BAB 1
TINJAUAN TEORI
NIFAS
1.1 Tinjauan Teori
1.1.1.Pengertian
Masa nifas atau masa puerpurium adalah masa dimana setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Mansjoer, 2000: 316).
Masa nifas (puerpurium) adalah periode waktu masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar 6 minggu. Proses perubahan pada organ-organ reproduksi sebagai involusio (Farier, 1999 : 225).
Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu ( Mochtar, 1998 : 115 ).
1.1.2 Fisiologi
1.1.2.1 Sistem Reproduksi
1) Involusio Uterus
Setelah persalinan uterus akan mengalami involusio dengan cepat selam 7-10 hari, kemudian berlanjut secara berangsur-angsur sampai kembali seperti semula setelah 6 minggu berat uterus dari 1000 gram menjadi 50 gram, dengan panjang ± 8 cm dan penurunan tinggi fundus uteri ± 1cm setiap harinya
Tabel. Penurunan Tinggi Fundus Uteri
Involusio
|
Tinggi funus uteri
|
Berat uterus
|
Placenta lahir
7 hari/1minggu
14 hari/2 minggu
42 hari/ 6 minggu
56 hari/ 8 minggu
|
Sepusat
½ pusat symphisis
Tak teraba
Sebesar hamil 2 minggu
Kembali normal
|
1000 gr
500 gr
350 gr
50 gr
30 gr
|
2) Kontraksi uterus
Setelah persalinan kontraksi uterus akan mengalami penurunan oleh karena itu perlu diberi obat uterotonika agar kontraksi dapat dipertahankan dan dapat menjepit pembuluh darah bekas perlakatan placenta sehingga menurunkan perdarahan post partum
3) After pain
Rasa sakit yang mencengkeram perut bagian bawah sering terjadi pada hari ke 7-10
4) Lochea
Pengeluaran secret/darah dan jaringan deciduas yang nekrosis dari uterus selama masa nifas dengan jumlah dan warna yang progresif menurun dan berkurang
1. Lochea rubra yaitu berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel – sel desidu, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari paska persalinan
2. Lochea Sanguinolenta yaitu berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3 – 7 pasca persalinan
3. Lochea serosa yaitu berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7 – 14 pasca persalinan
4. Lochea alba yaitu cairan putih setelah 2 minggu
5. Lochea purulenta yaitu terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk
6. Lochea stasis yaitu lochea yang tidak lancar keluarnya
5) Cervik
Segmen bawah rahim (SBR) dan servik tampak oedem, tipis dan terbuka pada beberapa jam setelah melahirkan, setelah 18 jam servik akan memendek, konsistensinya agak mengeras, bentuknya akan kembali seperti semula hanya sedikit terbuka dan melebar atau Fish Mouth
6) Vulva dan Vagina
Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali pada keadaan sebelum hamil dalam vagina berangsur – angsur akan muncul kembali sementara labil menjadi menonjol
7) Perineum
Perineum menjadi kendor dan bengkak karena persalinan. Pada hari ke-5 sudah dapat kembbali mendapatkan tonusnya, relaksasi dasar panggul dan otot abdomen di pertahankan
8) Payudara
Terjadi perubahan dengan maturitas selama masa nifas, menjadi lebih besar, kencang dan rasa nyeri bila digerakkan hal ini karena produksi ASI, semua ini atas pengaruh hormone prolaktin
1.1.2.2 Adaptasi fisiologis post parum terhadap Post partum
1) Suhu tubuh
Terjadi peningkatan suhu tubuh < 38 C akibat adanya dehidrasi persalinan, peregangan muskuler dan perubahan hormon
2) System Cardiovaskuler
Tekanan darah systole turun > 20 mmHg, sering terjadi pada ibu dari posisi telentang, miring atau duduk. Jika terjadi kenaikan tekanan darah systole > 30 mmHg dan tekanan darah diastole > 15 mmHg dalam post partum harus curiga adanya preeklampsia post partum
3) Tractus urinarius
Selama kehamilan kandung kencing mendapat trauma yang cukup berat, sehinnga oedema dan tertekan akibatnya terjadi over distensi dan pemenuhan kandung kencing tidak sempurna sampai 2 hari post partum
4) Sistem endokrin
Terjadi penurunan progesterone dan estrogen secara berangsur-angsur sampai tingkat yang normal pada minggu 1. pada wanita yang tidak menyusui terjadi penurunan prolaktin secara drastis sehingga pada minggu ke 12 sudah mendapatkan haid kembali
5) Sistem gastrointestinal
Defekasi secara normal akan terhambat pada minggu 1 akibatnya dari motilitas usus, akibatnya sering terjadi konstipasi
6) Sistem musculoskeletal
Berkurangnya tonus abdomen menjadi lembek dan lemah, senam nifas akan membantu membentuk dan mengembalinya otot ke keadaan normal
7) Sistem integument
Cloasma gravidarum, linea nigra dan strie belum hilang secara sempurna, spider angioma, eritema palmar akan hilang secara berangsur-angsur sesuai dengan penurunan estrogen
1.1.2.3 Aspek Psikologi pada post partum
Menjadi orang tua adalah masa kritis dan merupakan masa transisi, kelahiran akan membawa perubahan yang mendasar terhadap hubungan interaksi dalam keluarga sehingga timbul fase honey moon (dimana setelah anak lahir terjadi intiminasi dan kontak yang lama antara ibu, anak dan ayah)
1.1.3 Tujuan Masa Nifas
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis.
2. Melaksanakan pemulihan yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau mencegah komplikasi pada ibu dan janinnya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi, KB, pemberian imunisasi bayi dan perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan KB.
1.1.4.Perawatan Masa Nifas
1. Perhatian segera setelah melahirkan
Untuk mencegah terjadinya perdarahan, uterus hendaknya dipalpasi melalui dinding abdomen dengan interval yang sering setelah lengkap kala tiga persalinan yaitu lahirnya plasenta.
2. Perawatan Vulva
Perawatn vulva dilakukan dengan cara genitalia eksterna dan pantat dicuci dengan sabun dan air demikian rupa hingga cairan yang mengalir darivulva dan perineum turun ke anus, jangan kearah sebaliknya.
3. Rasa sakit selanjutnya
Untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit pada jahitan perineum dapat dilakukan pengompresan kantong es pada perinium.
4. Ambulasi dini
Ambulasi dini dilakukan untuk memulihkan kondisi. Ambulasi juga banyak menurunkan frekuensi trombosis dan emboli paru pada masa nifas. Untuk ambulasi pertama sekurang-kurangnya seorang petugas hendaknya siap mmbantu mencegah cidera kalau wanita tersebut pingsan.
5. Senam nifas
Senam nifas diperlukan untuk membantu mengembalikan tonus pada dinding abdomen. Boleh dimulai beberapa waktu setelah persalinan pervaginam dan segera setalah sakit perut berkurang setelah seksio sesaria.
6. Diet
Diet ibu menyusui, dibandingkan dengan yang dikonsumsi selama hamil hendaknya agak ditambah, khususnya kalori dan protein.
1.1.5.Periode Pada Masa Nifas
1. Puerpurium diri
Yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerpurium intermedial
Yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerpurium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat secar sempurna terutama selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
1.1.6. Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian yaitu produksi dan pengeluaran ASI. Payudara mulai dibentuk sejak embrio berumur 18-19 minggu dan baru selesai ketika mulai menstruasi, d terbentuknya hormone estrogen dan progesterone yang berfungsi untuk maturasi alveoli. Sedangkan hormone prolaktin adalah hormone yang berfungsi untuk produksi ASI disamping hormone lain seperti insulin,tiroksin dan sebagainya.
Selama kehamilan, hormone prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan,kadar estrogen dan progesterone turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominant dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini, terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI makin lancer. Dua reflek pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi, reflek prolaktin dan reflek aliran timbul akibat rangsangan puting susu oleh isapan bayi.
1. Reflek prolaktin
Seperti telah dijelaskan dimuka, dalam puting susu terdapat banyak ujung saraf sensoris. Bila ini dirangsang, timbul impuls ynag menuju hipotalamus selanjutnya kekelenjar hipofisis bagian depan sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormone prolaktin. Hormon inilah yang berperan dalam produksi ASI di tingkat Alveoli. Dngan demikian mudah di pahami bahwa makin sering rangsangan penyusuan makin banyak pula produksi ASI.
2. Reflek aliran
Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar hipofisis depan, tetapi ke kelenjar hipofisis bagian belakang, yang mengeluarkan hormone oksitosin. Hormon ini berfungsi memaju kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI di pompa keluar.
Tiga reflek yang penting dalam mekanisme hisapan bayi adalah
1. Refleks menangkap (rooting reflex)
Timbul bila bayi baru lahir tersentuh pipinya, bayi akan menoleh kearah sentuhan. Bila bibirnya dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan mencoba mulut dan berusaha untuk menangkap puting susu.
2. Refleks menghisap
Reflek ini timbul apabila langit – langit mulut bayi tersentuh, biasanya oleh puting. Supaya puting mencapai bagian belakang palatum, maka sebagian besar areola mamae harus tertangkap mulut bayi. Maka sinus laktiferus yang berada dibawah areola akan tertekan antara gusi, lidah dan palatum, sehingga ASI terperas keluar.
3. Refleks menelan
Bila mulut bayi terisi ASI, ia akan menelan.
1.1.7.
|
1.2 Tinjauan Asuhan keperwatan
1.2.1. Pengkajian
1) Keadaan umum : self esteem
2) BB, TB, LLA, tanda vital normal (RR konsisten, nadi cenderung bradikardia, suhu 36°C, respirasi 16-24x/mnt)
3) Kepala : rambut, wajah, mata (konjungtiva), hidung, mulut, telinga dan leher
4) Payudara : pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, aerola mammae dan puting susu, kepenuhan atau pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi ASI
5) Abdomen : kontraksi uterus, nyeri, tinggi fundud uteri, strie, distensi
6) Ano-Genital : oedema vagina, hematom, nyeri
Perineum : keadaan luka episiotomi, edema, kemerahan
Lochia : warna, jumlah, bekuan darah 1-3 rubra, 4-10 hari serosa, > 10 hari alba)
- Muskuloskeletal : edema, tekstur kulit, nyeri bila di palpasi, kekuatan otot
1.2.2. Rencana asuhan keperawatan
- Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, kontraksi uterus sekunder terhadap involusio uteri.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
1) Melaporkan adanya nyeri.
2) Sakit kepala
3) Ketidaknyamanan perineal
4) Nyeri tekan pada uterus
5) Wajah menyeringai
Kriteria hasil :
1) Mengidentisfikasi dan memepergunakan intervensi atau mengatasi ketidaknyamanan dengan tepat
2) Mengungkapkan berkurangnya ketidaknyamanan
Intervensi dan Rasional :
1) Beri kompres es pada perineum khusus pada 24 jam pertama setelah kelahiran
R : Memberi anastesi local meningkatkan vasokontriksi dan mengurangi oedema
2) Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi
R :Dapat menunjukkan trauma brlebihan pada jaringan perineal dan terjadi komplikasi
3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik
R : Analgesik dapat mengurangi ambang nyeri
- Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme melalui perineum yang ditandai dengan adanya jahitan perineum
Kemungkinan dibuktikan oleh :
1) Luka perineum masih basah
2) Pengeluaran lochea
3) Kontraksi uterus (-)
Kriteria hasil :
1) Luka episiotomi kering
2) Tidak ada tanda-tanda infeksi
3) Ada kontraksi
Intervensi dan Rasional :
1) Kaji kontraksi uterus dengan memperhatikan perubahan involusional
R : Kegagalan meometrium untuk involusi pada percepatan ini menandakan kemungkinan tertahannya jaringan atau infeksi
2) Catat jumlah dan bau rebas lochea atau kemajuan dari rubra menjadi serosa
R : Lochea secara normal bau amis, rabas purulen dan bau busuk mungkin gagal untuk menunjukkan kemajuan normal dari rubra menjadi serisa sampai alba
3) Perhatikan frekuensi atau jumlah berkemih
R : Stasis urinarius meningkatakan resiko terhadap infeksi
4) Beri HE tentang perawatan luka perineum
R : Meningkatkan pengetahuan pasien dalam proses pencegahan infeksi
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotika
R : Mencegah tanda-tanda dan gejala infeksi
3. Management laktasi berhubungan dengan produksi ASI yang tidak lancar.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
1) ASI belum keluar atau tidak lancar
2) Payudara kencang
3) Puting susu menonjol
Kriteria Hasil :
1) Pasien dapat melakukan perawatan payudara
2) ASI keluar lancar
Intervensi dan Rasional :
1) Kaji penyebab ASI tidak lancar.
R : mengetahui sebab ketidak lancaran ASI sehingga dapat dilakukan tindak lanjut.
2) Lakukan perawatan payudara.
R : Untuk merangsang produksi ASI melalui kerja hormone prolaktin.
3) Motivasi ibu untuk meneteki sesering mungkin.
R : Hisapan bayi merangsang hormone prolaktin berfungsi untuk meningkatkan produksi ASI.
4) Motivasi ibu untuk makan nutrisi yang cukup selama menyusui.
R : untuk meningkatkan nutrisi dan memperlancar produksi ASI.
5) Berikan HE tentang perawatan payudara.
R : pasien dapat melakukan sendiri selama ASI belum keluar atau tidak lancar.
6) Perhatikan posisi bayi selama menyusui.
R : posisi bayi yang tepat biasanya mencegah luka puting tanpa memperhatikan lama menyusui.
7) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian suplemen pendukung.
R : mencegah terjadinya anemia dan mempercepat proses pemulihan.
4. Kurangnya pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurangnya sumber-sumber infomasi
Kemungkinan dibuktikan oleh :
Mengungkapkan masalah atau kesalahan konsep, keraguan atau ketidakadekuatan melakukan aktivitas, ketidaktepatan perilaku
Kriteria hasil :
1) Mengungkapkan pemahaman perubahan fisiologis kebutuhan individu yang diharapkan
2) Melakukan aktivitas atau prosedur yang perlu dan menjelaskan alas an-alasan tindakan
Intervensi dan Rasional :
1) Kaji kesiapan pasien dan motivasi untuk belajar
R : mengetahui kesiapan pasien untuk belajar
2) Mulai rencana penyuluhan tertulis dan menggunakan format yang ada
R : Membantu menstandari informasi dan menurunkan kebingungan
3) Beri informasi atau peran program latihan post partum progresif
R : Latihan membantu tonus otot, meningkatkan sirkulasi dan meningkatkan kesejahteraan
4) Berikan informasi tentang perawatan diri
R : membantu mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan
5. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelelahan, sinkop/pingsan
Tujuan : pasien dapat bermobilisasi dengan baik
Kriteria hasil :
1) Mengutarakan keinginan dan berpartisipasi dalam aktivitas
2) Mendemonstrasikan teknik / tingkah laku yang meningkatkan kelangsungan / melakukan kembali aktivitas
3) Mempertahankan / meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian-bagian dari tubuh yang terpengaruh
Intervensi :
1. Tentukan kemampuan fungsional ( skala 0-4 ) dan alasan ketidakseimbangan.
R : Mengidentifikasi kebutuhan atau tingkat intervensi yang dibutuhkan.
2. Catat respon emosional / tingkah laku untuk mengubah kemampuan.
R : Perubahan fisik dan kehilangan kemandirian seringkali menciptakan perasaan marah, frustasi dan depresi.
3. Rencanakan aktivitas / kunjungan dengan periode istirahat adekuat sesuai kebutuhan
R : Mencegah kepenatan, menghemat energi dan melanjutkan partisipasi.
4. Bantu dalam memindahkan dan ambulasi bila dibutuhkan, perlihatkan pada pasien / orang-orang yang berpengaruh pada pasien bagaimana cara-cara bergerak aman.
R : Mencegah terjadinya kecelakaan seperti jatuh atau cedera.
5. Berikan kursi yang kuat dengan tempat duduk yang tinggi dengan pegangan pada bagian kiri dan kanan.
R : Memudahkan bagi pasien untuk bangun dari posisi duduk.
6. Konsultasikan dengan ahli terapi fisik/ okupasi, spesialis rehabilitasi.
R : Sangat membantu dalam membuat program latihan / aktivitas individu dan menentukan alat bantu yang sesuai.
1.2.3. Evaluasi
1. Nyeri akan berkurang
2. Tidak terjadi infeksi
3. ASI keluar lancar
4. Mengungkapkan pemahaman perubahan fisiologis kebutuhan individu
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Cunningham, MachDonald, Gant. (1995). Obstetric Williams. Jakarta : EGC
Doengoes, Mrilyn E. (2001). Rencana Perawatan Maternal atau bayi. Edisi 2. Jakarta : EGC
Farrer, Helen. (1999). Perawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta : Media Aescupalis
Manuaba, Ida Bagus Gde. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Saifudin, Abdul Bari. (2002). Buku Acuan Nasional Acuan Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta : JNDKKR-POGI / Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
0 komentar:
Post a Comment