhan

2.6              Rasional
1.      Distensi dan hilangnya peristaltik usus merupakan tanda bahwa fungsi defekasi hilang yang kemungkinan berhubungan dengan kehilangan persyarafan parasimpatik usus besar tiba-tiba
2.      Meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan ketegangan pada otot
3.      Meningkatkan kenyamanan secara psikologis
4.      Menstimulasi peristaltik yang memfasilitasi kemungkinan terbentuknya flatus
5.      Makan padat akan dimulai pemberianya sampai peristaltik kembali normal
6.      Melembekan feces, meningkatkan fungsi defekasi sesuai kebiasaan

2.7              Tujuan
Pasien dapat BAB dengan normal



DAFTAR PUSTAKA 

Carpenito Lynda Juall (1998). “Diagnosa Keperawatan Edisi 6.” EGC. Jakarta.
Doengoes E. Marilyn (1999).  “Rencana Asuhan Keperawatan” EGC : Jakarta.
C. Pearce, Evelyn (1993). “A natomi dan Fisiologi Untuk Paramedis”  PT. Gramedia : Jakarta.
Fuerst / Weitzel Wolf (1984). “Dasa-dasar Keperawatan“. P. Gunung Agung

0 komentar:

Post a Comment