BAB I
TINJUAN TEORI
SECTIO SESAREA
SECTIO SESAREA
1.1 Tinjauan Medis
1.1.1 Pengertian
Sectio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding Uterus melalui dinding depan Perut / Vagina atau Sectio Sesaria adalah suatu histerofemia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mucthar Rustam, 1998).
Sectio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim (Manjoer, Arif. 2000).
Sectio sesarea adalah melahirkan bayi melalui tindakan pembedahan dengan membuka dinding perut dan rahim (Lastiko, 2003).
1.1.2 Etiologi
(Mochtar, Rustam : 1998)
(Mochtar, Rustam : 1998)
1. Plasenta previa sentralis dan lateralis (Posterior)
2. Panggul sempit, Preeklamsi dan Hipertensi
3. Ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan panggul
4. Ruptur uteri mengancam
5. Partus lama, Dystocia servic
6. Mal presentasi janin
- Letak lintang, Letak Bokong
- Gameli
1.1.3 Patofisiologi
1.1.4 Klasifikasi
A. Jenis–jenis operasi sectio sesaria
1. Abdomen (sectio sesaria abdominalis)
a) Sectio sesaria Transperitonealis
- Sectio sesaria klasik/korporal dengan insisi memanjang pada segmen bawah rahim.
- sectio sesaria iskima/provunda ( Low servical ) dengan insisi pada segmen bawah rahim.
b) Sectio sesaria Ekstraperionealis
Yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis sehingga dengan demikian tidak membuka kavum abdominal.
2. Vagina (sectio sesaria vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim sectio sesaria, dapat dilakukan sbb :
- Sayatan memanjang ( Longitudinal )
- Sayatan melintang ( Transversal )
- Sayatan huruf T ( T – incision )
1.1.5 Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan urine protein (Albumin)
Untuk mengetahui adanya resiko pada keadaan preklamsi maupun adanya gangguan pada ginjal dilakukan pada Trimester II dan III.
- Pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar Hb dan Hct darah.
2) USG
Melokalisasi plasenta untuk menentukan pertumbuhan, kedudukan dan presentase janin.
3) Kultur : Mengidentifikasi adanya virus Herpes simplek tipe II.
Pemantauan terhadap kesehatan ibu
1. Periksa tekanan darah
2. Frekuensi nadi
3. Frekuensi pernafasan
4. Ukuran jumlah urine
5. Periksa atau kultur jumlah perdarahan selama operasi
1.1.6 Penatalaksanaan
1. Prosedur Pelaksanaan Sectio sesaria
- Tranfusi darah
Pada umumuya, perdarahan pada operasi lebih banyak terjadi daripada persalinan pada rahim, pelepasan plasenta atau terjadi atonia uteri pasca operasi. Berhubungan dengan hal itu, pada prosedur operasi disediakan persediaan darah. Untuk itu, Golongan darah pasien diperiksa sebelum operasi dilaksanaan. Tranfusi diperlukan apabila Hb dibawah 8 g%.
- Pemberian antibiotik
Pemeberian antibiotik sudah umum dilakukan dokter, apabila ada tanda infeksi atau pasien mengalami demam. Antibiotik diberikan sampai demam menghilang selama 48 jam.
- Jahitan perut
Pembalut atau penutup luka berfungsi sebagai penghalang dan pelindung terhadap infeksi selama proses penyembuhan. Pertahankan penutup luka ini sejak hari pertama setelah pembedahan untuk mencegah infeksi selama proses reepitelisasi berlangsung.
- Analgesik
Setelah operasi, kadang diberikan obat analgesik untuk menghilangkan rasa nyeri atau sakit akibat pembedahan setelah efek bius hilang.
- Infus
Infus diberikan sebelum, selama dan setelah pembedahan. Infus diberikan sebagai pengganti asupan “makanan”, selama pasien berpuasa dan organ pencernaan belum dapat berfungsi normal. Biasanya, infus dilepas setelah pasien bisa flatus (buang angin) atau apabila sudah 24 jam pascaoperasi perut tidak mengalami kembung.
2. Tahap-tahap operasi
Operasi Caesar dilakukan melalui pembedahan kulit perut, membuka peritoneum (selaput perut) dan rahim. Sayatan dibuat cukup besar untuk meahi4rkan kepala dan badan bayi. Selanjutnya, sebelah tangan doketr akan mengeluarkan bayi dengan mengambil kepala secara hati-hati untuk menghindari rahim robek. Setelah tali pusat dipotong, plasenta dikeluarkan dengan tarikan hati-hati. Proses selanjutnya tidak berbeda dengan operasi dengan sayatan melintang, yaitu lapis demi lapis, mulai dari dalam, yaitu rahim, lalu selaput dan kulit perut. Setelah dijahit, luka operasi ditutup dengan kasa.
3. Perawatan pasca operasi antara lain:
- Jadwal pemeriksaan ulang tekanan darah, frekuensi, nadi dan nafas.
- Jadwal pengukuran jumlah produksi urin
- Berikan IV dengan jelas
4. Penatalaksanaan Medis:
- Carian IV sesuai indikasi
- Anastesi : regional atau general
- Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan section caesaria
- Test laboratorium atau diagnotic sesuai indikasi
- Persiapan kulit dalam pembedahan abdomen
- Persetujuan ditanda tangani
- Pemasangan Folley Cath.
1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian Umum
1.2.1.1 Anamnesa
1. Identitas pasien dan suami
2. Riwayat kesehatan sekarang
a. Adanya nyeri bekas insisi?
b. Adakah sering terjadi ketidaknyamanan atau distensi abdomen dan kandung kemih?
c. Apakah pasien kesulitan BAB?
d. Apakah pasien sering terjadi sakit kepala dan kelemahan?
e. Apakah pasien merasa cemas, gelisah, gembira, atau ekspresi wajah lainnya?
3. Adakah pasien mempunyai riwayat penyakit dahulu?
4. Bagaimanakah riwayat penyakit keluarga?
5. Bagaimanakah riwayat menstruasi pasien?
6. Bagaimanakah riwayat perkawinan dan riwayat KB?
1.2.1.2 Pemeriksaan Fisik ( Doengoes, E. 2000 )
1. Tanda – tanda vital
- Tekanan darah
- Suhu
- Nafas
- Nadi
- BB / TB
2. Keadaan umum
3. Integritas ego
- Dapat menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan sampai ketakutan, marah atau menarik diri
- Klien mengekspresikan ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru
4. Eliminasi : catat frekuensi, konsistensi, bau dan warna urane
5. Abdomen
Abdomen lunak dengan tidak ada akstensi, ukuran jumlah bissing usus
6. Nyeri atau ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh ketidaksamaan dari berbagai sumber : missal trauma bedah / insisi, nyeri penyerta, distensi kandung kemih atau abdomen
7. Pernafasan
Bunyi paru jelas dan vesikuler
8. Seksualitas
- Fundus kontraksi kuat dan terletak diumbilikus
- Aliran lochea sedang dan bebas bekuan berlebihan atau banyak
1.2.2 Prioritas Keperawatan
a. Meningkatkan kesatuan dan ikatan keluarga
b. Meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan umum
c. Mencegah meminimalkan komplikasi pasca operasi
d. Meningkatkan respon emosional positif pada pengalaman kelahiran dan peran orang tua
e. Memberikan informasi mengenai kebutuhan pasca partum
1.2.3 Tujuan
1) Dimulainya ikatan keluarga
2) Berkurangnya nyeri / ketidaknyamanan
3) Terpenuhinya kebutuhan fisik atau psikologis
4) Komplikasi tercegah dan teratasi
5) Diekspresikan kebanggaan diri positif berkenaan dengan kelahiran dan peran orang tua
6) Dipahaminya kebutuhan pasca partum
1.2.4 Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat persalinan pembedahan
2) Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kerusakan integritas kulit sekunder akibat persalinan prosedur invasive
3) Resti infeksi berhubungan dengan nyeri pada luka opersi
4) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada luka operasi
5) Gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan nyaman nyeri sekunder pembedahan
6) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan bayi
7) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan sekunder akibat pembedahan
1.2.5 Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinvitas jaringan sekunder akibat persalinan atau pembedahan
Tujuan : Nyeri dapat diminimalkan / dikontrol dalam waktu 2 x 24 jam dengan
Kriteria Hasil : - Px mengatkan nyeri terkontrol / hilang
- Skala nyeri berkurang
- Px tampak rileks
Intervensi
1) Tentukan adanya lokasi dari sifat ketidaknyamanan
R : dapat mengidentifikasi kebutuhan–kebutuhan khusus dan itervensi yang tepat
2) Evaluasi TD, nadi, perhatikan perubahan prilaku
R : Nyeri dapat menyebabkan gelisah serta peningkatan nadi dan TD
3) Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya keranteristiknyeri pernyerta
R : Selama 24 jam pertama pasca operasi kontraksi uterus kuat dan teratur
4) Beri HE tentang tentang relaksasi dan distraksi
R : merilekskan otot dan mengalihkan perhatian sensasi nyeri
5) Ciptakan lingkungan yang nyaman
R : untuk mengurangi nyeri yang dirasakan
6) Anjurkan kepada pasien untuk merubah posisi yang nyaman dan kurangi rangsangan yang berbahaya
R : reaksasi otot dan mengalikan perhatian dari sensasi nyeri dapat meningkatkan kenyamanan
7) Kolaborasi dengan pemberian analgesik
R : meningkatkan kenyamanan yang memperbaiki status psikologis dan meningkatkan mobilitas
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kerusakan integritas kulit sekunder akibat prosedur infasif
Tujuan : setelah melakukan tindakan keperawatan pasien dapat meminimalkan ansietas dengan KH :
- Px melaporkan nyeri hilang
- Melakukan intruksi perawat
- Pasien tampak rileks
Intervensi
1) Kaji tingkat ansitetas klien melalui isyarat verbal dan non verbal
R : Ansietas berlebihan meningkatkan persepsi nyeri dan dapat mempunyai dampak negatif terhadap hasil persalinan
2) Pantau TD dan nadi pasien
R : Ansietas yang lama dapat mengakibatkan ketidak seimbangan endokrin dengan kelebihan pelepasan epineprin, meningkatkan TD dan nadi
3) Anjurkan tehnik nafas dalam dan relaksasi
R : Membantu dalam menurunkan ansietas dan persepsi terhadap nyeri dalam korteks serebral, meningkatkan rasa kontrol
4) Anjurkan Pasien untuk mengungkapkan perasaan
R : Dengan mengungkapkan perasaan pasien dapat lebih terbuka dan tidak ketakutan lagi
5) Libatkan keluarga dalam mengurangi cemas
R : Dukungan dari keluarga memberikan kenyamanan pasien dan perasaan tenang
6) Pertahankan lingkungan yang tenang dan aman
R : Dapat menurungkan tingkat ansietas pasien
3. Resti infeksi b/d tempat masuknya mikroorganisme sekunder akibat persalinan / pembedahan
Tujuan : Resti infeksi dapat dihindari dalam waktu 3 x 24 jam dengan Kriteria
Hasil :
- Bebas dari infeksi, tidak demam
- Mendemontrasikan tehnik–tehnik untuk resiko–resiko/ meningtkatkan penyembuhan
- Aliran dan karakter lochea normal
Intervensi
1) Ajuran tehnik mencuci tangan dengan benar masalah pembuangan pengalas kotoran
R : Membantu mencegah/membatasi penyebaran infeksi
2) Tijau ulang HB dan HCT prenatal : perhatikan adanya kondisi yang memprediksikan klien pada infeksi pasca operasi
R : Animea, DM, dan persalinan yang lama sebelum kelahiran sectio sesaria meningkatkan resiko infeksi dan perlambatan penyembuhan
3) Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat/rembesan lepasan balutan sesuai indikasi
R : Balutan steril menutupi luka 24 jam pertama kelahiran cesaria membantu cidera/kontaminasi. Rembasan dapat menandakan hematoma gangguan penyatuan jahitan. Pengankatan balutan memungkinkan insisi mongering dan meningkatkan kenyamanan
4) Perhatikan kemerahan disekitar bekas operasi, oedema, nyeri
R : Tanda–tanda ini menandakan infeksi luka
5) Kaji suhu, nadi dan jumlah sel darah putih
R : Demam setelah pasca operasi hari ke-3, leukositosis dan takirkadia menunjukkan adanya infeksi. Peningkatan suhu sampai 38ºc dalam 24 jam pertama sangat mengidentifikasi infeksi
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada luka operasi
Tujuan : Gangguan mobilitas fisik berkurang dalam waktu 2 x 24 jam dengan Kriteria Hasil : - Melaporkan adanya peningkatan mobilitas
- Memperlihatkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
- Memperlibatkan alat–alat yang adaptif untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi:
1) Ajarkan untuk melakukan rentang gerak aktif pada anggota gerak yang sehat kurang lebih 4 kali sehari
R : Menghindari ketakutan dan atropi dari otot karena imbolisasi yang terlalu lama
2) Ajarkan dan amati penggunaan alat bantu
R : Mengetahui tingkat Px dan menentukan intervensi
3) Ajarkan individu tidakan kewaspadaan keamanan
R : Melindungi daerah luka dari trauma dengan benda sekitar dan mengurangi komplikasi yang mungkin timbul
4) Minta kepada individu untuk memperagakan latihan gerak
R : Melatih individu untuk melakukan ambulasi secara dini
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan nyaman nyeri sekunder terhadap pembedahan
Tujuan : Pasien mampu mempertahankan pola tidur yang adekuat dengan Kriteria Hasil: - Pasien dapat tidur ± 7–8 jam
- Pasien terlihat lebih segar dan lebih rileks
Intervensi
1) Berikan posisi tidur yang nyaman bagi pasien
R : Mengurangi tekanan abdomen dan meningkatkan kenyamanan saat tidur
2) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tetang
R : Dapat meningkatkan kenyamanan tidur pasien
3) Kurangi kebisingan
R : Dapat meningkatkan kenyamanan tidur
4) Observasi tidur pasien
R : Untuk mengetahui perkembanganpola tidur pasien
5) Memantau tanda-tanda vital
R : Mengetahui perkembangan pasien dan menentukan tindakan selanjutnya
1.3 Evaluasi
1. Nyeri dapat terkontrol/hilang
2. Pasien tampak kooperatif pada tindakan yang akan dilakukan
3. Pasien mampu memperlihatkan untuk meningkatkan mobilitas
4. Pasien menunjukkan tidak adanya tanda–tanda infeksi
5. Pasien mampu mempertahankan pola tidur secara adekuat
6. Pasien mampu memahami dan mengaplikasikan tehnik perawatan bayi
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Manjoer. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Penerbit Media Aesculapius. Jakarta
Carpenito, Lynda juall. (1999). Buku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta
Doengoes E. Marylin. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi, EGC. Jakarta
Jones. (2001). Dasar-Dasar Obstetri Dan Ginekologi, Edisi 6. Alih Bahasa
Lastiko. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta
Mucthar Rustam. (1998). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, edisi, Jakarta. FKUI
0 komentar:
Post a Comment