BAB 1
TINJAUAN TEORI
SINDROM NEFROTIK
1.1 Pengertian
Sindrom nefrotik adalah kompleks gejala dengan
karakteristik proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, gangguan
imunitas, dan edema. 80% dari semua kasus pada anak-anak usia 2 dan 6 tahun,
dan lebih sering ditemukan pada anak-anak laki-laki dibandingkan anak perempuan
(Muscary, 2005; 352).
Sindrom nefrotik adalah gangguan klinis yang
ditandai dengan peningkatan protein urine (proteinuria), edema, penurunan
albumin dalam darah (hipoalbuminemia), dan kelebihan lipid dalam darah
(hiperlipidemia). Kejadian ini diakibatkan oleh kelebihan pecahan plasma
protein ke dalam urine karena peningkatan permeabilitas membran kapiler
glomerulus (Nusalam, 2006; 58).
1.2 Etiologi
Penyebab pasti sindrom nefrotik belum diketahui,
tetapi secara umum, dibagi menjadi (Muscary, 2005; 352) :
1)
MCNS (Minimal Cange
Nephrotic Syndrome)
MCNS
merupakan penyebab idiopatik. Penyakit nonspesifik, biasanya virus infeksi
saluran pernapasan bagian atas, sering kali mengawali manifestasi klinis pada
4-8 hari. Namun, MCNS diduga sebagai faktor pencetus dari pada sebagai
penyebab.
2)
Sindrom nefrotik
sekunder
Biasanya
terjadi setelah kerusakan glomerulus dengan penyebab yang diketahui atau dapat
diduga (misal: lupus eritematosus sistemik, diabetes melitus, atau penyakit sel
sabit).
3)
Sindrom nefrotik
kongenital (tipe Finnish)
Disebabkan
oleh gen resesif autosomal. Gangguan yang jarang terjadi ini tidak berespons
terhadap terapi umum dan bayi biasanya meninggal pada tahun pertama atau kedua
kehidupannya.
1.4 Temuan
Pengkajian
1.
Manifestasi Klinis
(1)
Anoreksia
(2)
Keletihan
(3)
Pucat
(4)
Diare
(5)
Nyeri abdomen
(6)
Penurunan haluaran
urine. Urine dapat tampak berbusa atau bergelembung.
(7)
Periorbital (biasanya
tanda pertama), edema pedal dan pratibial sampai edema seluruh tubuh
(anasarka), berat badan meningkat, asites, dan efusi pleura. Pembengkakan labia
atau skrotum juga dapat terjadi. Dengan edema yang khas, anak mungkin terlihat
pucat dan mengalami gawat napas.
(8)
Kulit mengkilat dengan
vena menonjol.
(9)
Penurunan tekanan darah
yang ringan atau normal
(10) Peningkatan kerentanan
terhadap infeksi, terutama pneumonia, peritonitis, selulitis dan septikemia;
anak rentan terhadap infeksi sekunder karena imunoglobulin hilang melalui
urine.
2.
Temuan pemeriksaan
diagnostik dan laboratorium
(1)
Urinalisis menunjukkan
proteinuria yang khas, kast hialin, sedikit sel darah merah, dan berat jenis
urine tinggi
(2)
Kadar serum protein
yang menurun, terutama kadar albumin
(3)
Kolesterol serum dapat
mencapai 450 sampai 1500 mg/dL
(4)
Hemoglobin dan
hematokrit normal atau meningkat
(5)
Hitung trombosit tinggi
(500.000-1.000.000)
(6)
Konsentrasi natrium
serum rendah (130-135 mg/dL)
(7)
Biopsi ginjal dapat
dilakukan untuk memberikan informasi status glomerulus dan jenis sindrom
nefrotik, demikian juga respons terhadap pengobatan dan perjalanan penyakit
1.5 Komplikasi
Komplikasi
dari sindrom nefrotik yang dapat terjadi antara lain (Nursalam, 2006;60) :
(1)
Hipovolemia
(2)
Komplikasi
tromboemboli-trombosis vena renal, trombosis vena dan arteri ekstremitas,
emboli pulmonal, trombosis arteri koronaria, dan trombosis arteri serebral.
(3)
Gangguan metabolisme
obat berhubungan dengan penurunan plasma protein
(4)
Progresif menjadi gagal
ginjal
1.6 Prognosis
Prognosis baik bila penyakit memberikan respons yang
baik terhadap kortikosteroid dan jarang terjadi relaps (Arif Mansjoer,
2007;489).
1.7 Penatalaksanaan
1.
Istirahat sampai edema
tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai + 1 gram/hari, secara praktis
dengan menggunakan garam secukupnya dalam makanan dan menghindari makanan yang
diasinkan. Diet protein 2-3
gram/kgBB/hari.
2.
Bila edema tidak berkurang
dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik, biasanya Furosemide 1
mg/kgBB/kali, bergantung pada beratnya edema dan respons pengobatan. Bila edema
refrakter, dapat digunakan hidroklortiazid ( 25-50 mg/hari). Selama pengobatan
diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemia, alkalosis metabolik, atau
kehilangan cairan intravaskuler berat.
3.
Pemberian
kortikosteroid berdasarkan ISKDC (International Study of Kidney Disease in
Children) : Prednison dosis penuh : 60 mg/m2 luas permukaan
badan/hari atau 2 mg/kgBB/hari (maksimal 80 mg/kgBB/hari) selama 4 minggu
dilanjutkan pemberian Prednison dosis 40 mg/m2 luas permukaan
badan/hari atau 2/3 dosis penuh, yang diberikan 3 hari berturut-turut dalam
seminggu (intermitten dose) atau selang sehari (alternating dose)
selama 4 minggu, kemudian dihentikan tanpa tappering off lagi. Bila terjadi relaps diberikan Prednison
dosis penuh seperti terapi awal sampai terjadi remisi (maksimal 4 minggu),
kemudian dosis diturunkan mejadi 2/3 dosis penuh. Bila terjadi relaps sering
atau resisten steroid, lakukan biopsi ginjal.
4.
Cegah infeksi.
Antibiotik hanya diberikan bila ada infeksi.
5.
Pungsi asites maupun
hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital.
1.8 Tinjauan
Asuhan Keperawatan
1.8.1
Pengkajian
Pengkajian
yang harus dilakukan antara lain (Donna L.Wong, 2004; 550) :
1.
Lakukan pengkajian
fisik, termasuk pengkajian luasnya edema.
2.
Dapatkan riwayat
kesehatan dengan cermat, terutama yang berhubungan dengan penambahan berat
badan saat ini, disfungsi ginjal.
3.
Observasi adanya
manifestasi sindrom nefrotik :
(1)
Penambahan berat badan
(2)
Edema
(3)
Wajah sembab, khususnya
di sekitar mata, timbul pada saat bangun pagi, berkurang di siang hari
(4)
Pembengkakan abdomen
(asites)
(5)
Kesulitan pernapasan
(efusi pleura)
(6)
Pembengkakan labial
atau skrotal
(7)
Edema mukosa usus
menyebabkan diare, anoreksia, absorpsi usus buruk
(8)
Pucat kulit ekstrem
(sering)
(9)
Peka rangsang
(10)
Mudah lelah
(11)
Letargi
(12)
Tekanan darah normal
atau sedikit menurun
(13)
Kerentanan terhadap
infeksi
(14)
Perubahan urine :
penurunan volume, gelap, berbau buah
4.
Bantu dengan prosedur
diagnostik dan pengujian, misalnya analisa urine akan adanya protein, silinder,
dan sel darah merah; analisa darah untuk protein serum (total, perbandingan
albumin/globulin, kolesterol), jumlah darah merah, natrium serum.
1.8.2
Rencana Asuhan
Keperawatan
1.8.2.1
Diagnosa 1
Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan retensi cairan di seluruh tubuh.
Tujuan :
Mempertahankan
berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan.
Kriteria hasil :
(1)
Menunjukkan perubahan
berat badan yang lambat
(2)
Menunjukkan turgor
kulit normal tanpa edema
(3)
Menunjukkan tanda-tanda
vital normal
(4)
Menunjukkan tidak
adanya distensi vena leher
(5)
Melaporkan adanya
kemudahan dalam bernapas atau tidak terjadi napas pendek
(6)
Melaporkan berkurangnya
kekeringan pada membran mukosa mulut
Intervensi
keperawatan :
(1)
Kaji status cairan :
timbang berat badan tiap hari, keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit
dan adanya edema, distensi vena leher, tekanan darah, denyut dan irama nadi.
Rasional
:
Pengkajian
merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk memantau perubahan dan
mengevaluasi intervensi.
(2)
Batasi masukan cairan.
Rasional
:
Pembatasan
cairan akan menentukan berat tubuh ideal, haluaran urin, dan respons terhadap
terapi.
(3)
Identifikasi sumber
potensial cairan : makanan, medikasi dan cairan yang digunakan untuk pengobatan
(oral dan intravena).
Rasional
:
Sumber
kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi.
(4)
Jelaskan pada pasien
dan keluarga rasional dari pembatasan.
Rasional
:
Pemahaman
meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan.
(5)
Bantu pasien diam
menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan.
Rasional
:
Kenyamanan
pasien meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan diet.
(6)
Tingkatkan dan dorong
higiene oral dengan sering.
Rasional
:
Higiene
oral mengurangi kekeringan membran mukosa mulut.
1.8.2.2
Diagnosa 2
Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.
Tujuan :
Mempertahankan
masukan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil :
(1)
Mengkonsumsi protein
yang mengandung nilai biologis tinggi.
(2)
Memilih makanan yang
menimbulkan nafsu makan dalam batasan diet.
(3)
Mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dalam batasan diet.
(4) Mematuhi medikasi
sesuai jadwal untuk mengatasi anoreksia dan tidak menimbulkan rasa kenyang.
(5) Menjelaskan dengan
kata-kata sendiri rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan kadar
kreatinin dan urea.
(6)
Mengkonsulkan daftar
makanan yang dapat diterima.
(7)
Melaporkan peningkatan
nafsu makan.
(8)
Menunjukkan tidak
adanya perlambatan atau penurunan berat badan yang cepat.
(9)
Menunjukkan turgor
kulit yang normal tanpa edema; kadar albumin plasma dapat diterima.
Intervensi
keperawatan :
(1)
Kaji status nutrisi :
a.
Perubahan berat badan
b.
Pengukuran
antropometrik
c.
Nilai laboratorium
(BUN, creatinin, elektrolit serum, protein, transferin, dan kadar besi)
Rasional
:
Menyediakan
data dasar untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi.
(2)
Kaji pola diet nutrisi
pasien :
a.
Riwayat diet
b.
Makanan kesukaan
c.
Hitung kalori
Rasional
:
Pola
diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan dalam menyusun menu.
(3)
Kaji faktor yang
berperan dalam mengubah masukan nutrisi :
a.
Anoreksia, mual, atau
muntah
b.
Diet yang tidak
menyenangkan bagi pasien
c.
Depresi
d.
Kurang memahami
pembatasan diet
e.
Stomatitis
Rasional
:
Menyediakan
informasi mengenal faktor lain yang dapat diubah atau dihilangkan untuk
meningkatkan masukan diet.
(4)
Menyediakan makanan
kesukaan pasien dalam batas-batas diet.
Rasional
:
Mendorong peningkatan masukan diet.
(5)
Tingkatkan masukan
protein yang mengandung nilai biologis tinggi : telur, produk susu, daging.
Rasional
:
Protein
lengkap diberikan untuk mencapai keseimbangan nitrogen yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan penyembuhan.
(6)
Anjurkan camilan tinggi
kalori, rendah protein, rendah natrium di antara waktu makan.
Rasional
:
Mengurangi
makanan dan protein yang dibatasi dan menyediakan kalori untuk energi, membagi
protein untuk pertumbuhan dan penyembuhan jaringan.
(7)
Ubah jadwal medikasi
sehingga medikasi ini tidak segera diberikan sebelum makan.
Rasional
:
Ingesti
medikasi sebelum makan menyebabkan anoreksia dan rasa kenyang.
(8)
Jelaskan rasional
pembatasan diet dan hubungannya dengan penyakit ginjal dan peningkatan urea dan
kadar kreatinin.
Rasional
:
Meningkatkan
pemahaman pasien tentang hubungan antara diet, urea, kadar kreatinin dengan
penyakit renal.
(9)
Sediakan daftar makanan
yang dianjurkan secara tertulis dan anjuran untuk memperbaiki rasa tanpa
menggunakan natrium atau kalium.
Rasional
:
Daftar
yang dibuat menyediakan pendekatan positif terhadap pembatasan diet dan
merupakan referensi untuk pasien dan keluarga yang dapat digunakan di rumah.
(10) Ciptakan
lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan.
Rasional
:
Faktor
yang tidak menyenangkan yang berperan dalam menimbulkan anoreksia dihilangkan.
(11) Timbang
berat badan harian.
Rasional
:
Untuk
memantau status cairan dan nutrisi.
(12) Kaji
bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat :
a.
Pembentukan edema
b.
Penyembuhan yang lambat
c.
Penurunan kadar albumin
serum
Rasional
:
Masukan
protein yang tidak adekuat dapat menyebabkan penurunan albumin dan protein
lain, pembentukan edema, dan perlambatan penyembuhan.
1.8.2.3
Diagnosa 3
Kurang
pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan :
Meningkatkan
pengetahuan mengenai penyakit.
Kriteria hasil :
(1)
Menyatakan hubungan
antara penyebab penyakit dan konsekuensinya
(2)
Menjelaskan pembatasan
cairan dan diet sehubungan dengan kegagalan regulasi ginjal
(3) Menyatakan hubungan
antara penyakit yang diderita dengan kebutuhan penanganan menggunakan kata-kata
sendiri
(4)
Menanyakan tentang
pilihan terapi, yang merupakan petunjuk kesiapan belajar
(5)
Menyatakan rencana
untuk melanjutkan kehidupan normalnya sedapat mungkin
(6) Menggunakan informasi
dan instruksi tertulis untuk mengklarifikasi pertanyaan dan mencari informasi
tambahan
Intervensi
keperawatan :
(1)
Kaji pemahaman mengenal
penyebab sindrom nefrotik, konsekuensi, dan penanganannya.
Rasional
:
Merupakan
instruksi dasar untuk penjelasan dan penyuluhan lebih lanjut.
(2)
Jelaskan fungsi renal
dan konsekuensinya sesuai dengan tingkat pemahaman dan kesiapan pasien untuk
belajar.
Rasional
:
Pasien
dapat belajar tentang gagal ginjal dan penanganan setelah mereka siap untuk
memahami dan menerima diagnosis dan konsekuensinya.
(3) Bantu pasien untuk
mengidentifikasi cara-cara untuk memahami berbagai perubahan akibat penyakit
dan penanganan yang mempengaruhi hidupnya.
Rasional
:
Pasien
dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah akibat penyakit.
(4)
Sediakan informasi baik
tertulis maupun secara oral dengan tepat.
Rasional
:
Pasien
memiliki informasi yang dapat digunakan untuk klarifikasi selanjutnya di rumah.
1.8.2.4
Diagnosa 4
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan :
Berpartisipasi
dalam aktivitas yang dapat ditoleransi.
Kriteria hasil :
(1)
Berpartisipasi dalam
meningkatkan tingkat aktivitas dan latihan
(2)
Melaporkan peningkatan
rasa sejahtera
(3)
Melakukan istirahat dan
aktivitas secara bergantian
(4)
Berpartisipasi dalam
aktivitas perawatan mandiri yang dipilih
Intervensi
keperawatan :
(1) Kaji faktor yang
menimbulkan keletihan : anemia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
retensi produk sampah, depresi.
Rasional
:
Menyediakan
informasi tentang indikasi tingkat keletihan.
(2) Tingkatkan kemandirian
dalam aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu jika keletihan
terjadi.
Rasional
:
Meningkatkan
aktivitas ringan/sedang dan memperbaiki harga diri.
(3)
Anjurkan aktivitas
alternatif sambil istirahat.
Rasional
:
Mendorong
latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat ditoleransi dan istirahat
yang adekuat.
(4)
Anjurkan untuk beristirahat
setelah dialisis.
Rasional
:
Istirahat
yang adekuat dianjurkan, yang bagi banyak pasien sangat melelahkan.
1.8.2.5
Diagnosa 5
Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.
Tujuan :
Tidak terjadi
infeksi.
Kriteria hasil :
(1)
Tanda-tanda infeksi
tidak ada
(2)
Tanda vital dalam batas
normal
(3)
Ada perubahan perilaku
keluarga dalam melakukan perawatan.
Intervensi
keperawatan :
(1)
Lindungi anak dari
orang-orang yang terkena infeksi melalui pembatasan pengunjung.
Rasional
:
Meminimalkan
masuknya organisme ke dalam tubuh.
(2)
Tempatkan anak di
ruangan non infeksi.
Rasional
:
Mencegah
terjadinya infeksi nosokomial.
(3)
Cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan.
Rasional
:
Mencegah
terjadinya infeksi nosokomial.
(4)
Lakukan tindakan
invasif secara aseptik
Rasional
:
Membatasi
masuknya bakteri ke dalam tubuh. Deteksi dini adanya infeksi dapat mencegah
sepsis.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif. (2007). Kapite Selekta
Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius, FKUI.
Muscari, Mary E. (2005). Panduan Belajar
Keperawatan Pediatrik (Pediatric Nursing), Edisi Ketiga. Jakarta : EGC.
Nursalam dan Fransisca. (2006). Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta :
Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 2. Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan
Pediatrik (Wong and Whaley’s Clinical Manual of Pediatric Nursing), Edisi 4. Jakarta
: EGC.