Saturday, 20 April 2019

LP TEORI SINDROM NEFROTIK

   No comments     
categories: , ,
BAB 1
TINJAUAN TEORI 
SINDROM  NEFROTIK
                                                  
1.1  Pengertian
Sindrom nefrotik adalah kompleks gejala dengan karakteristik proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, gangguan imunitas, dan edema. 80% dari semua kasus pada anak-anak usia 2 dan 6 tahun, dan lebih sering ditemukan pada anak-anak laki-laki dibandingkan anak perempuan (Muscary, 2005; 352).
Sindrom nefrotik adalah gangguan klinis yang ditandai dengan peningkatan protein urine (proteinuria), edema, penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), dan kelebihan lipid dalam darah (hiperlipidemia). Kejadian ini diakibatkan oleh kelebihan pecahan plasma protein ke dalam urine karena peningkatan permeabilitas membran kapiler glomerulus (Nusalam, 2006; 58).

1.2  Etiologi
Penyebab pasti sindrom nefrotik belum diketahui, tetapi secara umum, dibagi menjadi (Muscary, 2005; 352) :
1)        MCNS (Minimal Cange Nephrotic Syndrome)
MCNS merupakan penyebab idiopatik. Penyakit nonspesifik, biasanya virus infeksi saluran pernapasan bagian atas, sering kali mengawali manifestasi klinis pada 4-8 hari. Namun, MCNS diduga sebagai faktor pencetus dari pada sebagai penyebab.
2)        Sindrom nefrotik sekunder
Biasanya terjadi setelah kerusakan glomerulus dengan penyebab yang diketahui atau dapat diduga (misal: lupus eritematosus sistemik, diabetes melitus, atau penyakit sel sabit).
3)        Sindrom nefrotik kongenital (tipe Finnish)
Disebabkan oleh gen resesif autosomal. Gangguan yang jarang terjadi ini tidak berespons terhadap terapi umum dan bayi biasanya meninggal pada tahun pertama atau kedua kehidupannya.

1.4  Temuan Pengkajian
        1.      Manifestasi Klinis
(1)   Anoreksia
(2)   Keletihan
(3)   Pucat
(4)   Diare
(5)   Nyeri abdomen
(6)   Penurunan haluaran urine. Urine dapat tampak berbusa atau bergelembung.
(7)   Periorbital (biasanya tanda pertama), edema pedal dan pratibial sampai edema seluruh tubuh (anasarka), berat badan meningkat, asites, dan efusi pleura. Pembengkakan labia atau skrotum juga dapat terjadi. Dengan edema yang khas, anak mungkin terlihat pucat dan mengalami gawat napas.
(8)   Kulit mengkilat dengan vena menonjol.
(9)   Penurunan tekanan darah yang ringan atau normal
(10) Peningkatan kerentanan terhadap infeksi, terutama pneumonia, peritonitis, selulitis dan septikemia; anak rentan terhadap infeksi sekunder karena imunoglobulin hilang melalui urine.
       2.      Temuan pemeriksaan diagnostik dan laboratorium
(1)   Urinalisis menunjukkan proteinuria yang khas, kast hialin, sedikit sel darah merah, dan berat jenis urine tinggi
(2)   Kadar serum protein yang menurun, terutama kadar albumin
(3)   Kolesterol serum dapat mencapai 450 sampai 1500 mg/dL
(4)   Hemoglobin dan hematokrit normal atau meningkat
(5)   Hitung trombosit tinggi (500.000-1.000.000)
(6)   Konsentrasi natrium serum rendah (130-135 mg/dL)
(7)   Biopsi ginjal dapat dilakukan untuk memberikan informasi status glomerulus dan jenis sindrom nefrotik, demikian juga respons terhadap pengobatan dan perjalanan penyakit

1.5  Komplikasi
Komplikasi dari sindrom nefrotik yang dapat terjadi antara lain (Nursalam, 2006;60) :
    (1)   Hipovolemia
   (2)   Komplikasi tromboemboli-trombosis vena renal, trombosis vena dan arteri ekstremitas, emboli pulmonal, trombosis arteri koronaria, dan trombosis arteri serebral.
    (3)   Gangguan metabolisme obat berhubungan dengan penurunan plasma protein
    (4)   Progresif menjadi gagal ginjal

1.6  Prognosis
Prognosis baik bila penyakit memberikan respons yang baik terhadap kortikosteroid dan jarang terjadi relaps (Arif Mansjoer, 2007;489).

1.7  Penatalaksanaan
      1.      Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai         + 1 gram/hari, secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya dalam makanan dan menghindari makanan yang diasinkan. Diet protein    2-3 gram/kgBB/hari.
    2.      Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik, biasanya Furosemide 1 mg/kgBB/kali, bergantung pada beratnya edema dan respons pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hidroklortiazid ( 25-50 mg/hari). Selama pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemia, alkalosis metabolik, atau kehilangan cairan intravaskuler berat.
     3.      Pemberian kortikosteroid berdasarkan ISKDC (International Study of Kidney Disease in Children) : Prednison dosis penuh : 60 mg/m2 luas permukaan badan/hari atau 2 mg/kgBB/hari (maksimal 80 mg/kgBB/hari) selama 4 minggu dilanjutkan pemberian Prednison dosis 40 mg/m2 luas permukaan badan/hari atau 2/3 dosis penuh, yang diberikan 3 hari berturut-turut dalam seminggu (intermitten dose) atau selang sehari (alternating dose) selama 4 minggu, kemudian dihentikan tanpa tappering off  lagi. Bila terjadi relaps diberikan Prednison dosis penuh seperti terapi awal sampai terjadi remisi (maksimal 4 minggu), kemudian dosis diturunkan mejadi 2/3 dosis penuh. Bila terjadi relaps sering atau resisten steroid, lakukan biopsi ginjal.
    4.      Cegah infeksi. Antibiotik hanya diberikan bila ada infeksi.
    5.      Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital.

1.8  Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.8.1        Pengkajian
Pengkajian yang harus dilakukan antara lain (Donna L.Wong, 2004; 550) :
     1.      Lakukan pengkajian fisik, termasuk pengkajian luasnya edema.
    2.      Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat, terutama yang berhubungan dengan penambahan berat badan saat ini, disfungsi ginjal.
    3.      Observasi adanya manifestasi sindrom nefrotik :
(1)   Penambahan berat badan
(2)   Edema
(3)   Wajah sembab, khususnya di sekitar mata, timbul pada saat bangun pagi, berkurang di siang hari
(4)   Pembengkakan abdomen (asites)
(5)   Kesulitan pernapasan (efusi pleura)
(6)   Pembengkakan labial atau skrotal
(7)   Edema mukosa usus menyebabkan diare, anoreksia, absorpsi usus buruk
(8)   Pucat kulit ekstrem (sering)
(9)   Peka rangsang
(10)           Mudah lelah
(11)           Letargi
(12)           Tekanan darah normal atau sedikit menurun
(13)           Kerentanan terhadap infeksi
(14)           Perubahan urine : penurunan volume, gelap, berbau buah
    4.      Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian, misalnya analisa urine akan adanya protein, silinder, dan sel darah merah; analisa darah untuk protein serum (total, perbandingan albumin/globulin, kolesterol), jumlah darah merah, natrium serum.

1.8.2        Rencana Asuhan Keperawatan
          1.8.2.1  Diagnosa 1
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi cairan di seluruh tubuh.
Tujuan :
Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan.
Kriteria hasil :
(1)     Menunjukkan perubahan berat badan yang lambat
(2)     Menunjukkan turgor kulit normal tanpa edema
(3)     Menunjukkan tanda-tanda vital normal
(4)     Menunjukkan tidak adanya distensi vena leher
(5)     Melaporkan adanya kemudahan dalam bernapas atau tidak terjadi napas pendek
(6)     Melaporkan berkurangnya kekeringan pada membran mukosa mulut
Intervensi keperawatan :
(1)     Kaji status cairan : timbang berat badan tiap hari, keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit dan adanya edema, distensi vena leher, tekanan darah, denyut dan irama nadi.
Rasional :
Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi.
(2)     Batasi masukan cairan.
Rasional :
Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, haluaran urin, dan respons terhadap terapi.
(3)     Identifikasi sumber potensial cairan : makanan, medikasi dan cairan yang digunakan untuk pengobatan (oral dan intravena).
Rasional :
Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi.
(4)     Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional dari pembatasan.
Rasional :
Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan.
(5)     Bantu pasien diam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan.
Rasional :
Kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan diet.
(6)     Tingkatkan dan dorong higiene oral dengan sering.
Rasional :
Higiene oral mengurangi kekeringan membran mukosa mulut.

          1.8.2.2  Diagnosa 2
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.
Tujuan :
Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat.

Kriteria hasil :
(1)     Mengkonsumsi protein yang mengandung nilai biologis tinggi.
(2)     Memilih makanan yang menimbulkan nafsu makan dalam batasan diet.
(3)     Mengkonsumsi makanan tinggi kalori dalam batasan diet.
(4)  Mematuhi medikasi sesuai jadwal untuk mengatasi anoreksia dan tidak menimbulkan rasa kenyang.
(5)   Menjelaskan dengan kata-kata sendiri rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan kadar kreatinin dan urea.
(6)     Mengkonsulkan daftar makanan yang dapat diterima.
(7)     Melaporkan peningkatan nafsu makan.
(8)     Menunjukkan tidak adanya perlambatan atau penurunan berat badan yang cepat.
(9)     Menunjukkan turgor kulit yang normal tanpa edema; kadar albumin plasma dapat diterima.
Intervensi keperawatan :
(1)     Kaji status nutrisi :
a.       Perubahan berat badan
b.      Pengukuran antropometrik
c.       Nilai laboratorium (BUN, creatinin, elektrolit serum, protein, transferin, dan kadar besi)
Rasional :
Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi.
(2)     Kaji pola diet nutrisi pasien :
a.       Riwayat diet
b.      Makanan kesukaan
c.       Hitung kalori
Rasional :
Pola diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan dalam menyusun menu.
(3)     Kaji faktor yang berperan dalam mengubah masukan nutrisi :
a.       Anoreksia, mual, atau muntah
b.      Diet yang tidak menyenangkan bagi pasien
c.       Depresi
d.      Kurang memahami pembatasan diet
e.       Stomatitis
Rasional :
Menyediakan informasi mengenal faktor lain yang dapat diubah atau dihilangkan untuk meningkatkan masukan diet.
(4)     Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet.
Rasional :
 Mendorong peningkatan masukan diet.
(5)     Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis tinggi : telur, produk susu, daging.
Rasional :
Protein lengkap diberikan untuk mencapai keseimbangan nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan penyembuhan.
(6)     Anjurkan camilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium di antara waktu makan.
Rasional :
Mengurangi makanan dan protein yang dibatasi dan menyediakan kalori untuk energi, membagi protein untuk pertumbuhan dan penyembuhan jaringan.
(7)     Ubah jadwal medikasi sehingga medikasi ini tidak segera diberikan sebelum makan.
Rasional :
Ingesti medikasi sebelum makan menyebabkan anoreksia dan rasa kenyang.
(8)     Jelaskan rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan penyakit ginjal dan peningkatan urea dan kadar kreatinin.
Rasional :
Meningkatkan pemahaman pasien tentang hubungan antara diet, urea, kadar kreatinin dengan penyakit renal.
(9)     Sediakan daftar makanan yang dianjurkan secara tertulis dan anjuran untuk memperbaiki rasa tanpa menggunakan natrium atau kalium.
Rasional :
Daftar yang dibuat menyediakan pendekatan positif terhadap pembatasan diet dan merupakan referensi untuk pasien dan keluarga yang dapat digunakan di rumah.
(10) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan.
Rasional :
Faktor yang tidak menyenangkan yang berperan dalam menimbulkan anoreksia dihilangkan.

(11) Timbang berat badan harian.
Rasional :
Untuk memantau status cairan dan nutrisi.
(12) Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat :
a.       Pembentukan edema
b.      Penyembuhan yang lambat
c.       Penurunan kadar albumin serum
Rasional :
Masukan protein yang tidak adekuat dapat menyebabkan penurunan albumin dan protein lain, pembentukan edema, dan perlambatan penyembuhan.

          1.8.2.3  Diagnosa 3
Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan :
Meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit.
Kriteria hasil :
(1)     Menyatakan hubungan antara penyebab penyakit dan konsekuensinya
(2)     Menjelaskan pembatasan cairan dan diet sehubungan dengan kegagalan regulasi ginjal
(3)  Menyatakan hubungan antara penyakit yang diderita dengan kebutuhan penanganan menggunakan kata-kata sendiri
(4)     Menanyakan tentang pilihan terapi, yang merupakan petunjuk kesiapan belajar
(5)     Menyatakan rencana untuk melanjutkan kehidupan normalnya sedapat mungkin
(6)  Menggunakan informasi dan instruksi tertulis untuk mengklarifikasi pertanyaan dan mencari informasi tambahan
Intervensi keperawatan :
(1)     Kaji pemahaman mengenal penyebab sindrom nefrotik, konsekuensi, dan penanganannya.
Rasional :
Merupakan instruksi dasar untuk penjelasan dan penyuluhan lebih lanjut.
(2)     Jelaskan fungsi renal dan konsekuensinya sesuai dengan tingkat pemahaman dan kesiapan pasien untuk belajar.
Rasional :
Pasien dapat belajar tentang gagal ginjal dan penanganan setelah mereka siap untuk memahami dan menerima diagnosis dan konsekuensinya.
(3)  Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk memahami berbagai perubahan akibat penyakit dan penanganan yang mempengaruhi hidupnya.
Rasional :
Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah akibat penyakit.
(4)     Sediakan informasi baik tertulis maupun secara oral dengan tepat.
Rasional :
Pasien memiliki informasi yang dapat digunakan untuk klarifikasi selanjutnya di rumah.

          1.8.2.4  Diagnosa 4
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan :
Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi.
Kriteria hasil :
(1)     Berpartisipasi dalam meningkatkan tingkat aktivitas dan latihan
(2)     Melaporkan peningkatan rasa sejahtera
(3)     Melakukan istirahat dan aktivitas secara bergantian
(4)     Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih
Intervensi keperawatan :
(1)  Kaji faktor yang menimbulkan keletihan : anemia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, retensi produk sampah, depresi.
Rasional :
Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan.
(2) Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi.
Rasional :
Meningkatkan aktivitas ringan/sedang dan memperbaiki harga diri.
(3)     Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat.
Rasional :
Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat ditoleransi dan istirahat yang adekuat. 
(4)     Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis.
Rasional :
Istirahat yang adekuat dianjurkan, yang bagi banyak pasien sangat melelahkan.

          1.8.2.5  Diagnosa 5
                    Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil :
(1)   Tanda-tanda infeksi tidak ada
(2)   Tanda vital dalam batas normal
(3)   Ada perubahan perilaku keluarga dalam melakukan perawatan.
Intervensi keperawatan :
(1)   Lindungi anak dari orang-orang yang terkena infeksi melalui pembatasan pengunjung.
Rasional :
Meminimalkan masuknya organisme ke dalam tubuh.
(2)   Tempatkan anak di ruangan non infeksi.
Rasional :
Mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
(3)   Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
Rasional :
Mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
(4)   Lakukan tindakan invasif secara aseptik
Rasional :
Membatasi masuknya bakteri ke dalam tubuh. Deteksi dini adanya infeksi dapat mencegah sepsis.





DAFTAR PUSTAKA


Mansjoer, Arif. (2007). Kapite Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius, FKUI.

Muscari, Mary E. (2005). Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik (Pediatric Nursing), Edisi Ketiga. Jakarta : EGC.

Nursalam dan Fransisca. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.

Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 2. Jakarta : EGC.

Wong, Donna L. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik (Wong and Whaley’s Clinical Manual of Pediatric Nursing), Edisi 4. Jakarta : EGC.