Tuesday, 16 April 2019

LP TEORI ANEMIA MEGALOBLASTIK

BAB I
LANDASAN TEORI
ANEMIA MEGALOBALISTIK


1.1              Tinjauan Medis
1.1.1        Pengertian
Anemia secara umum  adalah berkurangnya jumlah eritrosit (sel darah merah) dan kadar haemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik darah.
Anemia megaloblastik adalah defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat memperlihatkan perubahan-perubahan sumsum tulang dan darah perifer yang identik (Baughman,2000).
Anemia megaloblastik adalah anemi yang terjadi karena kekurangan asam folat yang biasa disebut dengan defisiensi asam folat (Nursalam,2005).

1.2              Etiologi
1.2.1    Ada beberapa penyebab penurunan asam folat yaitu:
1.      Masukan Nutrisi yang kurang.
Pemberian susu saja pada bayi di atas 6 bulan (terutama susu formula) tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup juga dapat menyebabkan defisiensi asam folat.
2.      Gangguan absorbsi. Adanya penyakit/ gangguan pada gastrointestinal dapat menghambat absorbsi  bahan makanan yang diperlukan tubuh.
3.      Pemberian obat yang antagonis terhadap asam folat. Anak yang mendapat obat-obat tertentu, seperti metotreksat, pirimetasin, sering mengalami defisiensi asam folat.
1.2.2    Penyebab Defisiensi vitamin B12
            Penyerapan yang tidak adekuat dari vitamin B12.

1.3              Fisiologi
Perubahan massa SDM menimbulkan dua keadaan yang berbeda. Jika jumlah SDM Kurang maka timbul anemia.  Dengan demikian anemia bukan suatu diagnosis melainkan suatu cerminan perubahan patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui amnanesa yang seksama, pemeriksaan fisik dan konfirmasi laboratorium. Karena semua system dapt terkena, maka anemia dapat menimbulkan manifestasi klinis yang luas. Karena jumlah SDM berkurang maka pengiriman O2 ke jaringan menurun dan hemoglobin dalam darah berkurang .
1.4       

Gejala-gejala berkembang progresif dan mungkin ditandai oleh remisi parsial spontan dan eksaserbasi:
1.      Secara bertahap menjadi lemah, cepat capai, dan pucat
2.      Terjadi merah pada lidah, sakit, dan halus serta diare ringan
3.      Kerusakan medulla spinalis mengakibatkan kekacauan mental, lebih sering parestesia pada  ekstermitas dan kesulitan mempertahankan keseimbangan kehilangan rasa posisi yang mantap.

1.6              Pemeriksaan Penunjang
1.      Biasanya, kekurangan vitamin B12 terdiagnosis pada pemeriksaan darah rutin untuk anemia.
2.      Hb, leukosit, trombosit, hitung jenis, morfologi darah tepi, Indeks eritrosit : MCV, MCH, MCHC, Kadar vitamin B12, atau asam folat (bila memungkinkan), Pungsi sumsum tulang.


1.7              Penatalaksanaan
1.7.1        Umum :
a.        Makanan gizi seimbang
b.       Hindari makanan yang mengandung gluten
c.         Atasi faktor predisposisi
1.7.2        Khusus :a). Defisiensi asam folat :
-   Asam folat 0,5 – 1 mg/hr po
- Respons perubahan hematologis dapat diharapkan dalam 72 jam, terapi  dilanjutkan selama 3-4 minggu sampai didapatkan respons hematologis yang jelas. Lama pengobatan tergantung penyebabnya (dapat beberapa bulan).
-       Pada malabsorbsi, pengobatan asam folat diberikan sampai malabsorbsi   teratasi, atau dapat dicoba dengan pemberian awal 50 mg/hr selama 7-14 hari.
-        Pada kebutuhan ↑ (anemia hemolitik kronik) -> pengobatan dengan asam folat seumur hidup.
b)  Defisiensi vitamin B12 :
-  Dosis awal optimal 25-100 ug/hr selama 2-3 minggu. Dosis pemeliharaan 200-   1000 ug im setiap bulan.
- Pada gangguan absorbsi dapat diberikan 1000 ug im 2 x seminggu.
- Respon berupa retikulositosis dapat diharapkan pada hari ke 3 – 4 pengobatan.
c)  Tranfusi Darah
- Tranfusi darah PRC 10 – 15 ml/kgBB bila ada tanda gagal jantung yang mengancam
- Bila ada infeksi harus segera diatasi, karena selama ada infeksi, sumsum tulang sering tidak memberikan respons dengan pemberian hematinik.
1.2       Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1    Pengkajian
  1Anamnesis ditemukan riwayat faktor predisposisi defisiensi vitamin B12 (masukan           tidak adekuat, kurangnya faktor intrinsik, gangguan absorbsi) dan defisiensi asam folat (bayi berat badan lahir sangat rendah, malnutrisi ) atau etiologi lain seperti kelainan kongenital sintesis DNA, defek sintesis DNA didapat atau pemakaian obat2an sitostatika.
  2. Pada pemeriksaan fisik
a)  Pucat
     terjadinya karena penghancuran sel darah merah sebelum waktunya. Secara normal, sel darah merah akan hancur dalam waktu 120 hari, untuk selanjutnya membentuk sel darah baru.
b) Mudah lelah / lemah
     Berkurangnya kadar oksigen dalam tubuh mengakibatkan keterbatasan energy yang menghasilkan oleh tubuh, sehingga anak kelihatan lesu, kurang bergairah, dan mudah lelah. Oksigen yang terikat dengan Hb pada sel darah merah mempunyai salah satu fungsi untuk aktivitas tubuh.
c) Pusing Kepala
     Kepala pusing pada anak enemi disebabkan karena pasokan atau aliran darah ke otak berkurang.
d) Napas Pendek
     Rendahnya kadar Hb akan menurunkan kadar oksigen, karena Hb merupakan pembawa oksigen. Oleh karena itu, sebagai kompensansi atas kekurangan oksigen tersebut, pernapasan menjadi lebih cepat dan pendek.
e) Nadi cepat
     Peningkatan denyut nadi sering terjadi, terutama pada perdarahan mendadak yang merupakan kompensansi dari reflek cardiovaskuler. Kompensansi peningkatan denyit nadi ini terjadi untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
f) Eliminasi urine dan kadang-kadang terjadi penurunan produksi urine
     Adanya perdarahan yang hebat dapat mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal sehingga merangsang hormone rennin angiotensin aktif untuk menahan garam dan air sebagai kompensansi untuk memperbaiki perfusi dengan manifestasi penurunan produksi urine.
g) Gangguan Pada system saraf
     Anemi defesiensi vitamin B12 dapat menimbulkan gangguan pada system saraf I sehingga timbul keluhan seperti kesemutan, ekstermitas lemah, spastisitas, dan gangguan melangkah.
h)  Gangguan Saluran Cerna
     Pada anemi yang berat, sering timbul keluhan nyeri perut, mual, muntah, dan penurunan nafsu makan.
I)    Pika
Merupakan keadaan yang berulang karena anak makan zat yang tidak bergizi, tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik.
j)  Suhu tubuh meningkat
     Diduga terjadi karena akibat dari dikeluarkan leukosit dari jaringan iskemik
k) Pola Makan
     Pada pasien dengan anemia dapat terjadi pemenuhan nurisi yang tidak adekuat

1.2.2    Rencana Asuhan Keperawatan
1.2.         2.1  Diagnosa Keperawatan 1
            Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia
1)      Batasan Karakteristik
Mayor :
-          Anak mengalami masukan makanan yang tidak adekuat

Minor :
(1)   BB badan 10% - 20% di bawah normal
(2)   Kelemahan otot dan nyeri tekan muntah
1)      Tujuan :
Kebutuhan nutrisi anak terpenuhi secara adekuat dalam waktu 2 x 24 jam dengan kriteria hasil :
(1)   Anak senang bila makan
(2)   Nafsu makan anak meningkat
(3)   Porsi makan yang diberikan selalu habis
2)      Tindakan atau intervensi
(1)    Berikan makanan yang disertai dengan suplemen vitamin untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
R :       Untuk meningkatkan nafsu makan sebagai pemenuhan terhadap nutrisi
(2)    Anjurkan untuk makan-makanan dengan porsi kecil tapi sering
R :       Untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi dan dapat menurunkan kejenuhan makan serta meningkatkan nafsu makan
(3)    Jelaskan pengertian intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan
R :       Untuk memberikan motivasi agar kebutuhan nutisi terpenuhi
(4)    Bantu orang terdekat atau orang tua mengembangkan keseimbangan nutrisi
R :       Meningkatkan pemahaman kebutuhan individu terhadap pentingnya nutrisi sebagai penunjang keseimbangan pasien
(5)    Menimbang berat badan tiap hari
R :       Untuk mendeteksi tingkat kekurangan nutrisi dari pada pasien
(6)    Kolaborasi dalam pemberian diit
R :       Untuk memenuhi kebutuhan nutisi yang adekuat

1.2.2        Diagnosa Keperawatan 2
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sesak nafas sekunder terhadap adanya penekanan diafragma.
1)      Batasan Karakteristik
Mayor:
-          Perubahan frekuensi pernafasan
-       Perubahan nadi (frekuensi, irama, kualitas)
Minor:
-          Takipnea, hipernea, hiperventilasi
-          Irama pernafasan tidak teratur
-          Pernapasan yang berat
2)      Tujuan
(1)    Dapat menurunkan tanda dan gejala gangguan pertukaran gas
(2)    Pasien dapat menunjukkan peningkatan perubahan pertukaran gas seperti tanda vital, nilai AGD dan ekspresi wajah.
3)      Kriteria Hasil
a.         Menunjukkan frekuensi pernafasan yang efektif
b.        Menyatakan gejala berkurang
c.         Menyatakan faktor-faktor penyebab dan menyatakan cara koping adaptif untuk mengatasinya
4)      Intervensi dan rasional :
(1)    Observasi TTV
R :    Mengidentifikasi keadaan pasien dalam intervensi yang diberikan
(2)    Kaji adanya bunyi nafas tambahan, peningkatan pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada dan kelemahan
R :    Identifikasi adanya PK pulmonary edema
(3)    Berikan posisi tidur semi fowler
R :    Posisi semi fowler memaksimalkan ekspansi paru
(4)    Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis dan atau perubahan warna kulit termasuk membran mukosa dan kuku
R :    Akumulasi secret atau pengaruh jalan nafas dapat mengganggu oksigenasi organ vital jaringan
(5)    Tingkatkan tirah baring atau batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan
R :    Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan selama periode penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala
(6)    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen
R :    Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi atau menurunnya permukaan alveolar paru
(7)    Kolaborasi dalam pemberian obat
R :    Dengan terapi pengobatan dapat mempercepat proses penyembuhan
1.2.3        Diagnosa Keperawatan 3
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler pengirim nutrient ke sel
1)      Batasan Karakteristik :
-          Palpitasi, angina
-          Kulit  pucat, membrane mukosa kering, kuku dan rambut  rapuh
-          Ekstermitas dingin
-          Penurunan Hakuaran urine
-          Disorientasi
2)      Tujuan
Menunjukan perfusi yang adekuat
3)    Kriteria hasil:
-          Kulit tidak lagi pucat
-          Jumlah urine dalam batas normal
-          Ekstermitas normal
4)      Intervensi dan Rasional
1.    Awasi tanda vital, warna kulit
R :   Memberikan informasi tentang derajat/ keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi
2.    Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
R : Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhab seluler
3.    Kaji respon verbal melambat, mudah terangsang, gangguan memori, bingung
R:  Dapat mengindikasi gangguan fungsi serebral karena hipoksia
4.         Catat Keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi
R: Vasokontriksi menurunkan sirkulasi perifer

5.         Observasi Pemeriksaan laboratorium
R: Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/ respon terhadap terapi

1.2.4        Diagnosa Keperawatan 4
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan
1.    Batasan Karakteristik
-          Kelemahan dan kelelahan
-          Mengeluh penurunan toleransi aktivitas
-          Lebih banyak memerlukan istirahat tidura
-          Palpitasi, takikardi
2.    Tujuan
Melaporkan peningkatan aktivitas
3.    Kriteria Hasil :
-          Menunjukan penurunan tanda fisiologis intoleransi aktivitas
4.        Intervensi dan Rasional
1.      Kaji kemampuan pasien untuk melakuakn tugas
R: Mempengaruhi Intervensi
2.      Observasi tanda-tanda vital
R: manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan
3.      Berikan Lingkungan tenang
R: Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh
4.      Berikan bantuan bila perlu memungkinkan pasien untuk melakukan sebanyak mungkin
R: pasien dapat secara bertahap mandiri dalam beraktivitas
5.      Anjurkan pasien untuk menghemat energi
R: Mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi penyimpangan energi dan mencegah kelemahan.
.

       DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1996). Diagnosa Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Doengoes, Marilyn E. (1996). Rencana Asuhan Keperawatan . Edisi 6. Jakarta : Buku  Kedokteran EGC.
Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta : Aesculapius.
Noer, Sjaifoellah. (1996). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Swearingen, L. Pamela. (2001). Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Jakarta : EGC


0 komentar:

Post a Comment