Tuesday, 16 April 2019

LP TEORI VENTRIKEL SEPTAL DEFEK

BAB 1
TEORI
VENTRIKEL SEPTAL DEFEK

1.1 Tinjauan Medis
1.1.1   Definisi
          Ventrikel Septal Defek terjadi bila sekat (septum) ventrikel tidak terbentuk sempurna. Akibatnya darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada saat sistole. Besarnya defek bervariasi dari hanya beberapa mm sampai beberapa cm. Berkurangnya darah yang beredar ke dalam tubuh menyebabkan pertumbuhan anak terhambat, sedangkan jika aliran darah ke paru bertambah maka akan menyebabkan anak sering menderita infeksi saluran pernafasan. (Ngastiyah, 1998)
VSD (Ventrikel Septal Defect) adalah suatu keadaan abnormal yaitu adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan. (Suriadi, 2001)

1.1.2  Etiologi
         Penyebab secara pasti tidak diketahui. Akan tetapi terdapat beberapa faktor predisposisi penyebab terjadinya VSD yaitu :
1)      Pada saat hamil ibu menderita Rubella
2)      Ibu hamil yang kecanduan alkohol
3)      Usia ibu hamil > 40 tahun
4)      Ibu hamil yang menderita IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
5)      Faktor Genetik : Anak dengan Down Syndrom memiliki resiko terjadinya VSD

1.1.3  Fisiologi
Jantung merupakan organ berongga, berotot, dan berbentuk kerucut. Jantung terletak diantara paru – paru kiri dan kanan, didaerah yang disebut mediastinum, dibelakang badan sternum dan dua pertiganya terletak disisi kiri. Ukuran jantung sekitar 12 cm dari basis ke puncak dengan lebar sekitar 9 cm dan tebal sekitar 6 cm. Setiap belahan jantung terdiri atas 2 bilik, yang atas berupa bilik pengumpul (atrium) dan yang bawah sebagai bilik pemompa (ventrikel). Dinding otot pemisah yaitu septum, memisahkan belahan jantung kanan dan kiri. Jantung juga mempunyai 2 jenis katup jantung yaitu katup antrioventrikular dan katup semilunar.
Fungsi jantung adalah memompa darah kaya oksigen ke dalam sistem arteri (yang membawa ke sel – sel) dan menampung darah dengan oksigen dari sistem vena dan meneruskannya ke paru untuk reoksigenasi. Fungsi arteri, kapiler, vena dan pembuluh limfe adalah membawa darah ke dan dari jaringan dan sel di seluruh tubuh.   

1.1.4  Klasifikasi
Besarnya defek bervariasi mulai dari ukuran milimeter (mm) sampai dengan centi meter (cm), yaitu dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1)      VSD kecil : Diameter sekitar 1 – 5 mm, pertumbuhan anak dengan kadaan ini masih normal walaupun ada kecenderungan terjadi infeksi saluran pernafasan.
2)      VSD besar / sangat besar : Diameter lebih dari setengah dari ostium aorta, tekanan ventrikel kanan biasanya meninggi.

1.1.5  Manifestasi Klinis
VSD (ventrikel septal defek)
1.      Pertumbuhan terhambat
2.      Diameter dada bertambah terlihat adanya benjolan dada kiri
3.      Pada palpasi  dan auskultasi : adanya VSD besar :
-  Tekanan vena pulmonalis meningkat
-        Penutupan katub pulmonal teraba jelas pada sela iga 3 kiri dekat sternum
-  Kemungkinan teraba getaran bising pada dada
3.      Adanya tanda-tanda gagal jantung : sesak, terdapat murmur, distensi vena jugularis, udema tungkai, hepatomagali.
4.      Diaphoresis
5.      Tidak mau makan
6.      Tachipnea

1.1.6        Komplikasi
1.      Endokarditis
2.      Obtruksi pembuluh darah pulmonal (Hipertensi Pulmonal)
3.      Aritmia
4.      Henti jantung

1.1.8         Pemeriksaan Penunjang
1.      Auskultasi Jantung
2.      pantau nafas (frekuensi nafas dan nadi)
3.      Foto Rontgen
4.      ECG (Electro Cardio Grafi)
5.      Echocardiogram
6.      MRI
1.1.9         Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan cara Non pembedahan dan pembedahan.
1)      Non Pembedahan
-          Menutup defek dengan alat melalui kateterisasi jantung
-          Dengan obat – obatan untuk mengatasi gagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretik, misal : Lasix, jika obat dapat memperbaiki keadaan yang dilihat dengan membaiknya pernafasan dan pertambahan berat badan maka pembedahan dapat ditunda sampai usia 2 – 3 Tahun.
2)      Pembedahan
Menutup defek dengan dijahit melalui : Cardiopulmonary by pass, pembedahan ini dapat dilakukan sesegera mungkin jika pengobatan medis tidak berhasil


1.2   Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
1.2.1.1   Aktivitas dan istirahat
1)      Gejala :
Kelemahan, kelelahan umum dan karena aktivitas berat
2)      Tanda :
Perubahan frekuensi jantung / TD dengan aktivitas / olahraga

1.2.1.2   Sirkulasi
1)      Gejala :
Penyakit kelainan katup jantung
2)      Tanda :
-    Bunyi jantung, irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun
-    Kulit : warna dan kelembaban berubah, contoh pucat, sianosis, berkeringat (gagal jantung, syok)
1.2.1.3   Integritas ego
1)      Gejala :
Perasaan gugup (disertai takidisritmia), perasaan terancam
2)      Tanda :
Cemas, takut, menolak, marah, gelisah, menangis
1.2.1.4   Makanan / Cairan
1)      Gejala :
-          Nafsu makan hilang
-          Nausea /  mual dan muntah
-          Perubahan berat badan
2)      Tanda :
-    Perubahan pada kelembaban kulit / turgor
-    Pernafasan krekels
-    Edema
1.2.1.5   Neurosensori
1)      Gejala :
-    Pusing / sakit kepala
2)      Tanda :
-    Kehilangan refleks tendon dalam dengan disritmia yang mengancam hidup (takikardia ventrikel, brdikardia berat)
-    Perubahan pupil (kesamaan dan reaksi terhadap sinar)
-    Status mental/sensori berubah, contoh : perubahan kesadaran, pingsan, koma, bingung, disorientasi
1.2.1.6   Nyeri / Ketidaknyamanan
1)      Gejala :
Nyeri dada, ringan sampai berat, dimana dapat atau tidak bisa hilang oleh obat antiangina
2)      Tanda :
Perilaku distraksi, contoh : gelisah
1.2.1.7   Respirasi
1)      Gejala :
Penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk (dengan / tanpa produksi sputum)
2)      Tanda :
-    Perubahan kecepatan / kedalaman pernafasan selama episode disritmia
-    Bunyi nafas : bunyi tambahan (krekels, ronchi, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan, seperti : pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal, Hemoptisis.
1.2.1.8   Keamanan
Tanda :
-         Demam,
-         kemerahan kulit,
-         inflamasi,
-         eritema,
-         edema (trombosis superficial),
-         kehilangan tonus otot/kekuatan

1.2.2   Rencana Asuhan Keperawatan
1.2.2.1   Diagnosa Keperawatan I
Intoleransi aktivitas b/d suplai dan kebutuhan oksigen tidak seimbang
1.      Tujuan :
Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat dan anak akan berpartisipasi dalam aktivitas yang dilakukan oleh anak seusianya.
2.      Kriteria Hasil :
-          Menunjukkan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas
-          Keluarga dapat mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi toleransi aktivitas dan penurunanya dengan efek negatif 
3.      Intervensi dan Rasional
(1)   Anjurkan keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan aktivitas anak
R/ : Menghindari aktivitas yang berlebihan, karena membutuhkan oksigen yang cukup sementara kebutuhan oksigen dalam tubuh terbatas
(2)     Hindarkan anak dari perubahan suhu lingkungan yang mendadak, gunakan pakaian yang tebal pada anak di cuaca yang dingin
R/ : Dapat memicu jantung untuk bekerja lebih keras guna memenuhi kebutuhan O2
(3)   Anjurkan anak untuk sering beristirahat dan hindarkan gangguan pada saat tidur
R/ : Menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan O2
(4)   Hindarkan hal –hal yang menyebabkan ketakutan / kecemasan pada anak
R/ : Ketakutan dan kecemasan dapat membuat anak menjadi gelisah, sehingga kebutuhan O2 meningkat
(5)   Berikan periode istirahat setelah melakukan aktivitas
R/ : Meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan

1.2.2.2  Diagnosa Keperawatan II
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan sekresi sekret, dan ketidakmampuan batuk efektif sekunder akibat kelemahan.
1.2.2.2 Tujuan
Individu mampu meningkatkan dan mempertahankan keefektifan jalan nafas agar tetap bersih dan mencegah aspirasi
1.2.2.3  Kriteria Hasil
-          Bunyi nafas terdengar bersih
-          Ronchi / rales tidak terdengar
-          Menunjukkan batuk yang efektif
-          Tidak ada lagi penumpukan sekret di saluran pernafasan
-          Frekuensi pernafasan 16 – 20 x/menit
1.2.2.4 Intervensi dan Rasional
(1)   Observasi keadaan jalan nafas
R/ : Obstruksi mungkin dapat disebabkan oleh akumulasi sekret, sisa cairan mukus, perdarahan, bronkospasme
(2)   Pantau pergerakan dada dan auskultasi suara nafas pada kedua paru (bilateral)
R/ : Pergerakan dada yang simetris dengan suara nafas yang keluar dari paru – paru menandakan jalan nafas tidak terganggu. Saluran nafas bagian bawah tersumbat dapat terjadi pada pneumonia / atelektasis akan menimbulkan perubahan suara nafas seperti ronchi / rales 
(3)   Lakukan pengisapan lendir jika diperlukan, batasi durasi penghisapan dengan 15 detik atau lebih. Gunakan kateter penghisap yang sesuai cairan fisiologis steril
R/ : Pengisapan lendir tidak selama dilakukan terus menerus, dan durasinya pun dapat dikurangi untuk mencegah bahaya hipoksia
(4)   Anjurkan klien mengenai teknik batuk selama penghisapan, seperti ; waktu bernafas panjang, batuk kuat, bersin jika ada indikasi
R/ : Batuk yang efektif dapat mengeluarkan sekret dari saluran nafas
(5)   Atur / ubah posisi secara teratur (tiap 2 jam sekali)
R/ : Mengatur pengeluaran sekret dan ventilasi segmen paru – paru, mengurangi risiko atelektasis
(6)   Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk
R/ : Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus yang mengarah pada atelektasis
(7)   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat – obat bronkodilator sesuai indikasi, seperti aminophilin, meta – proterenol sulfat (alupent), adoetharine hydrochloride (bronkosol)
R/ : Mengatur ventilasi dan melepaskan sekret karena relaksasi otot / bronchospasme

1.2.2.3   Diagnosa Keperawatan III
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual muntah dan tidak adanya nafsu makan
1.      Tujuan
Intake makanan dan minuman dapat terpenuhi secara adekuat untuk mempertahankan berat badan dan menopang pertumbuhan
2.      Kriteria Hasil
-          Nafsu makan baik
-          Mual dan muntah hilang / terkontrol
-          Porsi makan yang dihidangkan dihabiskan
3.      Intervensi dan Rasional
(1)   Pantau berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama, dan waktu yang sama
R/ : Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
(2)   Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering untuk menghindari kelelahan pada saat makan
R/ : Memberikan kecukupan nutrisi pasien secara adekuat 
(3)   Berikan HE tentang nutrisi yang cukup dalam kebutuhan sehari - hari
R/ : Memberikan nutrien yang cukup untuk memperbaiki energi dan nutrisi yang cukup
(4)    Anjurkan perawatan mulut yang sering
R/ : Menurunkan ketidaknyamanan pada mulut, yang dapat mempengaruhi nafsu makan

1.2.2.4   Diagnosa Keperawatan IV
Risiko infeksi berhubungan dengan menurunnya status kesehatan dan ketahanan fisik yang kurang baik
1.      Tujuan
Infeksi tidak menjadi aktual
2.      Kriteria Hasil
-        Tanda-tanda infeksi tidak ada
-        Ada perubahan perilaku keluarga dalam melakukan perawatan
-        TTV dalam batas normal (S= 36-37,8°C, P= 60-100 x/menit, N= 16-20 x/menit, TD= 110-130/80 mmHg)
3.      Intervensi dan Rasional
(1)   Anjurkan pasien untuk menghindarkan kontak dengan individu yang terinfeksi
R/ : Mencegah terjadinya penyebaran patogen
(2)   Tempatkan anak di ruangan non infeksi
R/ : Mencegah terjadinya infeksi nosokomial
(3)   Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
R/ : Membatasi masuknya bakteri ke dalam tubuh. Deteksi dini adanya infeksi dapat mencegah sepsis
(4)   Monitor temperatur dan pengaturan suhu lingkungan
R/ : Demam dapat terjadi karena infeksi dan / atau dehidrasi

1.2.2.6  Diagnosa Keperawatan IV

Penurunan curah jantung b/d perubahan dalam preload / peningkatan tekanan atrium dan malformasi jantung
1.      Tujuan
Meningkatkan / mempertahankan curah jantung secara adekuat
2.      Kriteria Hasil
3.      Intervensi dan Rasional


DAFTAR PUSTAKA

  1. Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2, Bandung, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996
  2. Tuti Pahria, dkk, Asuhan Keperawatan  pada Pasien dengan Ganguan Sistem PersyarafanJakarta, EGC, 1993
  3. Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan , Jakarta, Depkes, 1996
4.   Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth,   Buku Ajar Keperawatan Medikal BedahJakarta, EGC ,2002
 5.   Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta,  EGC, 2000
6. Harsono, Buku Ajar : Neurologi Klinis,Yogyakarta, Gajah Mada university press, 1996          

0 komentar:

Post a Comment